Apa hubungannya banyak bergerak dengan usia? Sebuah penelitian menyebut orang yang aktif ternyata lebih awet muda dibanding orang yang malas.
Penelitian, Kings College London menyimpulkan bahwa gaya hidup tidak aktif mempercepat proses penuaan. "Jadi orang yang tidak suka bergerak tidak hanya rawan terhadap penyakit tetapi juga cepat tua," demikian kata salah satu peneliti Lynn F Cherkas, dikutip Healthday.
Kesimpulan tersebut didapat setelah peneliti menelaah aktivitas fisik status sosial ekonomi serta kebiasaan merokok dari 2.401 orang kembar. Peneliti juga mengumpulkan sampel DNA dan mengukur panjang hidup leukosit, daya tahan hidup leukosit menurun sejalan dengan penuaan.
Ternyata responden yang biasa bergerak dan berolahraga kemampuan hidup leukositnya juga relatif lebih lama. Bila daya tahan tubuh baik seorang pun lebih awet muda.
Alarm bahaya budaya malas bergerak
Kita tahu aktivitas fisik secara teratur dapat bermanfaat secara medis. Mengurangi risiko penyakit jantung, kanker, dan tulang yang melemah. Dalam hal kemampuan kognitif kebiasaan aktif bergerak dapat meningkatkan bahan kimia otak yang meningkatkan memori dan pembelajaran.
Kebiasaan aktif bergerak, atau rutinitas yang melibatkan gerakan fisik yang meskipun tidak menguras tenaga namun melibatkan sebagian besar anggota badan, anggaplah sebagai olahraga. Rutinitas 'olahraga' itu mampu meningkatkan endorfin. Ini hormon penting yang bisa mengangkat mood dan menghilangkan stres.
Hormon endorfin adalah senyawa kimia di tubuh yang berperan mengendalikan luka dan stres. Bahkan disebut juga hormon kebahagiaan karena dikaitkan dengan rasa gembira di hati.
Kita tahu kondisi stres seseorang yang terkendali berpengaruh pada kesehatan. Tak heran banyak dokter meminta pasiennya untuk berusaha melepas stresnya agar penyakitnya tidak memburuk.
Sudah mahfum bahwa stres berat juga bisa menjadi penyebab kematian bagi orang yang memiliki masalah kesehatan jantung.
Kita juga tahu bahwa orang yang aktif bergerak juga lebih baik mengontrol berat badan ketimbang mereka yang pasif atau lebih banyak 'rebahan'. Yang pada akhirnya, kebiasaan aktif membantu meminimalisir risiko obesitas, kolestrol tinggi dan penyakit turunannya.
Masalahnya, kemajuan kehidupan saat ini membuat orang kurang bergerak, terutama bagi yang bekerja mengandalkan komputer sepanjang hari. Fenomena ini beberapa tahun belakang juga sangat mencolok di tengah anak usia balita hingga remaja. Gadget telah membuat generasi muda banyak menghabiskan waktunya menatap layar ponsel, ketimbang misalnya bermain di luar rumah.
Yang dikhawatirkan dari kebiasaan generasi ini adalah 'kemalasan' yang akan terbawa hingga mereka dewasa. Nick Knight Seorang dokter di London menulis di sebuah blog, bahwa bukti di lingkungan menunjukkan banyak anak tidak antusias terhadap aktivitas fisik di sekolah dan para guru mengatakan bahwa hampir setengah dari siswa SD, lulus tanpa 'keterampilan gerakan dasar'.
"Pada saat mereka meninggalkan sekolah dasar. Hambatan ini berpotensi membingkai kehidupan mereka hingga dewasa," tulis dr Nick yang memiliki latar belakang pendidikan PhD dalam performa manusia.
Menurutnya, kondisi ini adalah alarm peringatan yang menandakan tingkat bahaya yang kronis. Menurutnya perlu ada upaya serius membendung kecenderungan terbentuknya generasi yang lebih suka 'rebahan', ketimbang aktif.
Sektor kesehatan dan pemerintah menurutnya harus melakukan seruan yang semakin keras untuk menanamkan aktivitas fisik dengan kuat di jantung sistem perawatan kesehatan.
Tetapi, untuk sehat dan berusaha awet muda, tentu tidak perlu menunggu para dokter dan pemerintah. Seseorang juga tidak perlu menancapkan target tinggi untuk mengubah kebiasan dirinya dan orang-orang yang dicintainya. Komitmen untuk lebih rajin berolahraga bisa jadi hanya bertahan sebentar, setelah di awal bulan memancangkan tekad hidup sehat. Mengubah kebiasaan bertahap lebih realistis ketimbang misalnya Anda merencanakan program olahraga yang hanya indah direncanakan tapi berat dikerjakan..
Langkah-langkah kecil bisa dilakukan untuk mengikis perasaan malas bergerak. Tidak perlu muluk-muluk. Misal dengan berjalan kaki selama 30 menit setiap hari di sekitar perumahan, misalnya. Jangan lupa juga untuk mengajak serta keluarga terutama anak.
Jika dilakukan paling sedikit 30 menit, Anda akan meraih banyak manfaat. Dapat menjaga berat badan, menjaga kesehatan sendi, meningkatkan kerja pencernaan, menurunkan risiko terkena penyakit kronis dan beberapa manfaat kesehatan fisik lain.
Namun yang juga tak kalah penting, kebiasaan itu diyakini juga memiliki manfaat bagi psikologi seseorang. Aktivitas tak sampai satu jam itu bisa menenangkan diri, memicu menjadi lebih kreatif, dan memperbaiki suasana hati.
Olahraga kecil dengan jalan kaki 30 menit sehari juga bisa memacu seseorang untuk lebih aktif lagi. Secara mental dan fisik seseorang yang rutin melakukannya, setelah berminggu-minggu lebih termotivasi meningkatkan aktifitas dan durasinya. Tentu ini baik untuk kesehatan, terutama dalam rangka menyukseskan program menjadi lebih awet muda.