Di dunia yang gaduh, pecinta kereta api Amirul Ruslan menikmati kehidupan di atas rel jalur lambat Jungle Train. Inilah kereta tidur terakhir di Malaysia, yang melaju sejauh 526 km ke arah utara dalam semalam melalui dataran tinggi semenanjung hingga perbatasan Thailand.
Romansa dan sentuhan manis muncul dalam perjalanan kereta api yang lambat, jelasnya, terutama di zaman di mana terdapat janji kecepatan tinggi untuk mengantarkan orang dan kargo dari A ke B dalam waktu singkat.
Layanan “Kereta Hutan” berangkat dari jalur Pantai Barat yang lebih sibuk di kota persimpangan kecil Gemas, 110 km tenggara Kuala Lumpur. Dengan tiket semurah 34 ringgit (Rp116 ribu), kereta ini kemudian melaju ke utara dengan kecepatan 80 km/jam menyusuri pegunungan Titiwangsa, sebelum tiba di Tumpat, Kelantan, tidak jauh dari perbatasan Malaysia-Thailand.
Didorong oleh teman-teman dekatnya yang pindah ke Kalimantan bagian Malaysia melintasi Laut Cina Selatan, dan satu lagi yang bermigrasi ke luar negeri, Amirul dan teman-temannya menghabiskan 22 jam naik-turun Kereta Hutan sebagai perjalanan perpisahan pekan lalu.
“Ada banyak orang yang bisa diajak bicara, pramugari, pekerja di gerbong makan, atau penumpang lainnya,” kata Amirul kepada This Week in Asia.
“Semua orang terpesona oleh sedikit pertukaran budaya yang mereka dapatkan selama 11 jam perjalanan,” lanjutnya dikutip South China Morning Post.
Perjalanan jarak jauh merupakan hal biasa bagi penumpang kereta api di Malaysia hingga tahun 2010, setelah itu layanan ini tidak lagi menjadi moda transportasi yang layak bagi orang-orang yang buru-buru. Mereka yang mampu segera membeli mobil, terutama setelah pemerintah meluncurkan Proton pada akhir tahun 1980an, mobil nasional Malaysia.
Pembangunan Jalan Tol Utara-Selatan yang menghubungkan seluruh Semenanjung Malaysia dari Singapura hingga Thailand memangkas perjalanan darat – dan meningkatkan keselamatan. Mobil serta bus dengan cepat menjadi moda transportasi utama bagi sebagian besar masyarakat Malaysia.
Sejak saat itu, perkeretaapian mengalami kebangkitan kembali dengan investasi pemerintah pada proyek-proyek untuk melistriki jaringan kereta api – yang sebagian sudah dimulai pada tahun 1885 – yang mengarah pada diperkenalkannya layanan yang lebih baru dan lebih cepat.
Ketika Malaysia memperbaiki infrastruktur kereta api tua dengan proyek elektrifikasi dan jalur ganda di seluruh negeri, nostalgia masa lalu dan keunikan rutenya terus menarik masyarakat, penduduk lokal, dan pengunjung, pada pesona layanan kereta api yang lebih lambat dan lebih lama.
Dibangun pada tahun 1910-an oleh Inggris, rel ini merupakan satu-satunya penghubung darat antara dua pantai semenanjung.