Era digital membawa berbagai perubahan yang baik. Namun dalam waktu yang bersamaan, era digital juga membawa banyak dampak negatif.
Komisioner Komisi Informasi (KI) Arif Adi Kuswardono mengatakan, media sosial dapat memengaruhi pandangan seseorang secara realitas. Istilah tersebut dapat disebut dengan halusinasi (hyperreality) yang menutupi kebenaran dan sedang dialami seseorang.
“Dalam dunia maya ada permainan atau game yang namanya role play. Memainkan peran atau mengaku sebagai karakter lain,” ujar Arif dalam webinar, Jumat (19/2).
Tantangan lain yang dihadapi ketika berselancar di dunia maya lain selain hyperreality, yaitu hoaks. Hoaks adalah kepalsuan yang sengaja dibuat untuk menyaru sebagai kebenaran. Oleh karena itu, masyarakat, anak-anak, maupun pengguna internet harus cermat dan pandai dalam menghadapi berbagai macam konten di sosial media.
“Televisi dan internet, menjadi media yang sangat berpengaruh pada saat ini. Dari keduanya, yang paling berpengaruh, yaitu internet. Sebab masyarakat lebih senang mengunakan internet pada saat ini,” jelas Arif
Sementara praktisi media sosial Wicaksono menyebutkan, masyarakat atau pengguna internet pada umumnya cukup menerapkan sikap tangkas dan terampil berinternet.
Di mana internet harus dipergunakan untuk mencari informasi, berinteraksi, mencari hiburan, bahkan untuk mendapatkan edukasi.
“Agar aktivitas di internet bisa optimal dan aman, saya kira perlu adanya literasi digital. Literasi digital ini adalah ketangkasan dan terampil dalam mengakses interner,” ucap Wicak
Menurutnya, ada beberapa prinsip dasar tangkas internet. Di antaranya, pengguna harus cerdas dalam berinternet, cermat berinternet, pentingnya menjaga kerahasiaan, dan sikap yang bijak dalam berinternet.
Selain itu, perlu mendorong perilaku berani menjelaskan aturan dan memberikan saran dalam penggunaan teknologi yang bijak kepada orang lain. Jangan lupa untuk menyertakan penjelasan tentang konsekuensi teknologi yang tidak pantas.
“Sasaran yang penting, yaitu anak-anak atau generasi muda Indonesia yang harus selalu didorong untuk menggunakan internet secara baik, sekaligus memahami konsekuensi penggunaan teknologi. Teruslah menjalin komunikasi dengan anak-anak, teman, orang tua, dan mendorong orang-orang tersebut untuk selalu bertanya seandainya mereka merasa terganggu keamanan dan keselamatannya,” jelas Wicak.