close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi: Pexels
icon caption
Ilustrasi: Pexels
Sosial dan Gaya Hidup
Senin, 20 September 2021 17:08

Literasi digital rendah, perempuan perlu lakukan ini

Ada beberapa cara agar para perempuan lebih melek digital.
swipe

Data We Are Social Digital Report 2021 menunjukkan data penggunaan internet didominasi oleh laki-laki (50,3%) dibandingkan dengan perempuan (49,7%). Hal serupa terlihat dari tingkat literasi digital. Perinciannya, literasi digital perempuan untuk usia 15 tahun ke atas lebih rendah (90,4%) dibanding aki-laki (97,3%).

Ini mencerminkan perempuan masih kurang dari sisi literasi digital. Padahal, perempuan memiliki peran yang cukup besar, baik dalam keluarga maupun ekonomi. Peran perempuan dalam literasi digital menjadi penting sebagai jendela informasi keluarga dan masyarakat, salah satunya adalah dalam pola pengasuhan anak dan pengawasan penggunaan teknologi.

“Perempuan memegang peranan yang penting banget. Perempuan memiliki tantang dan tanggung jawab yang cukup berat, sehingga dibutuhkan literasi digital pada perempuan, agar tau apa saja yang bisa diberikan pada keluarga dan mana yang tidak,” ujar Certified positive discipline parent educator dan Positive parenting influencer, Damar Wijayanti secara virtual (20/9).

Dengan mengetahui cara mengakses informasi yang baik dan benar, perempuan dapat mencegah terpaparnya hoaks ataupun informasi-informasi yang tidak kredibel bagi keluarganya.

Damar kemudian memberikan beberapa cara yang bisa dilakukan, khususnya para perempuan agar lebih melek akan literasi digital. Di antaranya dengan metode VUCA (Vision, Understanding, Clarity, dan Agility) dengan penjelasan sebagai berikut;

V: vision

Banyaknya informasi yang menyerbu dengan cepat membuat kita kerap kali bingung. Oleh karena itu kita harus memiliki visi ataupun nilai-nilai yang kita yakini. Dengan menentukan visi, kita dapat menyaring informasi-informasi yang sekiranya tidak sesuai dengan visi kita.

U: Understanding

Saat ini masih banyak berita ataupun informasi yang tidak pasti, hal ini membuat kita bingung apakah hal tersebut bisa diterima atau tidak. Maka dari kita harus pahami betul dan mengecek kembali kebenaran dari informasi tersebut. Jika sudah mengetahuinya, baru kita bisa bertindak untuk diri kita ataupun me-sharing dengan orang lain.

C: Clarity

Kerap kali kita masih saja bingung dengan informasi tersebut, karena merasa jika informasi tersebut benar. Hal yang bisa dilakukan adalah dengan melihat manakah sumber yang lebih kredibel.

Jika informasi tersebut bersumber dari media yang kredibel, seperti informasi dari kemenkes, maka kamu tidak perlu khawatir. Namun jika informasi tersebut tidak memiliki data yang pasti, dan tidak jelas sumbernya, kamu bisa skip berita/informasi itu.

A: Agility

Gunakan kolaborasi penggabungan. Artinya, menggabungkan informasi-informasi yang kredibel tersebut, tetapi juga disesuaikan kondisi yang sedang dialami. Seperti halnya mengenai penerapan pembelajaran tatap muka pada anak.

Para ibu bisa menyesuaikan informasi penerapan pembelajaran tatap muka (PTM) pemerintah, dengan informasi akan usia anak yang diperbolehkan untuk PTM menurut kemenkes. Sehingga bisa menentukan tindakan apa yang bisa dilakukan sesuai dengan kondisi.

Dengan cara tersebut, diharapkan perempuan dapat berpartisipasi dan lebih paham akan literasi digital. Begitu pula peran seluruh lapisan masyarakat agar menghapus pemikiran akan bias gender, serta memastikan perempuan mendapatkan hak-haknya dengan setara. Sementara media berperan dalam meminimalisir berita atau informasi yang tidak ramah pada perempuan.

img
Clarissa Ethania
Reporter
img
Fathor Rasi
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan