close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi anak mengalami stunting. Alinea.id/Oky Diaz
icon caption
Ilustrasi anak mengalami stunting. Alinea.id/Oky Diaz
Sosial dan Gaya Hidup
Selasa, 18 Januari 2022 12:56

Kemenkes: Stunting memiliki dampak yang krusial bagi anak

Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada balita akibat kekurangan gizi kronis, terutama dalam 1.000 hari pertama kehidupan.
swipe

Pemerintah menargetkan hanya ada 14% balita menderita stunting pada 2024. Angka ini mengikuti tren penurunan kasus di Indonesia, di mana pada 2021 angka stunting tinggal 24,4% dan pada 2019 sebesar 27,67%.

Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada balita akibat kekurangan gizi kronis, terutama dalam 1.000 hari pertama kehidupan.

Direktur Gizi Masyarakat Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Dhian Probhoyekti, mengungkapkan, pihaknya memiliki empat strategi utama untuk mencapai target pada 2024. Perbaikan pola konsumsi makanan sesuai gizi seimbang, perbaikan perilaku sadar gizi dan aktivitas fisik, peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi, serta peningkatan sistem kewaspadaan pangan dan gizi.

"Stunting memiliki dampak yang krusial bagi anak. Balita yang gagal tumbuh karena stunting akan memengaruhi produktivitas di masa depan. Kemudian, berdampak pada gangguan perkembangan kognitif, keberhasilan pendidikan, dan SDM yang berdaya," tuturnya dalam "Temu Media Peringatan Hari Gizi Nasional: Aksi Bersama Cegah Stunting dan Obesitas" yang disiarkan secara virtual, Selasa (18/1).

Strategi surveilans gizi bakal dilaksanakan dengan pemberian makanan bayi dan anak (PMBA), promosi dan konseling menyusui, pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak, serta pemberian suplemen bagi ibu hamil dan remaja.

Direktur Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas, Pungkas B. Ali, menambahkan, stunting disebabkan asupan gizi dan infeksi penyakit berulang. Dua penyebab ini bisa terjadi karena rumah tangga tak memiliki akses terhadap tempat tinggal, edukasi, pekerjaan, pendapatan, dan teknologi.

Stunting akan menjadi permasalahan lintas generasi apabila tidak diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, stunting harus dicegah melalui penguatan pelayanan fasilitas kesehatan dasar dan rujukan.

Kemudian, peningkatan kompetensi tenaga kesehatan, persediaan obat dan alat kesehatan (alkes), pengawasan pangan, serta penguatan tata kelola penelitian. 

Di sisi lain, obesitas pada anak di atas 18 tahun justru meningkat tajam. Pada 2018, sebesar 21,8% anak berusia 18 tahun ke atas di Indonesia mengidap obesitas, jauh lebih tinggi dibanding pada 2013 yang hanya 14,8%.

img
Nadia Lutfiana Mawarni
Reporter
img
Fatah Hidayat Sidiq
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan