close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Tangan seseorang yang menua./Foto Witizia/Pixabay.com
icon caption
Tangan seseorang yang menua./Foto Witizia/Pixabay.com
Sosial dan Gaya Hidup - Riset
Senin, 19 Agustus 2024 06:08

Manusia menua secara dramatis di usia 44 dan 60 tahun

Riset yang dikerjakan beberapa peneliti dari Stanford University School of Medicine, terbit di jurnal Nature Aging (Agustus, 2024) melacak ribuan molekul berbeda dari 108 relawan berusia 25 hingga 75 tahun.
swipe

Sebagian besar orang, yang memasuki usia pertengahan 40-an tahun, barangkali mengalami tanda-tanda yang kurang nyaman di tubuhnya, seperti lebih gampang sakit atau otot terasa lebih lemah. Ketika bercermin, seseorang di usia tersebut kemungkinan pula menyadari adanya kerutan di wajah atau rasa nyeri yang tiba-tiba.

Tak bisa dimungkiri, manusia memang mengalami perubahan drastis sebagai rangkaian yang bertahap sejak dilahirkan hingga meninggal dunia. Sebuah penelitian menunjukkan, penuaan memang terjadi, dalam dua tahap usia rata-rata 44 tahun dan 60 tahun.

Riset yang dikerjakan beberapa peneliti dari Stanford University School of Medicine, terbit di jurnal Nature Aging (Agustus, 2024) melacak ribuan molekul berbeda dari 108 relawan berusia 25 hingga 75 tahun. Relawan mengirimkan sampel darah, tinja, serta usapan kulit, mulut, dan hidung setiap beberapa bulan selama satu hingga nyaris tujuh tahun.

Para peneliti kemudian menilai 135.000 molekul berbeda, antara lain ribonucleic acid (RNA), protein, dan metabolit, serta mikroba, seperti bakteri, virus dan jamur yang hidup di usus dan kulit peserta.

Jumlah sebagian besar molekul dan mikroba, ternyata tak berubah secara bertahap dan kronologis. Namun, ketika para peneliti melacak kelompok molekul dengan perubahan terbesar, mereka menemukan ada transformasi yang cenderung terjadi saat seseorang berusia pertengahan 40-an dan awal 60-an tahun.

“Kita tidak hanya berubah secara bertahan dari waktu ke waktu. Ada beberapa perubahan yang sangat dramatis,” ujar ahli genetika dan direktur Pusat Genomik dan Pengobatan di Stanford University sekaligus salah seorang peneliti, Michael Snyder, dikutip dari the Guardian.

Mulanya, para peneliti menduga, penuaan pada pertengahan usia 40-an sebagai akibat dari perubahan perimenopause—periode transisi yang dialami perempuan saat akan memasuki masa menopause. Akan tetapi, data mengungkapkan, perubahan serupa juga terjadi pada laki-laki di pertengahan usia 40-an tahun.

“Hal ini menunjukkan, meskipun menopause atau perimenopause dapat menyebabkan perubahan pada perempuan di pertengahan usia 40-an, kemungkinan ada faktor ain yang lebih signifikan yang memengaruhi perubahan ini pada pria dan perempuan,” kata peneliti lainnya, Xiaotao Shen, dilansir dari the Guardian.

Gelombang perubahan pertama—pada pertengahan 40-an tahun—mencakup molekul yang terkait dengan penyakit kardiovaskular dan kemampuan untuk memetabolisme kafein, alkohol, dan lipid. Lipid sendiri merupakan zat lemak, termasuk low-density lipoproteins (LDL), high-density lipoprotein (HDL), dan trigliserida, yang bisa melakukan sejumlah fungsi dalam tubuh, tetapi dapat berbahaya jika menumpuk dalam darah. Gelombang perubahan kedua—di usia 60-an tahun—mencakup molekul yang terlibat dalam pengaturan kekebalan tubuh, metabolisme karbohidrat, dan fungsi ginjal.

Disebut Science Alert, sekitar 81% dari semua molekul dalam penelitian itu menunjukkan perubahan selama satu atau dua tahap tadi. Puncak penuaan pertama, pertengahan 40-an tahun, biasanya terjadi saat perempuan mulai mengalami menopause atau perimenopause, tetapi para peneliti mengesampingkan hal ini sebagai faktor utama. Sebab, laki-laki juga mengalami perubahan molekuler yang signifikan pada usia yang sama.

Penelitian sebelumnya, disebut the Guardian, menunjukkan lonjakan penuaan mungkin terjadi sekitar usia 78 tahun. Namun, penelitian Snyder dkk tidak dapat memastikan hal itu karena peserta tertua berusia 75 tahun.

Meski demikian, pola ini sesuai dengan bukti sebelumnya, yakni risiko banyak penyakit yang berkaitan dengan usia tidak meningkat secara bertahap, dengan risiko alzheimer dan penyakit kardiovaskular menunjukkan peningkatan tajam setelah usia 60 tahun. Ada kemungkinan pula, beberapa perubahan dikaitkan dengan gaya hidup atau perilaku. Misalnya, perubahan metabolisme alkohol bisa disebabkan peningkatan konsumsinya pada pertengahan usia 40-an tahun—yang bisa jadi masa penuh tekanan dalam hidup.

Selain itu, dilansir dari NBC News, perubahan metabolisme yang ditemukan peneliti mengindikasikan, seseorang berusia 40-an tahun bukan membakar kalori lebih lambat, melainkan tubuh memecah makanan secara berbeda.

Menurut Direktur Optimal Aging Institute di NYU Grossman, Josef Coresh, kelebihan penelitian ini adalah tingkat detail yang ditemukan dalam perubahan molekuler. “Namun, perlu waktu untuk memilah arti perubahan individual dan bagaimana kita dapat menyesuaikan pengobatan dengan perubahan tersebut,” ujar Coresh, dikutip dari NBC News.

“Kita tahu bahwa asal mula banyak penyakit terjadi di usia paruh baya saat orang berusia 40-an, meskipun penyakit tersebut bisa terjadi beberapa dekade kemudian.”

Sementara menurut seorang profesor patologi dan biologi sel di Columbia University Vagelos College of Physicians and Surgeons, Lori Zeltser, penelitian ini merupakan langkah maju yang penting. “Meski kita belum tahu apa konsekuensi dari perubahan metabolisme tersebut,” ujar Zeltser, dilansir dari NBC News.

“Saat ini, kita harus mengakui, kita memetabolisme makanan secara berbeda di usia 40-an.

img
Fandy Hutari
Reporter
img
Fandy Hutari
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan