close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
ilustrasi. Pexels.com
icon caption
ilustrasi. Pexels.com
Sosial dan Gaya Hidup
Kamis, 09 September 2021 16:04

Kak Seto: Ciptakan lingkungan rumah yang ramah anak selama belajar dari rumah

Selama pandemi, anak didik mengalami stres dan belajar dalam tekanan karena lingkungan rumah yang tidak ramah anak.
swipe

Sebuah penelitian menunjukkan, 13% anak Indonesia mengalami depresi selama belajar dari rumah (BDR). Untuk itu, Ketua Umum Lembaga Perlindungan Anak Seto Mulyadi mengatakan, depresi pada anak biasanya dikarenakan tekanan-tekanan yang kadang-kadang justru didapat dari orang tua.

Semangat belajar anak, lanjut dia, kalau belajar dalam suasana stres atau penuh dengan tekanan, banyak kritik dan banyak kesalahan-kesalahan, akan menurun dan memiliki dampak yang kontradiktif.

Karena itu, Kak Seto menyarankan para orang tua, untuk menciptakan suasana lingkungan rumah yang ramah anak, penuh dengan keceriaan, serta kegembiraan.

“Mungkin istilah Mas Menteri sekarang adalah merdeka belajar, belajar dalam suasana yang tidak ada tekanan-tekanan,” katanya dalam siaran pers, Kamis (9/9).

Menurut dia, belajar yang efektif adalah belajar dalam suasana yang menyenangkan. Namun, nyatanya selama pandemi, anak didik mengalami stres dan belajar dalam tekanan karena lingkungan rumah yang tidak ramah anak.
Kak Seto mengungkapkan, belajar saat pandemi sangatlah berbeda dengan pembelajaran tatap muka seperti sedia kala. Belajar dari rumah (BDR) tentu memiliki berbagai keterbatasan, seperti perangkat yang harus memadai, kuota yang mencukupi, signal internet yang harus kuat, dan lain sebagainya.

“Kadang-kadang kuota habis, belum lagi orang tua juga stres karena permasalahan ekonomi, akhirnya terjadi bentakan, pelototan, dijewer, dan lain sebagainya yang merupakan contoh lingkungan tidak ramah anak,” jelas dia.

Oleh karena itu, perlunya edukasi bagi orang tua, agar memposisikan diri sebagai sahabat dan menjadi idola bagi anak. Hal ini dikarenakan saat pandemi, anak-anak tidak dapat bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya, dan juga guru yang mengajar secara profesional di sekolah.

Berdasarkan surat edaran Menteri No.4 Tahun 2020, pembelajaran dari rumah, perlu ditekankan pada pembelajaran yang bermakna bagi siswa. Menurut Seto, pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran ayng tidak mudah untuk dilupakan.

“Bermakna artinya tidak mudah dilupakan, karena dikaitkan dengan suasana gembira, apa mendongeng, apa menyanyi dengan gambar-gambar, dan juga tidak terlalu menekankan pada penuntutan penuntasan kurikulum untuk kenaikan kelas ataupun kelulusan,” ungkap dia.

Menurutnya, kurikulum kenaikan kelas ataupun kelulusan jangan sampai terlalu ditekankan pada anak. Karena, saat pandemi ini, kurikulumnya juga darurat. Selain itu, juga penting melindungi psikologi anak agar tidak stres.

img
Silvia Ng
Reporter
img
Hermansah
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan