Pandemi Covid-19 memaksa semua kegiatan harus dilakukan dari rumah, tak terkecuali sektor pendidikan. Pembelajaran daring masih diterapkan hingga saat ini. Sebuah penelitian di penghujung 2020 menunjukkan, belajar dari rumah tidak memberikan dampak negatif pada psikologis siswa, asal pembelajarannya dikemas dengan menarik.
Meski begitu, kesehatan mental seluruh pihak yang terlibat dalam pembelajaran daring penting untuk diperhatikan, baik guru ataupun siswa.
Psikolog klinis anak Ike R Sugianto mengatakan, salah satu caranya adalah dengan mempelajari bagaimana membuat pembelajaran daring menjadi menarik.
Oleh karena itu, Ike membagikan beberapa tips agar pembelajaran daring menjadi lebih menarik demi kesehatan mental semua pihak yang terlibat.
Tips pertama, guru harus terlebih dahulu menyukai pembelajaran daring, agar siswa juga ikut menyukai sistem pembelajaran yang baru ini. Alasannya, guru tidak akan dapat menciptakan lingkungan pembelajaran yang menyenangkan, apabila dirinya juga tidak menyukai sistem pembelajarannya.
“Jadi bagaimana sikap, pemikiran, dan pola pikir kita terhadap pembelajaran daring ini yang perlu diubah dahulu. Mari kita melihat belajar daring ini bukan sebagai sebuah hukuman, tetapi sebuah kesempatan,” kata dia dalam webinar, Kamis (2/4).
Kesempatan apa? Pembelajaran daring memberikan peluang bagi orang-orang yang jauh secara geografis untuk mendapatkan kesempatan menimba ilmu yang lebih memadai. Salah satu contoh nyatanya, tambahnya, para guru dari seluruh Indonesia dapat mengikuti webinar Siberkreasi ini.
Tips kedua, kuasai teknologi yang dikembangkan agar turut berkembang beriringan bersama teknologi. Karena melalui teknologi, guru dapat memberikan konten menarik dan menyenangkan dengan video edukatif dan kuis daring. Selain itu, guru perlu untuk menguasai fitur-fitur media pembelajaran daring, seperti Zoom dan Google Meet.
Tips selanjutnya, gunakanlah segmen yang singkat agar membantu konsentrasi siswa agar lebih baik, termasuk sensory games pada anak SD untuk membantu fokusnya.
“Durasi PAUD/TK maksimal 5 menit, SD 10 menit, dan remaja 15 menit. Segmen itu misalkan selama 45 menit satuan pengajaran. 15 menit pertama kita bisa mendengarkan presentasi. 5 menit kita bisa breakout room. 10 menit setiap grup presentasi, lalu ada soal-soal, ada nonton film-nya. Nah itu namanya segmen,” jelas Ike.
Berikutnya, guru boleh menetapkan peraturan yang singkat, mudah diingat, dan mudah untuk diterapkan.
Terakhir, pembelajaran daring akan lebih menarik apabila semua pihak bergerak, terlibat, dan berinteraksi.