Asisten pelatih timnas sepak bola Indonesia, Alex Pastoor, terlihat memimpin sesi latihan menjelang pertandingan Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia melawan Bahrain di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta, Selasa (25/3) malam. Ada spekulasi, di laga penting menghadapi Bahrain nanti, strategi yang digunakan lebih cenderung pada gaya permainan Pastoor.
Sebelumnya, debut Patrick Kluivert sebagai pelatih timnas Indonesia—yang beberapa waktu lalu menggantikan Shin Tae-yong—mesti nelangsa. Skuat Garuda dihajar 5-1 di Sydney. Permainan Indonesia dinilai terlalu percaya diri menerapkan sepak bola menyerang.
Mantan striker timnas Indonesia, Budi Sudarsono menilai, permainan Indonesia terlalu terbuka hingga diberondong banyak gol.
Dikutip dari Jakarta Globe, Kluivert pernah mengungkapkan kekagumannya terhadap filosofi total football Belanda. Namun, dia enggan berkomitmen untuk menerapkannya pada timnas Indonesia. Dia mengatakan, perlu menilai kualitas para pemain sebelum memutuskan pendekatan taktik yang tepat.
Kluivert berjanji, taktiknya bakal mengutamakan permainan menyerang. “Jika Anda ingin menang, tentu saja Anda harus mencetak gol,” kata dia saat diperkenalkan kepada media di Hotel Mulia, Jakarta, Minggu (12/1).
Berdasarkan pengalamannya sebagai pemain dan asisten pelatih Louis van Gaal selama Piala Dunia 2014, Kluivert mengaku familier dengan berbagai sistem taktik, termasuk total football.
“Saya suka bermain sepak bola menyerang dan menguasai bola,” ujar dia.
“Saya pribadi lebih suka formasi 4-3-3, tetapi itu tergantung pada apa yang membuat pemain merasa nyaman.”
Menurut situs Jobs in Football, total football mengacu pada teori permainan taktis yang fleksibel, di mana setiap pemain bisa mengambil peran pemain lain dalam tim. Pemain diharapkan bisa berganti posisi secara berkala, masuk lebih dalam,a tau bergerak melebar untuk menciptakan ruang, sedangkan rekan setimnya mengisi dan menggantikan mereka.
Selain itu, tim berusaha membaut lapangan menjadi “besar” ketika menyerang, dan “kecil” ketika bertahan, menekan pemain lawan dengan keras ketika mereka menguasai bola.
Total football memiliki kekuatan mengalahkan lawan dengan menggunakan campuran dari tekanan yang tinggi, posisi yang cair, dan keterampilan teknis. Namun, strategi ini punya kelemahan. Tak hanya pada pengetahuan posisi, kemampuan beradaptasi, dan kemampuan teknis setiap pemain, total football pun membutuhkan tingkat kebugaran yang sangat tinggi.
Namun, filosofi Kluivert itu berbeda dengan Pastoor. Ketika pada Januari 2025 Pastoor ditunjuk menjadi asisten pelatih timnas Indonesia, bersama Danny Landzaat, secara tegas dia menyatakan tak akan menerapkan skema total football. Diwawancarai Marca, Pastoor menegaskan, gaya permainan total football jauh dari karakteristik skuat Garuda.
“Total football membutuhkan pemain-pemain kelas atas yang multiposisi dan memiliki stamina super,” kata Pastoor. “Skuat timnas Indonesia saat ini lebih cocok dengan strategi positional play.”
Pastoor lebih memiliki strategi catenaccio, bila diberi waktu lebih dari setahun membina tim. Dilansir dari Jobs in Football, catenaccio atau “gerendel pintu” adalah istilah yang berasal dari Italia, yang mengacu pada sistem pertahanan yang dibangun berdasarkan penjagaan pemain.
Pada dasarnya, strategi ini melibatkan penempatan gelandang tengah kembali ke posisi pertahanan yang lebih daam, dan menggunakan mereka sebagai “penyapu” yang bermain di belakang.
Kekuatan catenaccio terletak pada soliditas pertahanannya. Dengan berfokus pada penjagaan satu lawan satu dan memanfaatkan sweeper, tim bisa menetralkan ancaman serangan lawan. Meski begitu, strategi ini bukan tanpa celah.
Sistem ini terlalu defensif, lebih mengutamakan pencegahan gol daripada menciptakan gol. Selain itu, keberhasilan catenaccio sangat tergantung pada disiplin dan konsentrasi para pemain, yang berarti satu kesalahan bisa merusak seluruh sistem.
Terlepas dari itu, segala strategi akhir ada di tangan pelatih kepala Patrick Kluivert. Mantan pelatih Curacao itulah yang akan memutuskan strategi timnas Indonesia melawan Bahrain.