Sarapan penting dilakukan sebelum menjalani aktivitas, baik bagi anak untuk mengisi energi ketika bersekolah atau orang tua ketika bekerja. Sarapan juga berfungsi sebagai bahan bakar pertama sebelum melakukan aktivitas harian. Untuk itu, menu sarapan tidak boleh asal-asalan. Sarapan yang baik mengandung sedikitnya 15% dari kebutuhan gizi.
Dokter Spesialis Gizi Klinik, Diana F. Suganda, menyatakan berdasarkan Data Riset Kesehatan Dasar pada 2013 44,6% anak Indonesia mengkonsumsi sarapan dengan asupan gizi kurang dari 15% total kebutuhan energi. Bahkan 26.1% anak hanya minum teh, air putih, atau susu untuk sarapan.
“Padahal anak usia sekolah membutuhkan 1.550 kalori per hari, mulai dari karbohidrat, protein, hingga lemak, yang mengandung omega 3 dan 6 serta vitamin, mineral dan juga serat untuk mendukung kesehatan dan pertumbuhan anak. Jika ini tidak terpenuhi akan berdampak pada pertumbuhan, status gizi hingga penyerapan ilmu di sekolah,” kata dia dalam webinar Sarapan Berisi Blue Band, Kamis (17/2).
Diana menambahkan menyiapkan sarapan sebenarnya tidaklah sulit. Untuk memenuhi kebutuhan protein misalnya, cukup dengan memasak telur atau menumis sayuran. Porsi sarapan pun tidak perlu terlalu banyak. Namun, yang lebih penting adalah kebutuhan gizi yang tercukupi.
“Misalnya anak tidak terlalu doyan nasi sebagai sumber karbohidrat maka bisa diganti dengan roti, yang penting pemenuhan kebutuhan akan nutrisinya,” imbuhnya.
Jika anak tidak pernah mengeluhkan lapar atau terlihat selalu baik-baik di sekolah orang tua juga tidak boleh lengah. Diana menekankan salah satu manfaat sarapan adalah meningkatkan mood dan fokus. Anak-anak yang terbiasa sarapan akan lebih fokus menyerap pelajaran di sekolah. Hal yang sama juga berlaku bagi orang dewasa di tempat kerja.
Untuk itu membangun budaya sarapan tak akan cukup hanya dengan peran anak. Namun, juga diperlukan peran keluarga. Kepala Sekolah SDN Pondok Pinang 10, Percaya, mengatakan selama menjadi guru dirinya bisa melihat perbedaan peserta didik yang terbiasa sarapan dan tidak ketika berperilaku di sekolah. Percaya mengamini jika anak yang terbiasa sarapan memiliki fokus lebih tinggi ketika berada di kelas.
“Kami dari pihak sekolah biasanya memberi nasehat kepada seluruh warga sekolah, termasuk orang tua tentang pentingnya sarapan bagi anak,” katanya.