close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi ginjal akut kepada anak. Foto: istockphoto.com/
icon caption
Ilustrasi ginjal akut kepada anak. Foto: istockphoto.com/
Sosial dan Gaya Hidup
Kamis, 27 Oktober 2022 13:27

Kemenkes tak temukan infeksi virus Covid-19 di pasien gangguan gagal ginjal akut

Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah melakukan surveilans dan penyelidikan untuk mengetahui penyebabnya.
swipe

Kasus gangguan gagal ginjal akut progresif atipikal (GGAPA) yang merebak di Indonesia menjadi perhatian serius. Terlebih, mayoritas pasien merupakan anak berusia di bawah lima tahun.

Sebagai upaya merespons lonjakan kasus gangguan gagal ginjal akut pada anak, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah melakukan surveilans dan penyelidikan untuk mengetahui penyebabnya.

Juru bicara Kemenkes Mohammad Syahril mengatakan, upaya penelitian juga dilakukan untuk menemukan dugaan penyebab gangguan gagal ginjal akut.

"Di samping melakukan surveilans, kami juga melakukan penyelidikan atau penelitian. Karena penyebab kasus gagal ginjal ini banyak diperkirakan, bisa karena infeksi, dehidrasi, perdarahan, dan bisa karena keracunan. Kita bersama profesi terkait termasuk IDAI melakukan penelitian," kata Syahril dalam keterangan pers daring, Kamis (27/10).

Dalam prosesnya, penelitian terhadap dugaan infeksi dilakukan melalui pemeriksaan patogen, untuk memeriksa apakah gangguan gagal ginjal akut disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, atau parasit. Pemeriksaan meliputi seluruh jenis infeksi, termasuk kaitannya dengan Covid-19 dan long Covid.

"Dari data dan pemeriksaan yang kita lakukan semuanya menyingkirkan dugaan yang disebabkan Covid maupun long Covid," ujar dia.

Disampaikan Syahril, dari hasil penelitian terhadap dugaan infeksi sebagai penyebab gagal ginjal akut, pihaknya tidak menemukan infeksi virus SARS-CoV-2 pada pasien yang dilakukan pemeriksaan. Diketahui, virus ini merupakan virus korona yang mengakibatkan infeksi pernapasan Covid-19.

"Jadi pada balita-balita ini tidak kami dapatkan suatu infeksi virus SARS-CoV-2 maupun riwayat dia pernah sakit Covid. Dan tidak ada korelasi setelah kami lakukan kajian lebih dalam terhadap kasus-kasus gagal ginjal yang kami teliti," papar Syahril.

Sehingga, imbuh Syahril, dugaan infeksi sebagai penyebab gangguan gagal ginjal akut kemudian disingkirkan. Penelitian dilanjutkan dengan pemeriksaan biopsi ginjal pada pasien yang meninggal dunia.

Dari pemeriksaan biopsi ini, kata Syahril, ditemukan dugaan kuat penyebab gangguan gagal ginjal akut, yakni cemaran senyawa kimia berbahaya dalam produk obat. Senyawa kimia ini juga ditemukan di darah dan urin pasien.

"Ternyata di biopsi itu ditemukan dugaan kerusakan ginjal karena cemaran Etilen glikol dan Dietilen glikol," terangnya.

Berdasarkan pemeriksaan laboratorium dalam proses biopsi, ditemukan adanya kerusakan ginjal yang diakibatkan kristal-kristal oksalat. Kristal oksalat ini merupakan bagian dari hasil akhir cemaran Etilen glikol ataupun Dietilen glikol.

"Oksalat inilah yang menghasilkan kristal yang begitu tajam, sehingga dia merusak ginjal. Inilah yang kita temukan, dan akhirnya dugaan itu menjadi kuat," pungkas Syahril.

img
Gempita Surya
Reporter
img
Hermansah
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan