close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi. Pixabay
icon caption
Ilustrasi. Pixabay
Sosial dan Gaya Hidup
Jumat, 28 Mei 2021 20:20

Kesehatan menstruasi, bukan hanya urusan perempuan!

Penting untuk memastikan adanya informasi dan fasilitas MKM yang memadai bagi anak perempuan juga upaya edukasi kepada anak laki-laki.
swipe

Setiap harinya, kurang lebih 300 juta perempuan dewasa dan anak perempuan di seluruh dunia yang menstruasi di saat yang sama. Sayangnya, seringkali kondisi biologis yang natural dan sehat ini masih dianggap sebagai hal yang kotor dan memalukan.

Di Indonesia, hanya 25% anak dan remaja perempuan usia 10-24 tahun yang memahami tentang siklus penting dalam hidupnya ini sebelum mereka mendapatkan menstruasi pertamanya. Satu dari enam peserta didik perempuan bahkan memilih untuk absen (tidak masuk sekolah), ketika mereka menstruasi karena merasa terbatasnya fasilitas sanitasi di sekolah ditambah minimnya pengetahuan tentang manajemen kebersihan menstruasi.

Fenomena ini mendorong adanya Hari Manajemen Kebersihan Menstruasi (MKM) Sedunia yang jatuh setiap 28 Mei. Hari MKM bertujuan untuk mengentikan tabu seputar menstruasi, sekaligus meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya MKM bagi perempuan.

“Anak perempuan menghadapi berbagai tantangan saat menstruasi dengan minimnya fasilitas MKM, misalnya belum banyak tersedia toilet umum yang terpisah bagi anak perempuan dan laki-laki untuk memastikan anak perempuan dapat nyaman menjaga kebersihan menstruasinya,” ujar Direktur Eksekutif Plan Indonesia Dini Widiastuti, dalam keterangan tertulisnya, Jumat (28/5).

Selain itu, anak perempuan yang menstruasi masih menghadapi persepsi tabu sehingga malu jika ada teman laki-laki yang mengetahuinya sedang menstruasi. Sehingga penting untuk memastikan adanya informasi dan fasilitas MKM yang memadai bagi anak perempuan juga upaya edukasi kepada anak laki-laki.

Menurut data Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (2020), 47% SD di Indonesia tidak memiliki toilet terpisah untuk anak perempuan dan laki-laki. Hasil analisa Data Pokok Pendidikan (Dapodik) 2017 menyatakan bahwa 12% atau sekitar 25.835 sekolah di Indonesia tidak memiliki jamban dan rasio jamban yang secara proporsional untuk laki-laki dan perempuan.

Pada situasi pandemik Covid-19, ketimpangan akses informasi dan layanan terkait MKM semakin besar bagi anak-anak dan kaum muda, terutama perempuan. Misalnya, harga pembalut menjadi semakin mahal, anak-anak semakin sulit ke luar rumah untuk membeli pembalut, serta tutupnya sekolah yang berdampak pada berkurangnya ruang interaksi dan arus pertukaran informasi terkait menstruasi.

“Kesehatan dan kebersihan menstruasi bukan hanya urusan perempuan. Perlu upaya bersama untuk menciptakan kondisi di mana tiap perempuan dewasa dan anak-anak dapat mengatur menstruasinya dengan higienis di mana pun mereka berada secara personal, aman dan bermartabat,” tegas Dini.

 

img
Indah Nawang Wulan
Reporter
img
Hermansah
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan