Semua orang pasti menua dan mati. Namun, ada orang yang berumur panjang. Penelitian yang diterbitkan di jurnal European Psychologist (2006) dan jurnal Experimental Aging Research (2002) mengungkap faktor yang tidak terduga terkait umur panjang, yakni kecerdasan.
Namun, kecerdasan bukan karateristik yang sederhana. Ada banyak sifat yang berkontribusi, mulai dari ingatan hingga logika matematika. Dalam penelitian yang diterbitkan di jurnal Psychologial Science (Februari, 2025) berjudul “Verbal fluency selectively predicts survival in old and very old age,” para peneliti mengaitkan usia panjang dengan kefasihan verbal, ukuran kosakata, dan kemampuan seseorang menggunakannya.
Penelitian ini memanfaatkan sampel dari Berlin Aging Study—studi multidisiplin yang menyelidiki orang lanjut usia, 70 tahun ke atas, yang tinggal di bekas Berlin Barat—yang mulai mengumpulkan data sesaat sebelum Tembok Berlin runtuh pada 1989.
Penelitian ini melacak 516 orang berusia 70 hingga 105 tahun selama 18 tahun. Para peneliti mengukur faktor-faktor, seperti kesehatan gigi, tingkat stres, dan kesejahteraan ekonomi, serta kognisi.
Dikutip dari Association for Psychological Science (APS), para peneliti juga mengambil sampel sembilan tes kognitif yang berbeda untuk memahami apakah aspek-aspek kecerdasan yang berbeda mungkin lebih erat kaitannya dengan umur panjang daripada yang lain.
Tes tersebut mengukur empat kemampuan kognitif, yakni kelancaran verbal, kecepatan persepsi, pengetahuan verbal, dan memori episodik.
Kecepatan persepsi adalah ukuran kemampuan seseorang untuk membandingkan, memindai, atau melakukan tugas penilaian pola menggunakan isyarat visual dengan cepat. Pengetahuan verbal adalah ukuran kosakata seseorang. Sedangkan memori episodik adalah ukuran kemampuan seseorang untuk mengingat dan mengenang pengalaman pribadi.
Setiap kategori itu diukur dengan sejumlah tes. Salah satunya, mengukur kelancaran verbal dengan meminta peserta menyebutkan nama hewan sebanyak mungkin dalam waktu 90 detik.
Dengan mengumpulkan data tentang berbagai keterampilan kognitif, para peneliti memasukkan informasi tentang bagaimana kinerja peserta berubah dan memperkirakan risiko kematian mereka seiring berjalannya waktu.
Mereka kemudian mengembangkan model yang menghubungkan perubahan yang diamati dengan risiko kematian. Hal ini memerlukan masukan dari para peneliti di berbagai universitas dengan keahlian daam jenis analisis data yang disebut model kelangsungan hidup longitudinal multivariat gabungan.
Hasilnya, para peneliti menemukan, kefasihan verbal saja tampak terkait secara signifikan dengan umur panjang, meski penjelasan di balik hubungan ini tidak jelas.
Peneliti dari Universitas Jenewa yang menjadi salah satu peneliti studi itu, Paolo Ghisletta menjelaskan, tubuh fisik terkait erat dengan proses mental, emosional, dan kognitif.
“Semua domain ini mengalami kemunduran bersamaan, baik itu kognisi, kepribadian, emosi, atau kemunduran biologis dan medis secara umum,” kata Ghisletta dalam situs APS.
Berdasarkan teori tersebut, kefasihan verbal akan menjadi ukuran kesehatan yang baik. Sebab, kata Ghisletta, hal ini adalah proses kompleks yang tergantung pada berbagai kemampuan kognitif. Ini termasuk memori jangka panjang, kosakata, efisiensi, dan memori visual.
“Jadi, saat Anda menguji kefasihan verbal, Anda melakukan sesuatu yang sangat menarik,” ucap Ghisletta.