close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Penyelenggaraan festival sastra dunia Makassar International Writers Festival (MIWF) kesembilan kembali digelar./Dokumen MIWF
icon caption
Penyelenggaraan festival sastra dunia Makassar International Writers Festival (MIWF) kesembilan kembali digelar./Dokumen MIWF
Sosial dan Gaya Hidup
Rabu, 26 Juni 2019 16:34

Makassar International Writers Festival kembali dihelat

Makasar International Writers Festival kali ini mengusung tema zero waste, yakni meminimalisir penggunaan sampah.
swipe

Festival sastra dunia Makassar International Writers Festival (MIWF) kesembilan kembali digelar. Selama empat hari sejak Rabu (26/6) hingga Sabtu (29/6), festival digelar di Fort Rotterdam, Makassar, Sulawesi Selatan. 

Festival ini menampilkan acara peluncuran buku dan diskusi. Tujuannya, guna memperkuat jaringan komunitas menulis, khususnya bagi penulis dari Indonesia bagian timur.

Dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, MIWF yang diselenggarakan oleh lembaga seni Rumata Art Space mengusung konsep zero waste. Maksud dari konsep ini agar masyarakat turut menjaga kebersihan lingkungan. 

Penggagas dan Direktur MIWF Lily Yulianti Farid kepada Alinea.id mengungkapkan, selama pelaksanaan MIWF kesembilan kali ini, penggunaan plastik di area lokasi acara dilarang.

"Kami ingin menjadikan ajang pertemuan sastra inspirasi untuk festival lain. Semua acara mempertimbangkan aspek kebersihan lingkungan,” kata Lily, Selasa (25/6).

Lily menambahkan tema People dalam MIWF kesembilan dimaksudkan sebagai spirit dengan membuka ruang percakapan antar orang dari latar belakang beragam. Ini diwujudkan dengan mewadahi minat literasi yang lebih besar bagi komunitas-komunitas membaca, khususnya dari Indonesia bagian timur. 

Selama empat hari, puluhan komunitas, klub baca, dan perpustakaan komunitas dari Indonesia timur akan bertemu dan berbagi pengalaman dengan penggemar buku dari sekitar Makassar dan Australia.

Tahun ini akan ada peluncuran sebanyak 23 judul buku. Dari jumlah itu, sebagian buku merupakan karangan penulis-penulis Indonesia timur.

Selain dari genre nonfiksi, buku yang dibedah dalam acara ini antara lain: buku puisi karya penulis muda korban gempa bumi Lombok dan Sulawesi. 

Lily juga mengatakan, hadir pula penulis Inggris yang diundang melalui kerja sama dengan panitia London Book Fair.

Peduli disabilitas

Perhelatan festival sastra MIWF kerap menyedot antusiasme publik yang besar. Tahun lalu saja, kata Lily, sebanyak 24.000 orang datang mengunjungi MIWF. 

Di kesempatan kali ini, MIWF juga membuka ruang pertemuan dan panel diskusi bagi penggemar buku dari kalangan tunarungu. Hal ini ditekankan Lily sebagai advokasi dan pemberdayaan bagi masyarakat disabilitas.

“Karena dari pengunjung festival banyak juga yang tunarungu, maka dengan keseriusan bagi teman-teman tuli, kami buka panel diskusi memberdayakan mereka. Dari mereka, kita semua diajak berempati bagaimana seandainya kita bisa baca, tapi tidak mampu mendengar,” ujar Lily. 

Selama penyelenggaraan festival, MIWF pun menyediakan petugas penerjemah bahasa isyarat untuk membantu para disabilitas.

MIWF menawarkan sejumlah mata acara, antara lain pameran foto koleksi Islamic Museum of Australia, serta pembacaan dan apresiasi sastra karya penulis perempuan bertajuk “Period Reading Circle; Sisterhood In Literature”.

img
Robertus Rony Setiawan
Reporter
img
Mona Tobing
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan