close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Warga mengenakan face shield saat berolahraga di Kompleks Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta, Sabtu (6/6/2020). Foto Antara/Puspa Perwitasari/hp.
icon caption
Warga mengenakan face shield saat berolahraga di Kompleks Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta, Sabtu (6/6/2020). Foto Antara/Puspa Perwitasari/hp.
Sosial dan Gaya Hidup
Minggu, 07 Juni 2020 11:37

Langkah adaptif berolahraga yang aman di masa pandemi

Olahraga dapat dilakukan secara mandiri oleh diri sendiri tetapi masyarakat biasanya melakukannya dalam komunitas.
swipe

Olahraga menjadi salah satu aktivitas yang dapat mengusir rasa jenuh maupun kebosanan di saat kita menghabiskan sebagian waktu di rumah. Namun, kita tetap perlu memperhatikan beberapa hal yang aman dilakukan, khususnya di tengah masa pandemi.

Olahraga dapat dilakukan secara mandiri oleh diri sendiri tetapi masyarakat biasanya melakukannya dalam komunitas. Di tengah masa penyebaran virus SARS-CoV-2, ini menjadi tantangan bagi mereka yang biasa melakukannya secara berkomunitas. Namun, upaya adaptif dapat dilakukan sehingga yang dilakukan oleh warga dapat tetap aman dan produktif. 

Pendiri Komunitas Yoga Gembira Yudhi Widyantoro mengungkapkan bahwa komunitasnya melakukan secara mandiri saat pandemi. Namun komunitasnya dapat terhubung secara virtual. 

“Sebelum masa pandemi, di Taman Suropati minggu pagi, ada minimal 100 orang yang melakukan kegiatan Yoga,” ujar Yudhi di Media Center GTPPC19 (7/6).

Menurutnya, ada sesuatu yang hilang saat melakukan yoga sendiri. 

“Kami memiliki ‘ritual’ pintong, pindah tongkrongan,” ujar Yudhi. Komunitas ini biasanya mencari makanan bersama setelah melakukan yoga. Yudhi mengatakan bahwa rindu kebersamaan merupakan pembicaraan di antara anggota komunitas yoga. 

Ia juga menyampaikan bahwa kebersihan perlu dijaga sebelum melakukan yoga, seperti matras yang digunakan dan kebersihan tangan.

Sedangkan bagi penggiat olahraga bersepeda, beberapa langkah perlu dipersiapkan. Menurut pesepeda Azrul Ananda, olahraga sepeda mengalami perubahan besar. Salah satunya dengan pemanfaatan teknologi. Dengan bersepeda statis, dapat melakukan dengan bantuan virtual meskipun ini tidak sama ketika bersepeda dengan menikmati lingkungan. 

Langkah adaptif juga dilakukannya ketika bersepeda. “Memilih sendirian atau membatasi kelompoknya. Sebisa mungkin yang saling kenal. Tentu dengan normal baru,” ujar Azrul yang juga pendiri mainsepeda.com.

Azrul mengatakan sebaiknya dengan teman yang dikenal karena mengenal mereka atau kebiasaan mereka. Olahraga bersepeda membutuhkan kepercayaan satu sama lain.

Berbeda dengan yoga, langkah adaptif juga sangat dibutuhkan dalam berolahraga sepeda. Selain dalam berkomunitas, persiapan diri juga perlu dilakukan. 

Orang lebih sadar berolahraga di saat pandemi, namun ia berpesan untuk masyarakat yang memulai bersepeda untuk mengetahui etika bersepeda, misalnya penggunaan helm, pelindung buff dan formasi bersepeda. 

“Ayo olahraga dengan masker saling menjaga. Jangan langsung olahraga, disesuaikan dengan kemampuannya,” ujar Azrul melalui sambungan zoom.

Sementara itu, pelari Melanie Putria menyampaikan situasi ini merupakan kesempatan untuk mengajak anak-anak atau anggota keluarga lain berolah raga di rumah. Mereka yang jenuh dan bosan di rumah dapat kembali aktif dan semangat dengan berolah raga. 

Ia sependapat dengan Yudhi, olahraga lari juga memiliki komunitas. Di saat pandemi seperti ini, mereka memiliki rasa rindu luar biasa untuk berlari bersama.

Menurut Melanie, pelari tetap harus membawa masker apabila melakukan aktivitas tersebut. Namun ia berpesan, “Jangan menggunakan masker saat berlari.”

Saat berlari dengan menggunakan masker berisiko kepada mereka yang memiliki riwayat sakit jantung bawaan atau penyakit respirasi lain. Masker dapat digunakan kembali setelah tidak berlari.
 

img
Nanda Aria Putra
Reporter
img
Hermansah
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan