close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi seseorang yang berjalan sendirian di sebuah lahan parkir./Foto harutmovsisyan/Pixabay.com
icon caption
Ilustrasi seseorang yang berjalan sendirian di sebuah lahan parkir./Foto harutmovsisyan/Pixabay.com
Sosial dan Gaya Hidup
Sabtu, 04 Januari 2025 06:30

Keuntungan jadi orang introver

Ada banyak kesalahpahaman tentang seseorang yang introver, seperti dianggap antisosial, tidak ramah, pemalu, atau kesepian.
swipe

Pada 2 Januari, hari introver sedunia diperingati. Pencetusnya adalah seorang psikolog asal Jerman, Felicitas Heyne, berdasarkan artikelnya pada 2011 di situs web introvert.day. Perayaan itu didorong adanya beberapa kasus diskriminasi yang dialami orang introver karena punya sifat yang tertutup.

Melansir Sinews, psikolog asal Swiss, Carl Gustav Jung, menciptakan istilah introver dan ekstrover pada 1921. Menurut Jung, ekstrover adalah orang yang fokus pada dunia luar, berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan, sedangkan introver terkait dengan minat yang lebih besar terhadap rangsangan internal, seperti refleksi dan kontemplasi.

Ada banyak kesalahpahaman tentang seseorang yang introver, seperti dianggap antisosial, tidak ramah, pemalu, atau kesepian. Namun, di sisi lain menjadi seorang introver ternyata merupakan sebuah keuntungan.

Menurut penulis buku The Introverted Leader: Building on Your Quiet Strength, Jennifer B. Kahnweiler, seperti dikutip dari TIME, kaum introver adalah orang-orang yang mendapatkan energinya dari menghabiskan waktu sendirian.

“Ini seperti baterai yang harus diisi ulang. Lalu, mereka bisa keluar dan terhubung bersama orang lain dengan sangat baik,” kata Kahnweiler, dikutip dari TIME.

Penelitian yang diterbitkan Journal of Motor Behavior (2008) menemukan, kaum introver membutuhkan waktu lebih lama untuk memproses informasi daripada kaum ekstrover.

Kahnweiler menuturkan, penyebabnya karena mereka memproses informasi dengan lebih saksama daripada kaum ekstrover. Mereka membutuhkan waktu ekstra untuk memahami ide, sebelum beralih ke ide baru.

Profesor pascasarjana manajemen di The New School di New York, Amerika Serikat, Mark Lipton, dalam tulisannya di Psychology Today mengatakan, riset longitudinal yang dilakukan Susan Whitbourne dari University of Massachusetts mengungkap kaum introver sering melaporkan tingkat kepuasan yang lebih tinggi dengan keadaan kehidupan mereka di kemudian hari, dibandingkan dengan orang yang ekstrover.

“Kualitas yang mendefinisikan introversi, preferensi untuk lingkungan yang lebih tenang, kenyamanan dengan kesendirian, dan hubungan sosial yang lebih dalam tetapi lebih sedikit, tampaknya selaras dengan evolusi alami dunia sosial kita seiring bertambahnya usia,” kata Whitbourne, dikutip dari tulisan Lipton di Psychology Today.

Pendiri Stanford’s Center of Longevity, Laura Carstensen—dikutip dari Psychology Today—menyatakan, seiring bertambahnya usia, orang secara alami menjadi lebih selektif dalam berinteraksi sosial, lebih mengutamakan kualitas daripada kuantitas. Transisi seperti itu, menurut Lipton, yang mungkin terasa mengagetkan bagi kaum ekstrover, tetapi kerap terasa lebih alami bagi introver, yang sudah menghabiskan seumur hidup mengatur lingkaran sosial yang lebih kecil dan akrab.

Orang yang introver, seturut penelitian Helene Fung dari The Chinese University of Hong Kong, biasanya juga mengalami lebih sedikit kecemasan tentang perubahan sosial yang menyertai penuaan.

Penulis Paradoxical Strategies in Psychotherapy dan The Vision of Melville and Conrad, Leon F. Seltzer dalam Psychology Today mengatakan, seacara alami dan temperamen, kaum introver menahan diri untuk tidak mengutarakan sesuatu sampai mereka merasa yakin apa yang keluar dari mulutnya akan mencerminkan apa yang ada di dalam kepala. Mereka bakal mempertimbangkannya dengan hati-hati.

Tak seperti orang ekstrover, kaum introver jarang disebut impulsif, gegabah, atau terburu nafsu. Mereka tidak asal bicara, tetapi harus yakin bicaranya punya sesuatu yang berharga untuk dikatakan. Karena sikap ragu-ragu ini, ketika introver berbicara, kata-kata mereka cenderung lebih menarik perhatian dan dihormati.

Akan tetapi, ada salah satu kerugian menjadi introver. Seltzer menulis, cara orang introver menunda keputusan mereka karena sebelum bertindak cenderung merenungkan berbagai alternatif, terkadang dapat merugikan mereka.

“Hal ini dapat menyebabkan mereka kehilangan peluang yang lebih mungkin dimanfaatkan oleh rekan-rekan mereka yang ekstrover,” tulis Seltzer.

img
Fandy Hutari
Reporter
img
Fandy Hutari
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan