Aktris, politikus, dan akademikus Marissa Haque, 61 tahun, meninggal dunia secara mendadak pada Rabu (2/10) dini hari. Padahal, pada malam harinya, dia masih terlihat sehat dan sempat menunggah video di story Instagram-nya.
Apa penyebab Marissa Haque meninggal dunia?
Adik Marissa, Soraya Haque, seperti dikutip dari Kompas.com menceritakan, Marissa ditemukan sudah tak bergerak di kamar tidurnya oleh suaminya, penyanyi Ikang Fawzi.
Keluarga lantas membawa Marissa ke rumah sakit. Namun, pada Rabu (2/10) dini hari Marissa dinyatakan meninggal dunia. Soraya pun menegaskan, kakaknya itu tidak ada keluhan penyakit apa pun dan tak pernah jatuh sebelumnya.
Sementara adik Marissa lainnya, Shahnaz Haque, dikutip dari Tempo.co mengisahkan, aktris senior yang menjadi pengajar di Indonesia Banking School itu wafat saat tidur. Shahnaz pun mengungkap, Marissa sempat mengalami kolaps hingga akhirnya dibawa ke rumah sakit.
Mengapa seseorang bisa meninggal saat tidur?
Dari penelitian yang terbit di Journal of the American Heart Association (2017) disebutkan, durasi tidur yang terlalu banyak atau terlalu sedikit secara keseluruhan dikaitkan dengan risiko kematian yang lebih besar. Namun, belum ada bukti yang jelas kalau durasi tidur berkontribusi terhadap kematian seseorang saat tidur. Di sisi lain, menurut para ahli, kebanyakan orang kebanyakan orang yang meninggal saat tidur disebabkan masalah kesehatan umum.
“Kematian saat tidur biasanya terkait dengan (penyakit) jantung, paru-paru, dan otak,” ujar konsultan kedokteran pernapasan di Nottingham University Hospitals NHS Trust, Milind Sovani, kepada Newsweek.
“Kadang-kadang, penderita diabetes dapat meninggal saat tidur akibat kadar glukosa yang rendah.”
Terkadang, kata Sovani, kondisi yang lebih rumit menjadi faktornya. Misalnya, menderita penyakit pompe—gangguan penyimpanan glukosa yang menyebabkan kelemahan otot dan kesulitan bernapas.
Kondisi lainnya, ujar Sovani, kelumpuhan diafragma—otot yang mengendalikan pernapasan—juga bisa menganggu pernapasan saat tertidur. Kondisi neurologis, seperti epilepsi juga dapat menimbulkan risiko.
Orang dengan apilepsi refrakter lebih rentan terhadap sindrom yang dikenal sebagai sudden unexpected death in epilepsy (SUDEP) atau kematian mendadak tak terduga pada epilepsi. Menurut Newsweek, dalam riset yang diterbitkan pada 2018 dalam Frontiers in Neurology menemukan, SUDEP lebih mungkin terjadi pada malam hari atau dini hari.
Selain itu, tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol bisa pula meningkatkan risiko stroke yang berakibat fatal dan terjadi saat tidur. Sovani menjelaskan, gangguan jantung lainnya, seperti aritmia atau ritme jantung tak normal pun bisa berbahaya. Begitu pula dengan kondisi kronis lainnya, seperti hipertensi, diabetes, dan obesitas.
Kondisi lainnya, yang kemungkinan besar memburuk di malam hari, antara lain gagal jantung dan sleep apnea—yang menyebabkan pernapasan berhenti. Newsweek mencatat, orang dengan kondisi obstructive sleep apnea atau apnea tidur obstruktif—gangguan pernapasan saat tidur yang terjadi karena adanya penyumbatan pada jalan napas—lebih dari 2,5 kali kemungkinan mengalami henti jantung mendadak antara tengah malam dan pukul 6 pagi.
Verywell Health menulis henti napas, yang merupakan salah satu penyebab kematian saat tidur disebabkan karena paru-paru tidak berfungsi dengan baik. Kadar oksigen menurun, kadar karbon dioksida meningkat, dan perubahan berbahaya dalam keseimbangan asam-basa tubuh bisa terjadi. Penyebab lainnya, disebut Verywell Health, bisa karena keracunan karbon monoksida, mengonsumsi obat-obatan tertentu, trauma otak, dan tersedak.
Bagaimana menghindari kematian saat tidur?
Menurut Verywell Health, untuk menghindari kematian di malam hari akibat gangguan tidur, perlu waspada pada gejala lain, seperti insomnia dan bangun pagi atau tanda-tanda sleep apnea, seperti berhentinya napas, mendengkur, atau kantuk berlebihan di siang hari.
Sementara Medical News Today menulis, untuk orang-orang yang mengalami apnea tidur obstruktif atau apnea tidur sentral—bernapas berkurang atau tak ada, biasanya berhubungan dengan penurunan saturasi oksigen darah—perlu melakukan perubahan gaya hidup, seperti diet yang sehat untuk jantung, melakukan kebiasaan tidur yang baik, membatasi konsumsi alkohol, berhenti merokok, menurunkan berat badan, dan tidur dengan posisi miring.