Clive Davis Institute di New York University memperkenalkan kursus pertama tentang Taylor Swift yang akan berlangsung hingga 9 Maret mendatang. Kritikus musik Rolling Stone, Brittany Spanos akan terlibat dalam pengajaran materinya.
Dikutip dari Variety, Kamis (3/2), kursus musik Taylor Swift ini akan memberikan materi mengenai evolusi Swift sebagai pengusaha musik kreatif, warisan penulis lagu pop dan country, wacana pemuda dan kewanitaan, dan politik ras dalam musik populer kontemporer.
Perwakilan program menyatakan, kursus ini memiliki daftar tunggu yang sangat panjang. Taylor Swift juga tengah dikonfirmasi untuk diundang mengisi kelas.
Musikus Veteran, Jason King yang mengetuai program tersebut menyebutkan, kelas akan diisi oleh Questlove, penulis Dilla Time; Dan Charnas, Q-Tip; produser-insinyur legendaris Bob Power, dan banyak lainnya.
"Kursus ini mengajarkan untuk mendekonstruksi baik daya tarik Taylor Swift melalui pembacaan musik dan wacana publik yang berkaitan dengan pertumbuhannya sebagai seorang seniman dan selebriti,” ujar King.
Kelas akan menggali analisis budaya dan politik gadis remaja dalam musik pop, fandom, studi media, politik ras kulit putih, dan kekuasaan. Topik-topik lain yang dipertimbangkan adalah hak cipta dan kepemilikan, nasionalisme Amerika dan dampak berkelanjutan dari media sosial pada industri musik pop.
Siswa yang mengikuti kursus diharapkan mampu mengembangkan pemahaman dan penghargaan untuk Taylor Swift sebagai pengusaha musik kreatif, mendekonstruksi kreativitas, dan cara menulis lagunya, sehingga dia tetap bertahan di industri musik yang progresif. Siswa juga akan mendapatkan pemahaman tentang bagaimana wacana pemuda dan kewanitaan sering dieksploitasi di media dan industri musik. Kemudian siswa akan belajar tentang politik ras dalam musik populer kontemporer.
Antusiasme orang-orang yang ingin belajar di jurusan ini, menurut King, sungguh di luar dugaan. Dia awalnya menganggap kelas ini adalah gagasan bodoh ketika Brittany pertama kali menyarankannya.
Brittany adalah penggemar Taylor Swift, tetapi dia sekaligus mengerti bagaimana memahami konteks budayanya, dan membuat siswa berpikir lebih dalam tentang dia dan musiknya melalui lensa gender, feminisme, ras, kelas sosial, dan kategori lain yang terkait dengan identitas.