close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Poster film Tebusan Dosa./Foto Instagram @palarifilms
icon caption
Poster film Tebusan Dosa./Foto Instagram @palarifilms
Sosial dan Gaya Hidup - Hiburan
Rabu, 23 Oktober 2024 06:03

Tebusan Dosa: Usaha mengubur kesalahan masa lalu

Tebusan Dosa adalah film horor debut sutradara Yosep Anggi Noen dan aktris Putri Marino.
swipe

Tebusan Dosa merupakan film horor yang digarap sutradara Yosep Anggi Noen. Film yang dibintangi Happy Salma dan Putri Marino itu adalah produksi bersama Palari Films, Legacy Pictures, dan Showbox. Tebusan Dosa adalah film bergenre horor debut sutradara Yosep dan aktris Putri Marino.

Bagaimana ulasan filmnya?

Tebusan Dosa mengisahkan perjuangan seorang perempuan di desa fiktif Majakunan di Jawa Tengah, yang punya berbagai tekanan hidup bernama Wening (Happy Salma). Dia mencari anak semata wayangnya, Nirmala (Keiko Ananta), yang hilang setelah terjadi kecelakaan saat berkendara sepeda motor di malam hari di tengah hujan deras.

Karena kecelakaan itu, ibu Wening, Uti Yah (Laksmi Notokusumo) meninggal. Sedangkan anaknya, diyakini terjatuh ke sungai yang mengalir di desa mereka.

Sebelum tinggal di desa itu, Wening bersama Nirmala dan Uti Yah, tinggal di rumah suami pertamanya, Wicak (Haru Sandra) di Cirebon. Namun, mereka meninggalkan Wicak karena dinilai tak bisa memenuhi nafkah keluarga dan hanya sibuk balap liar.

Setelah itu, bersama Nirmala dan Uti Yah, Wening tinggal dengan suami keduanya, Suleiman (Eduward Manalu) yang dikenal sebagai tentara gadungan dan tukang ngutang. Suleiman hilang terseret arus sungai, ketika bersama Wening melakukan ritual pesugihan agar bisa kaya.

Pencarian Nirmala yang dilakukan Wening membuka banyak tabir misteri. Wening lalu berkenalan dengan seorang atlet renang yang gagal dari Jakarta dan menjadi pelatih renang di desanya, Tirta (Putri Marino). Tirta punya podcast sederhana di rumah kontrakannya, dan berniat membuat viral kisah hidup Wening yang dinilainya menarik.

Wening pun bekerja sebagai asisten rumah tangga di rumah seorang peneliti asal Jepang, Tetsuya (Shogen Itokazu) menggantikan posisi Uti Yah. Wening dikenalkan dengan seorang dukun bernama Mbah Gowa (Bambang Gundhul) untuk mencari Nirmala. Dukun tersebut mengatakan, Nirmala akan ditemukan kalau Wening sudah bisa menebus dosanya di masa lalu.

Dia lantas teringat dosanya meninggalkan Wicak, dan menemui suami pertamanya itu yang terbaring tak berdaya di ranjang rumah sakit jiwa, dengan luka bakar yang mengerikan. Luka bakar yang diderita Wicak terjadi sesaat setelah Wening kabur dari rumahnya. Dia yang kesal, tak sengaja menjatuhkan bensin yang menyiram lilin dan menyambar tubuhnya.

Mbah Gowa ternyata dukun palsu yang sengaja memanfaatkan Wening untuk meraup keuntungan. Gangguan horor kerap dialami Wening, dengan datangnya penampakan sang ibu.

Misteri hilangnya Nirmala terkuak ketika Tirta mencurigai Tetsuya. Tetsuya ternyata berbohong kalau dia sudah bercerai dengan istrinya dan anaknya tinggal di Jepang. Dari pencarian media lokal Jepang di internet, Tirta mendapati fakta, Tetsuya sengaja membunuh istri dan anaknya dalam sebuah kecelakaan mobil.

Nirmala ternyata diculik Tetsuya, yang mengaku anaknya mirip anak Wening itu. Dia diikat di ranjang di dalam gudang penempatan tanaman bonsai. Tetsuya, yang digambarkan tak percaya hantu, akhirnya mati usai terjatuh dan tenggelam di sungai karena didorong Wening yang kerasukan Uti Yah.

