Pada Senin (14/1) di XXI Blok M Square, Jakarta Selatan, dihelat nonton bareng film Keluarga Cemara bersama artis Rio Dewanto dan Atiqah Hasiholan. Rio dan Atiqah diundang pihak Visinema Pictures.
Penonton yang datang mayoritas para pengemudi salah satu perusahaan penyedia jasa ojek daring. Maklum, salah satu sponsor film ini memang perusahaan transportasi daring itu.
Salah seorang pengemudi ojek daring, David, mengaku pernah ikut casting film Keluarga Cemara. Namun, dirinya tak lolos untuk bermain di film itu.
“Yang dibutuhkan hanya tiga orang, yang dicari yang bisa berbahasa Sunda,” kata David, Senin (14/1).
Lain lagi dengan Billy. Dia lolos casting, dan terlibat dalam film tersebut. Dia mengaku cukup sulit mengimbangi permainan akting pemeran lainnya.
Meski begitu, Billy mengaku tak pernah menonton serial Keluarga Cemara di televisi. Dirinya berharap, pembuatan film seperti Keluarga Cemara yang melibatkan perusahaan transportasi daring tempatnya bekerja dapat ada lagi.
“Lebih bagus lagi kalau para mitra (perusahaan transportasi daring) lainnya diajak ikut syuting. Ingin syuting lagi nih,” ujar Billy.
Billy menambahkan, dia sangat tersentuh dengan film Keluarga Cemara. Film ini, kata dia, membuatnya terbawa perasaan.
“Karena sangat bagus, terutama buat yang sudah berkeluarga,” kata Billy.
Pesan film ini, menurut Billy, mengingatkan agar tetap tegar menghadapi ujian kehidupan, dan selalu menjaga keharmonisan keluarga. Tak hanya itu, Billy menilai film ini pun berhasil dekat dalam menampilkan rekaman kehidupan para pengemudi ojek daring, seperti kebersamaan hingga bermacam masalahnya.
Sebelum film diputar, Atiqah mengatakan, film ini sarat pesan inspiratif.
“Dengan menonton film ini, ada kesadaran dan spirit baru tentang arti penting hidup berkeluarga. Tidak harus bagi yang sudah berkeluarga, penonton yang belum menikah pun pasti dapat memetik pesan yang baik dari menonton film ini,” kata Atiqah.
Film besutan sutradara Yandi Laurens ini sudah dirilis sejak 3 Januari 2019. Hingga hari ini, jumlah penonton film yang diangkat dari serial televisi pada 1996 hingga 2002 di RCTI dan 2004 hingga 2005 di TV7 itu sudah menembus satu juta lebih penonton.
Sebelum diangkat menjadi serial televisi dan film, diadaptasi dari novel Arswendo Atmowiloto yang terbit pada 1980-an.