close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi seseorang yang kesepian./Foto Pexels/Pixabay.com
icon caption
Ilustrasi seseorang yang kesepian./Foto Pexels/Pixabay.com
Sosial dan Gaya Hidup - Kesehatan
Rabu, 08 Januari 2025 15:59

Lewat protein, peneliti menemukan risiko kesepian terhadap kesehatan

Kesepian dan isolasi sosial sudah lama dikaitkan dengan kesehatan yang buruk.
swipe

Kesepian telah lama dikaitkan dengan kesehatan yang buruk. Namun, belum jelas apa penyebabnya. Kini, para peneliti dari University of Cambridge dan Fudan University mengungkap, kesepian bisa memengaruhi kadar sejumlah kecil protein—yang dikaitkan dengan berbagai penyakit dan bahkan kematian.

Para peneliti dari Inggris dan China dalam hasil riset yang diterbitkan di jurnal Nature Human Behaviour (2025) menemukan, hubungan sosial memegang peranan penting dalam kesehatan seseorang. Interaksi dengan teman atau keluarga, bisa meningkatkan sistem kekebalan tubuh, mengurangi risiko penyakit jantung, stroke, dan diabetes tipe 2.

Para peneliti mempelajari protein dari sampel darah yang diambil dari sekitar 42.000 orang dewasa berusia 40 hingga 69 tahun, yang dimasukan dalam UK Biobank—tempat penyimpanan bahan biologis yang mengumpulkan, memproses, menyimpan, dan mendistribusikan biospesimen untuk mendukung penyelidikan ilmiah.

Protein yang merupakan molekul yang diproduksi gen sangat penting untuk membantu tubuh berfungsi dengan baik. Dikutip dari situs web University of Cambridge, para peneliti mengamati protein mana yang kadarnya lebih tinggi di antara orang-orang yang terisolasi secara sosial atau kesepian, serta bagaimana protein itu berhubungan dengan kondisi kesehatan.

Kemudian, para peneliti menghitung skor isolasi sosial dan kesepian setiap individu. Isolasi sosial adalah ukuran objektif yang didasarkan pada apakah seseorang tinggal sendiri, seberapa sering seseorang melakukan kontak dengan orang lain, dan apakah mereka ikut serta dalam kegiatan sosial. Sedangkan kesepian adalah ukuran subjektif yang didasarkan pada apakah seseorang merasa kesepian.

Saat para peneliti menganalisis proteom—rangkaian protein dalam sampel darah—dan menyesuaikannya dengan usia, jenis kelamin, dan latar belakang sosial-ekonomi, mereka menemukan 175 protein yang terkait dengan isolasi sosial dan 26 protein yang berhubungan dengan kesepian. Banyak dari protein itu diproduksi sebagai respons terhadap peradangan, infeksi virus, dan sebagai bagian dari respons imun kita, serta telah dikaitkan dengan penyakit kardiovaskular, diabetes tipe 2, stroke, dan kematian dini.

Para peneliti pun mempelajari data yang melacak kesehatan peserta selama periode rata-rata 14 tahun.

“Kami menemukan sekitar 90% dari protein init erkait dengan risiko kematian,” ujar salah seorang peneliti dari Fudan University di China, Chun Shen, dikutip dari The Guardian.

Di samping itu, sekitar 50% dari protein tersebut terkait dengan penyakit kardiovaskular, diabetes tipe 2, dan stroke.

Para peneliti lalu menggunakan teknik statistik yang dikenal sebagai pengacakan Mendelian untuk mengeksplorasi hubungan kausal antara isolasi sosial dan kesepian di satu sisi, dan protein di sisi lain. Dengan pendekatan ini, mereka mengidentifikasi lima protein yang kelimpahannya disebabkan kesepian.

Salah satu protein yang diproduksi dalam kadar tinggi akibat kesepian adalah ADM. Para peneliti menemukan, ada hubungan yang kuat antara ADM dan volume insula, pusat otak untuk interosepsi, dan kemampuan kita merasakan apa yang terjadi di dalam tubuh.

Kadar ADM yang lebih tinggi pun dikaitkan dengan volume yang lebih rendah dari caudate kiri—daerah yang terlibat dalam proses emosional, penghargaan, dan sosial. Kadar ADM yang lebih tinggi juga dikaitkan dengan peningkatan risiko kematian dini.

Protein lainnya, ASGR1, dikaitkan dengan kolesterol yang lebih tinggi dan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular. Sementara protein lain yang teridentifikasi berperan dalam pengembangan resistensi insulin, aterosklerosis (pengerasan arteri), dan perkembangan kanker.

“Protein yang kami identifikasi memberi kita petunjuk tentang biologi yang mendasari kesehatan yang buruk di antara orang-orang yang terisolasi secara sosial dan kesepian, menyoroti mengapa hubungan sosial memainkan peran penting dalam menjaga kita tetap sehat,” kata salah seorang peneliti dari University of Warwick, Jianfeng Feng, dikutip dari situs web University of Cambridge.

Peneliti dari University of Helsinki, Marko Elovainio, mengatakan penelitian tersebut sangat mendukung penelitian sebelumnya, yang menunjukkan kesepian dan isolasi sosial dikaitkan dengan sejumlah masalah kesehatan fisik. Mungkin sebagai akibat dari proses peradangan sistemik, yang disebabkan stres.

“Kontribusi signifikan dari penelitian ini adalah menjelaskan mekanisme biologis (protein) yang mungkin bertanggung jawab atas hubungan yang diamati,” kata Elovainio kepada The Guardian.

Salah satu penelitian yang mengaitkan antara kesepian dan kesehatan seseorang diterbitkan di BMJ Journals (2016). Dalam riset itu, para peneliti dari University of York menulis, kesepian dikaitkan dengan sistem kekebalan tubuh yang terganggu, tekanan darah tinggi, dan kematian dini. Kesepian dan isolasi sosial berkorelasi dengan peningkatan 30% dalam risiko terkena stroke atau penyakit arteri koroner.

Elovainio mengatakan, perilaku kesehatan yang berhubungan dengan stres, seperti konsumsi alkohol berlebihan dan rendahnya aktivitas fisik, mungkin merupakan faktor yang lebih signifikan yang berkontribusi terhadap dampak kesehatan akibat kesepian.

“Dan mungkin juga mendasari beberapa perubahan kadar protein yang ditandai dalam penelitian tersebut,” kata Elovainio kepada The Guardian.

img
Fandy Hutari
Reporter
img
Fandy Hutari
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan