Juru bicara Kementerian Kesehatan Mohammad Syahril mengungkapkan, telah memeriksa 91 kasus dugaan hepatitis akut di 22 provinsi hingga Kamis (15/09). Diketahui dari jumlah tersebut, 35 berstatus probable, tujuh pending, 49 discarded.
“Hepatitis akut ini tersebar di 22 provinsi, jadi tidak semua provinsi ada kasus hepatitis suspek atau pendingnya,” kata Syahril dalam konferensi pers virtual, Jumat (16/9).
Dari 35 kasus probable, kasus terbanyak ada di DKI Jakarta dengan 12 kasus probable dan tiga kasus pending, DI Yogyakarta dengan tiga kasus probable, Juga Jawa Tengah dengan dua kasus probable dan dua kasus pending.
Dari 35 pasien probable dan tujuh pending, paling banyak berjenis kelamin laki-laki berusia 0 sampai 5 tahun.
Untuk itu, Syahril mengingatkan agar masyarakat memerhatikan gejala-gejala awal hepatitis. Mulai dari sakit perut, mual, muntah. Meski sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti dari hepatitis akut, tetapi masih bisa dicegah agar tak berlanjut.
Untuk itu, para orang tua diharapkan memperhatikan kondisi kesehatan anak-anaknya agar tidak sampai mengalami gejala lebih berat seperti mata menguning dan kesadaran yang menurun. Agar penanganan kasus hepatitis akut ini bisa ditindak lebih cepat.
Kementerian Kesehatan sendiri sudah menetapkan laboratorium nasional di Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan agar menerima seluruh rujukan sampel pasien-pasien yang diduga hepatitis.