Seorang wisatawan asal Jakarta, Dwi Purba, 35 tahun, mengaku kelelahan saat menunggu kemacetan terurai di daerah Puncak Bogor, Jawa Barat. Acara keluarga di akhir pekan kemarin, menguras tenaganya.
Sayangnya, saat keluar dari vila di bilangan Cisarua, Bogor, Minggu (15/9) siang, dia dan keluarganya sudah tak bisa jalan lagi. Mobil yang dikendarainya langsung terjebak macet, bahkan baru berada di depan gerbang vila. Dia terjebak dalam kemacetan selama berjam-jam. Bahkan, Dwi sempat mematikan mesin kendaraan.
“Sampai malam baru bisa bergerak lagi,” ucap Dwi kepada Alinea.id, Rabu (18/9).
Terjebak macet di jalur kawasan Puncak Bogor pun dialami Tasya Hilde, 32 tahun. Dirinya hendak pulang, usai acara kerohanian di daerah Cisarua pada Minggu (15/9). Ketika berharap bisa sampai ke rumah untuk beristirahat, justru dia harus bergelut dalam kemacetan selama berjam-jam.
“Kondisi badan sudah capek banget ya, habis acara kerohanian dari Sabtu sampai Minggu. Jadi sudah sibuk acara, terus macet total,” kata Tasya, Selasa (17/9).
“Mati gaya, bingung mau ngapain lagi. Sudah tidur sampai kebangun, belum juga bergerak sama sekali.”
Kemacetan parah terjadi di sepanjang jalur Puncak Bogor pada Minggu (15/9) akibat libur akhir pekan yang panjang, bertepatan dengan Maulid Nabi Muhammad SAW pada hari Senin (16/9). Kendaraan yang menuju dan kembali dari kawasan Puncak Bogor terjebak selama berjam-jam.
Volume kendaraan di jalur Puncak Bogor meningkat selama libur panjang. Menurut Kapolres Bogor Rio Wahyu Anggoro, seperti dikutip dari Antara, ada sekitar 150.000 kendaraan di jalur wisata Puncak Bogor selama Minggu (15/9).
Akibat kemacetan parah itu, seorang wisatawan asal Bambu Apus, Jakarta Timur, berinisial NM, 56 tahun, meninggal dunia. NM diduga kelelahan saat hendak pulang usai berwisata dari Agro Wisata Gunung Mas, Cisarua, pada Minggu (15/9) malam. Dia mengalami pusing, sesak napas, dan pingsan. Dia diduga memiliki penyakit bawaan atau komorbid.
Sementara itu, Guru Besar Bidang Ilmu Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Universitas Indonesia (UI) Erlina Burhan mengingatkan agar masyarakat tidak memaksakan bepergian bila kondisi badan kurang fit, serta tak lupa menyiapkan perlengkapan kesehatan perjalanan.
“Hal kecil seperti kebersihan tangan, kondisi untuk tetap terhidrasi, dan tidur yang cukup juga tidak boleh luput,” kata Erlina, Rabu (18/9).
Ketua Satgas Covid-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) itu pun menyarankan, para lansia dan orang dengan komorbid dapat memperoleh vaksinasi Covid-19 secara gratis melalui puskesmas dan pusat layanan kesehatan pemerintah, meski pandemi sudah mereda.
“Penyakit ini masih ada dan penting bagi tubuh untuk terus melindungi diri dari penyakit ini dengan melakukan vaksinasi,” ujar Erlina.
Masyarakat pun diminta untuk memperhitungkan aktivitas yang akan dijalani. Lalu, memeriksa pedoman lokal seputar kesehatan dan Covid-19, flu, atau penyebaran penyakit lainnya di tempat yang akan dituju.
Terpisah, Ketua Umum PB IDI Adib Khumaidi mengingatkan masyarakat untuk menjaga kesehatan dan melakukan sejumlah persiapan sebelum melakukan perjalanan, baik untuk liburan maupun bisnis di musim pancaroba ini.
Menurutnya, kewaspadaan dini menjadi bagian penting yang harus selalu dilakukan warga. Apalagi perubahan cuaca yang drastis, dari panas terik ke hujan deras atau sebaliknya, dapat memengaruhi kesehatan kelompok rentan, seperti anak-anak, lansia, ibu hamil, atau orang-orang yang kondisi tubuhnya kurang fit.
Dia menyarankan masyarakat melakukan vaksinasi flu sekurangnya satu atau dua minggu sebelum bepergian untuk melindungi diri, serta mengurangi kemungkinan penyebaran virus ke orang lain. Kalau perlu juga melakukan vaksinasi Covid-19.
“Penelitian menunjukkan bahwa orang yang telah divaksinasi Covid-19 memiliki kemungkinan kecil untuk menularkan virus pada orang lain,” kata Adib, Rabu (18/9).
“Menjadikan perjalanan, baik dekat maupun jauh, menjadi lebih aman bagi diri Anda sendiri dan orang lain di rombongan Anda.”