Media sosial (medsos) telah menjadi platform baru bagi masyarakat dalam mengakses berbagai informasi dan sarana komunikasi. Penelitian We Are Social dan Hootsuite pada Januari 2021 menemukan lebih dari setengah penduduk di Indonesia aktif dalam menggunakan medsos.
Bahkan, rata-rata orang Indonesia menghabiskan tiga jam 14 menit sehari untuk mengakses media sosial. Pandemi Covid-19 turut andil mendorong peningkatan aktivitas penggunaan media sosial, salah satunya mengunggah konten informasi.
Di sisi lain, derasnya arus informasi berpotensi besar meningkatkan penyebaran hoaks, salah satunya melalui medsos. Dalam kondisi demikian, pemeriksa fakta senior dari Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) Muhammad Khairil Haesy mengatakan, pola pikir yang penting posting, perlu diubah menjadi posting yang penting.
Artinya, seseorang harus bijak dalam mengunggah konten. “Karena kalau kita sembarangan, tidak mengkritisi suatu konten, dan kita asal posting, yang malu kita sendiri, itu satu,” katanya dalam webinar Katadata, Jumat (1/10).
Selain membuat malu, pengguna media sosial dapat terjerat Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik apabila tidak bijak dalam menggunakan media sosial karena media sosial sudah menjadi ranah publik.
Sebab itu, ketika seseorang mengunggah pernyataan atau konten apapun, unggahan tersebut dapat dianggap sebagai pernyataan publik. “Jadi itu menjadi bahaya karena tidak semua paham dan aware bahwasannya media sosialnya itu adalah media sosial yang bisa digunakan sebagai pernyataan publik,” ungkapnya.
Khairil menjelaskan, konten yang baik untuk diunggah adalah infromasi yang penting dan telah diverifikasi kebenarannya sehingga dalam unggahan tersebut, tidak ada informasi yang salah ataupun hoaks.
“Kenapa? Karena kalau kita mengunggah sesuatu yang hoaks, itu kita di masa pandemi ini sudah ada bukti nyatanya. Kalau kemarin kan sempat viral ada anak akhirnya kesal garagara hoaks Covid-19,” jelas Khairil.
Orang tua dari anak yang viral itu, katanya, percaya dengan hoaks yang beredar di media sosial sehingga tidak mau divaksin dan meninggal dunia. Hal ini membuktikan bahwa hoaks bukanlah hal sepele dan dapat berdampak besar.