Apa kelebihan dan kelemahan filmnya?

Menonton Tebusan Dosa seperti mencari kepingan puzzle. Penonton diajak memecahkan misteri, dengan kisah yang saling terkait.

Wening sendiri, setelah Nirmala ditemukan, menebus dosanya atas kematian Suleiman. Dia lalai tak menarik tambang yang dipegang Suleiman saat melawan arus sungai, tetapi malah melepasnya. Karena kesalahan itu, Wening dipenjara selama 5 bulan.

Ketimbang mengandalkan jump scare—yang banyak digunakan dalam teknik film horor di Indonesia—Tebusan Dosa justru menguatkan alur drama emosional yang kuat.

Ada usaha menyatukan kebudayaan Jepang dan Jawa di film ini. Contohnya, ritual kungkum kedung yang dilakukan Mbah Gowa untuk mencari Nirmala di sungai, serta Tetsuya yang mengenalkan origami atau melipat kertas kepada anak-anak, dengan membuat burung bangau. Dalam tradisi Jepang, bangau adalah lambang harapan.

Jika diperhatikan, poster Tebusan Dosa sepintas mirip Exhuma (2024)—film horor Korea Selatan—dari segi warna dan visual yang menampilkan close up pemain utama beserta ekspresi wajah mereka. Tidak heran karena rumah produksi Showbox, yang asal Korea Selatan, menaungi dua film itu.

Hantu di film ini, hanya sosok penampakan Uti Yah. Tak jelas mengapa Uti Yah kerap menakut-nakuti Wening dalam beberapa adegan. Bisa jadi sosok hantu Uti Yah hanya simbol rasa bersalah dan trauma Wening. Sebab, selalu ada suara Uti Yah: “Kamu yakin, Ning?” Kalimat itu diucapkan Uti Yah, sebelum memilih jalan bercabang dua menuju rumah. Ternyata, pilihan Wening salah dan mengakibatkan Uti Yah tewas.

Namun, yang janggal, Uti Yah juga menakut-nakuti Tirta, saat dia masuk ke rumah Wening dengan tetesan darah dan turun dari atap dalam posisi terbang terbaring. Jika Tetsuya adalah penjahat dalam film ini, mengapa hantu Uti Yah tidak menakut-nakutinya? Apakah hanya karena Tetsuya tidak percaya hantu? Apa alasan Uti Yah meneror Wening dan Tirta?

Alurnya juga terkesan lambat dan tampak banyak bagian yang tak terjawab. Misalnya, apa alasan Tetsuya membunuh istri dan anaknya. Kesan janggal juga terasa dalam film. Misalnya, di awal jarak rumah Wening dengan rumah Tetsuya tampak jauh.

Hal ini ditandai dengan Wening yang selalu mengendarai sepeda motor ke rumah Tetsuya. Akan tetapi, ketika Wening ketakutan karena teror hantu Uti Yah, dia berlari ke rumah Tetsuya yang seolah-olah sangat dekat. Adegan saat Wening memberikan nasi kotak kepada seorang ibu untuk memperingati 7 hari kematian Uti Yah juga tampak sia-sia.

Apa isu yang diangkat?

Selain isu keluarga pra-sejahtera yang penuh tekanan sosial dan ekonomi, film ini mengangkat isu penculikan anak. Nirmala adalah korbannya, sedangkan Tetsuya merupakan pelaku.

Tetsuya menculik Nirmala hanya karena wajahnya mirip anaknya yang sudah meninggal. Namun, terasa sangat naif jika alasan Tetsuya menculik hanya karena mirip anaknya. Kuat dugaan, Nirmala mendapat pelecehan seksual dari Tetsuya. Ada adegan saat Nirmala jatuh di tangga rumah Tetsuya karena dia melawan saat diangkat dan berusaha dicium.

Di samping Nirmala, ada satu adegan di teras rumah Tetsuya yang dipenuhi anak-anak bermain, belajar origami, serta berinteraksi dengan Tetsuya. Apakah ini simbol bahwa Tetsuya punya ketertarikan kepada anak-anak?

img
Fandy Hutari
Reporter
img
Fandy Hutari
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan