Pandemi memaksa semua kegiatan dilakukan dari rumah untuk menghindari timbulnya kerumunan. Tak hanya berdampak pada sektor kesehatan dan ekonomi, konten kreator pun harus berpikir out of the box dalam mempersiapkan konten bagi penikmatnya
Konten Kreator Sepulang Sekolah Koi mengatakan, ide learning by googling merupakan ide yang muncul karena pandemi Covid-19. Ini merupakan plesetan dari istilah learning by doing.
Sebelumnya, Koi membuat konten-konten berupa sketsa komedi yang diambil dari berbagai teori mata pelajaran. Hal ini, dikarenakan agar penonton lebih mengerti tentang suatu hal melalui cerita komedi yang dibuat olehnya.
"Kebetulan saya dari kecil suka googling dan suka nyari tau. Misalnya saya baca berita nih, terus ada satu nama yang saya enggak tau, nanti di-googling lagi tuh ini orang siapa, bisa panjang lebar," katanya dalam webinar Katadata, Rabu (30/9).
Merasa cukup resah melihat banyak konten yang kurang berbobot, Koi mencoba untuk melawan arus dengan membuat konten-konten edukasi yang ringan, tetapi tetap ada nilai atau value bagi penontonnya dengan memanfaatkan hobi googling-nya.
Berkat konsep Sepulang Sekolah, Koi menuai kesuksesan lebih daripada konsep-konsep yang pernah digarap olehnya.
"Jadi, awalnya keresahan itu ngeliat model konten zaman dulu. Walaupun, sekarang udah cukup membaik karena sudah bermunculan konten-konten edukasi lainnya yang bisa bertahan," ungkapnya.
Meski dikatakan sukses, seorang konten kreator yang memiliki niat mengedukasi masyarakat juga tak terlepas dari tantangan. Hal ini, bukan dari segi mencari informasi, tetapi justru dari orang-orang yang diedukasi olehnya.
"Tantangannya justru dari orang-orang yang kadang kita kasih tau hey isu ini hoaks, banyak yang gak terima gitu, harga dirinya kayak terluka. Jadinya malah ngamuk," ungkapnya.
Proses membuat konten ala Koi
Menurut Koi, untuk memastikan sebuah informasi itu hoaks atau tidak sangatlah gampang, tetapi memang membutuhkan waktu yang cukup banyak. Dia bercerita, ketika sedang menulis naskah untuk satu episode konten, jumlah tab yang ada pada browser bisa mencapai 20 tab untuk memastikan informasi yang digunakan itu bukanlah hoaks.
Biasanya, Koi mengawali pencariannya melalui fitur Google News, karena dari fitur ini, dia dapat menemukan sumber informasi dari berbagai media yang kredibilitasnya tak usah dipertanyakan.
"Jadi diawali dari Google News dulu kami cari, dan untuk memastikan hoaks atau bukan kami gunakan kata kunci hoaks di sana," ungkapnya.
Penggunaan kata kunci hoaks juga akan memperlihatkan artikel-artikel dari situs Komisi Informasi (Kominfo) jikalau berita atau informasi tersebut terdeteksi sebagai hoaks atau berita bohong.
Selain memanfaatkan Google News dan kata kunci hoaks, Koi juga rajin untuk memastikan data-data yang ada dalam informasi tersebut. Biasanya, berita bohong sering kali terlihat seolah kaya akan data, tapi nyatanya nihil.
Misalnya, lanjut dia, mencari tahu keberadaan sebuah lembaga yang disebut dalam informasi tertentu. Kemudian, melihat kecenderungan informasi. Karena, biasanya informasi yang cenderung menjelek-jelekan satu pihak merupakan hoaks.
"Kuncinya kita jangan males sih. Saya sering bilangnya gini, jangan sampai jari kita sibuk tapi otak kita nganggur karena itu yang paling bahaya. Karena kalau orang kita kan entah kenapa dapet (informasi) langsung diteruskan, itu yang coba saya lawan sih," pungkasnya.