Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional (BKKPN) Kupang, salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), melaporkan peristiwa seekor penyu lekang bertelur pada siang hari di Pantai Sosadale, Kabupaten Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur.
Peristiwa langka ini terjadi pada Rabu (17/06) pukul 10.00 WITA. Sebanyak 145 telur dikeluarkan dari tubuh hewan yang dilindungi ini.
Pengelola Ekosistem Laut dan Pesisir (PELP) Ahli Utama KKP Agus Dermawan menjelaskan, penyu bertelur dengan tingkah laku yang berbeda sesuai dengan jenis masing-masing. Setiap jenis penyu memiliki waktu peneluran yang berbeda satu sama lain.
“Penyu lekang umumnya bertelur saat menjelang malam (jam 20.00-24.00). Sedangkan penyu sisik waktu bertelur tidak dapat diduga, kadang malam hari, kadang siang hari,” jelas Agus di Jakarta. dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (20/6).
Penyu biasanya bertelur pada malam hari karena memerlukan kondisi lingkungan yang aman. Jika terjadi gangguan, penyu akan kembali lagi ke laut. Jika sudah saatnya harus bertelur dan dirasa siang hari aman, maka penyu akan naik ke pantai untuk bertelur.
“Biasanya penyu lekang membutuhkan waktu sekitar satu jam untuk menyelesaikan proses bertelur dengan jumlah telur per sarang sekitar 109 butir. Selang waktu bertelur per musim sekitar 17-30 hari,” ujarnya
Kepala BKKPN Kupang Ikram M Sangadji, menambahkan, dalam rangka pelestarian penyu di Pantai Sosadale yang berada di TNP Laut Sawu, KKP membangun demplot penyu dan membina Kelompok Camar Laut sebagai pengelolanya.
“Dari hasil monitoring selama lima tahun terakhir memang menunjukkan bahwa penyu rutin bertelur di wilayah Pantai Sosadale setiap tahunnya. Puncak waktu bertelur pada Juli dan Agustus. Oleh karena itu sebagai tindakan pelestarian untuk melindungi telur penyu dari predator maka BKKPN Kupang menginisiasi pembangunan demplot penyu berbasis pengelolaan masyarakat pada 2016,” jelas Ikram di Kupang.
Saat kejadian peneluran tersebut, kebetulan Kelompok Camar Laut berada di lokasi dan langsung bergerak cepat merelokasi telur penyu ke demplot penyu, untuk mengamankannya dari predator seperti anjing dan babi.
Menanggapi peristiwa langka ini, Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut (Dirjen PRL) Aryo Hanggono menjelaskan, lokasi penyu bertelur tersebut termasuk dalam Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN) Taman Nasional Perairan (TNP) Laut Sawu yang dikelola oleh BKKPN Kupang.
“Saya instruksikan BKKPN Kupang untuk meningkatkan pemantauan dan pengawasan di lokasi peneluran. Sehingga telur penyu terlindungi, dari gangguan predator maupun dari pencurian,” jelas Aryo.