

Kenapa kita tak ingat peristiwa spesifik saat masih bayi?

Banyak orang percaya, meski kita belajar banyak hal selama bertahun-tahun pertama kehidupan, kita tidak dapat mengingat peristiwa-peristiwa spesifik saat dewasa. Fenomena ini dikenal sebagai amnesia masa bayi.
Namun, para peneliti dari Universitas Yale—dan beberapa universitas lain—di Amerika Serikat menantang asumsi terkait ingatan bayi, menemukan pikiran mereka sebenarnya membentuk memori.
Penelitian mereka terbit di jurnal Science baru-baru ini. Sekitar usia setahun, anak-anak menjadi pembelajar yang luar biasa. Mereka belajar bahasa, berjalan, mengenali objek, memahami ikatan sosial, dan sebagainya.
“Namun, kita tidak mengingat pengalaman-pengalaman tersebut. Ada semacam ketidakcocokan antara plastisitas dan kemampuan belajar yang luar biasa ini,” ujar profesor psikologi di Universitas Yale sekaligus penulis penelitian tersebut kepada AFP.
Turk-Browne dan koleganya, tertarik pada petunjuk dari penelitian perilaku sebelumnya. Bayi memang tidak bisa melaporkan ingatan secara verbal sebelum menguasai bahasa, tetapi kecenderunganmereka menatap lebih lama pada hal-hal yang sudah familier memberi petunjuk penting.
Namun, dikutip dari Science Alert, hingga kini menggabungkan pengamatan bayi dengan pencitraan otak sulit dilakukan karena bayi sukar diajak bekerja sama untuk tetap diam di dalam mesin functional magnetif resonance imaging (fMRI)—sebuah alat yang melacak aliran daran untuk memantau aktivitas otak.
Para peneliti menggunakan metode menyulap laboratorium, bekerja sama dengan keluarga untuk memasukkan dot, selimut, dan boneka. Lalu, menahan bayi tetap diam dengan bantal, serta menggunakan pola latar belakang psikedelik untuk menjaga perhatian mereka.
Total, ada 26 bayi yang berpartisipasi. Setengahnya berusia di bawah satu tahun, setengahnya lagi di atas satu tahun—ketika otak mereka dipindai selama tugas memori yang diadaptasi dari studi orang dewasa.
Mereka diperlihatkan gambar wajah, pemandangan, atau objek. Kemudian, setelah melihat gambar lain, mereka disajikan gambar yang sebelumnya telah dilihat bersama dengan gambar baru.
“Kami mengukur berapa lama mereka menghabiskan waktu menatap hal yang sudah dilihat sebelumnya, dan itu adalah ukuran ingatan mereka terhadap gambar tersebut,” kata Turk-Browne.
Dengan membandingkan aktivitas otak selama pembentukan memori yang berhasil versus gambar yang terlupakan, para peneliti mengonfirmasi, hipokampus—bagian otak tempat memproses informasi dari luar dan mengirimnya ke bagian otak yang lain untuk disimpan, termasuk memori dan emosi—aktif dalam pengkodean memori sejak usia dini.
Hal ini terbukti pada 11 dari 13 bayi yang berusia di atas satu tahun, tetapi tidak pada bayi yang berusia di bawah satu tahun. Mereka juga menemukan, bayi yang tampil terbaik dalam tugas memori menunjukkan aktivitas hipokampus yang lebih besar.
Menurut Turk-Browne dalam Yale News, pengaruh usia ini mengarah pada teori yang lebih lengkap tentang bagaimana hipokampus berkembang untuk mendukung pembelajaran dan ingatan. Lalu, bagian posterior hipokampus—bagian yang lebih dekat ke bagian belakang kepala—tempat aktivitas pengkodean paling kuat adalah area yang sama yang paling terkait dengan ingatan episodik pada orang dewasa.
“Apa yang dapat kita simpulkan secara akurat dari studi ini adalah bayi memiliki kemampuan untuk mengkode memori episodik di hipokampus mulai sekitar usia satu tahun,” ucap Turk-Browne, dikutip dari Scinece Alert.
Sebelumnya, para peneliti menemukan hipokampus bayi berusia tiga bulan menunjukkan jenis memori berbeda, yang disebut pembelajaran statistik. Sementara memori episodik berkaitan dengan peristiwa tertentu, misalnya berbagi makanan Thailand dengan pengunjung dari luar kota tadi malam. Pembelajaran statistik berkaitan dengan mengekstraksi pola di seluruh peristiwa, misalnya seperti apa restoran itu, di daerah mana kuliner tertentu ditemukan, atau irama khas saat duduk dan dilayani.
Dua jenis memori ini menggunakan jalur saraf yang berbeda di hipokampus. Dan, dalam penelitian terhadap hewan, para peneliti telah menunjukkan jalur pembelajaran statistik, yang ditemukan di bagian hipokampus yang lebih anterior—area yang lebih dekat ke bagian depan kepala—berkembang lebih awal daripada jalur memori episodik.
Maka dari itu, Turk-Browne menduga memori episodik mungkin muncul di kemudian hari pada masa bayi, sekitar satu tahun atau lebih. Dia berpendapat, perkembangan ini masuk akal jika mempertimbangkan kebutuhan bayi.
Meski begitu, penelitian ini menunjukkan, memori episodik dapat dikodekan oleh hipokampus lebih awal dari yang diperkirakan sebelumnya, jauh sebelum memori paling awal yang dapat kita laporkan sebagai orang dewasa.
Mengapa kita kehilangan memori masa bayi? Ada beberapa kemungkinan. Pertama, memori tersebut mungkin tidak tersimpan sebagai ingatan jangka panjang. Kemungkinan kedua, memori tersebut sebenarnya masih ada tetapi tidak dapat diakses oleh kita.
“Turk-Browne menduga kemungkinan yang kedua lebih mungkin terjadi,” tulis Yale News.


Tag Terkait
Berita Terkait
Baby sitter tega campur susu dengan obat flu untuk bayi 18 bulan
Kapan bayi mulai mengenal humor?
Kasus langka, wanita dengan rahim ganda melahirkan bayi kembar
Bayi bisa belajar bahasa sebelum dilahirkan

