close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Abdul Halim Iskandar, membuka agenda Eco Fashion Week Indonesia (EFWI) 2.0 Tahun 2019.Kemendesa PDTT
icon caption
Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Abdul Halim Iskandar, membuka agenda Eco Fashion Week Indonesia (EFWI) 2.0 Tahun 2019.Kemendesa PDTT
Sosial dan Gaya Hidup
Kamis, 05 Desember 2019 17:42

Live in Designer, upaya mengembangkan tenun di daerah tertinggal

Bertujuan untuk merubah konsep tenun yang selama ini dikelola dengan tradisional, menjadi lebih modern tanpa meninggalkan ciri khasnya
swipe

Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Abdul Halim Iskandar, membuka agenda Eco Fashion Week Indonesia (EFWI) 2.0 Tahun 2019 dengan tajuk “Green Sustainable” pada Kamis, (5/12) di Sarinah Building, Jakarta.

Kegiatan yang dilaksanakan selama tiga hari ini diselenggarakan atas kerja sama Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal, Kementerian Desa PDTT dengan Yayasan Merdi Sihombing dan lembaga penyelenggara Eco Fashion Week Indonesia.

Kegiatan EFWI menjadi satu gebrakan baru dalam pengembangan tenun di Indonesia. Hal ini bertujuan untuk merubah konsep tenun yang selama ini dikelola dengan tradisional, menjadi lebih modern tanpa meninggalkan ciri khasnya.

Tenun dikembangkan dan dipromosikan dalam model baru melalui program EFWI yang merupakan satu rangkaian dari program Live in Designer.

Dalam pembukaannya, Menteri Desa, PDT dan Transmigrasi menyampaikan pembangunan harus sesuai dengan perkembangan budaya dan peradaban manusia. 

“Pembangunan desa harus dilakukan berbasiskan peradaban, jadi pembangunan tidak boleh meninggalkan kebudayaan. Pembangunan desa harus juga mengembangkan kebudayaan yang sudah ada, yang terus menerus diturunkan di setiap generasi,” ucap Abdul Halim Iskandar dalam pembukaan EFWI 2019.

Live in Designer merupakan program khusus untuk mengembangkan tenun di daerah tertinggal yang digagas sejak 2018 oleh Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal, Kementerian Desa PDTT. Tujuannya adalah agar tenun Indonesia dapat berkembang lebih optimal, terutama pada aspek promosi dan pemasaran.

Live in Designer sendiri merupakan sebuah program pelatihan bagi para penenun lokal, di mana designer tinggal bersama mereka dan mengajari proses menenun yang benar serta mengajak mereka untuk back to nature dalam menggunakan bahan dan pewarna alami (natural dyes). Hasil dari pelatihan ini selanjutnya di tampilkan dan di promosikan dalam event eco fashion

Kegiatan EFWI pertama kali dilaksanakan pada November 2018 di Gedung Stovia, Museum Kebangkitan Nasional, Jakarta. Setelah itu, kegiatan ini merambah ke tujuh ajang internasional eco fashion bergengsi lainnya pada 2019. Harapannya melalui kegiatan ini, tenun Indonesia dapat lebih dikenal dan dapat diterima di pasar fashion lokal dan dunia.

Rencananya, EFWI akan menjadi kegiatan tahunan yang dilaksanakan dengan melibatkan para penenun dari wilayah lain di Indonesia serta menampilkan koleksi terbaru tenun lainnya.

Kegiatan EFWI 2019 menampilkan 50 koleksi tenun tradisional asli Indonesia yang berasal dari empat kabupaten lokasi pelaksanaan Live in Designer 2019, yaitu Kabupaten Lombok Tengah, Kabupaten Donggala, Kabupaten Nias Selatan, dan Kabupaten Timor Tengah Selatan.

Kegiatan ini juga memiliki beberapa rangkaian kegiatan, di antaranya peragaan busana, talkshow, workshop, serta pameran dan penjualan produk eco-fashion di pop-up store Sarinah Mal. Selain itu, dalam kegiatan ini juga dilaksanakan launching buku Pewarna Alam: Jendela Menuju Mode Berkelanjutan.

Buku ini berisi dokumentasi keseluruhan rangkaian kegiatan Live in Designer termasuk penjelasan ringkas terkait teori warna, tahapan proses pewarnaan alam, membuat motif tenun, sekaligus teknik memintal dan menenun sampai siap untuk dipasarkan.

img
Tri Kurniawan
Reporter
img
Tri Kurniawan
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan