Teater Salihara menggarap drama audio bertajuk Karna yang terinspirasi dari cerita pewayangan, Mahabarata. Tokoh ini menarik karena tak banyak dibahas layaknya para pahlawan: Arjuna, Bisma, dan Drupadi. Drama Karna bakal digubah berdasarkan naskah lakon yang bertolak dari tafsir kisah Adipati Karna dalam Mahabarata karya Goenawan Mohamad.
Karna adalah ksatria andalan Kurawa di medan laga Kurusetra untuk menghadapi Pandawa. Namun, Karna sejatinya adalah saudara satu ibu kelima Pandawa, meskipun ia dan Kunthi, ibu para Pandawa, tak tahu pasti kebenarannya.
Dalam naskah Goenawan Mohamad, kita akan mendengar pelbagai narasi tentang masa lalu Karna sebagai anak yang dibuang dan pergolakan batin terhadap asal-usul dirinya menjelang ia menemui ajal.
Dalam lakon ini, kisah Karna muncul melalui surat-suratnya kepada empat orang penting dalam hidupnya: Radha, ibu yang mengasuhnya sejak bayi; Kunthi, ibu kandung yang terpaksa membuangnya saat berumur dua hari; Parashurama, guru yang memberinya ilmu namun tak tuntas dan mengusirnya; serta Surtikanthi, istrinya.
Karya ini semula berjudul Surat-Surat Karna. Konsepnya monolog empat tokoh dalam satu lakon yang pernah dipentaskan di Teater Salihara pada 2011 silam. Pada produksi drama audio kali ini, aspek visual yang sebelumnya berguna membangun imajinasi penonton telah disesuaikan sedemikian rupa demi terbangunnya imajinasi para pendengar.
Karna digarap oleh tangan dingin Sutradara Landung Simatupang. Karya ini bisa disaksikan mulai 17 November 2021 di akun Drama Audio Salihara melalui aplikasi Spotify, Apple Podcast, dan kanal digital lainnya. Penggarapannya melibatkan para pemain teater kenamaan seperti Muhammad Khan, Ruth Marini, Sita Nursanti, dan Syam Ancoe Amar.