close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Pelatih timnas Indonesia Patrick Kluivert./Foto fifa.com
icon caption
Pelatih timnas Indonesia Patrick Kluivert./Foto fifa.com
Sosial dan Gaya Hidup - Olahraga
Jumat, 10 Januari 2025 16:02

Masa depan skuad Garuda di tangan Patrick Kluivert

Banyak yang meragukan Patrick Kluivert karena minim pengalaman sebagai pelatih.
swipe

Setelah mengumumkan perhentian kerja sama dengan pelatih tim nasional (timnas) sepak bola asal Korea Selatan Shin Tae-yong pada Senin (6/1), Ketua Umum PSSI Erick Thohir mengatakan pelatih baru asal Belanda bakal datang pada Sabtu (11/1). Lalu akan diperkenalkan pada Minggu (12/1).

Sebelumnya, santer kabar mantan striker timnas Belanda Patrick Kluivert yang akan mengganti posisi Shin. Kepastian Kluivert sebagai pelatih timnas Indonesia diumumkan PSSI lewat situs web dan media sosial mereka pada Rabu (8/1).

Kluivert dikontrak dua tahun dari 2025 hingga 2027, dengan opsi perpanjangan kontrak. Dia bakal dibantu asisten pelatih asal Belanda, yakni Alex Pastoor dan Denny Landzaat, serta dua asisten pelatih Indonesia.

Setelah pensiun sebagai pemain pada 2008, Kluivert menjadi asisten pelatih klub Belanda AZ Alkmaar dan NEC Nijmegen, lalu klub Australia Brisbane Roar. Dia pun pernah menjadi pelatih Jong Twente.

Di level timnas, dia pernah menjadi asisten pelatih Louis van Gaal di timnas Belanda, asisten pelatih Clarence Seedorf di timnas Kamerun, dan pelatih Curacao. Di luar kepelatihan, dia pernah menjabat direktur olahraga di Paris Saint-Germain dan direktur akademi Barcelona. Terakhir, dia melatih klub Turki Adana Demirspor.

Penunjukan Kluivert sebagai suksesor Shin Tae-yong menuai pro-kontra karena dinilai minim pengalaman sebagai pelatih. Terlebih, dia diberi tugas berat membawa skuad Garuda lolos ke Piala Dunia 2026.

Pengamat sepak bola Kesit Budi Handoyo memandang, sulit berharap perubahan positif dari Kluivert yang belum memiliki rekam jejak positif sebagai pelatih timnas Piala Dunia. Sebagai catatan, saat memegang timnas Curacao, Kluivert gagal mengantar negara pulau di Laut Karibia itu lolos Piala Dunia 2018.

Namun, Alex Pastoor dan Denny Landzaat yang bakal jadi asisten pelatihnya di timnas Indonesia, bisa menjadi harapan agar skuad Garuda trengginas dalam ronde tiga kualifikasi Piala Dunia 2026.

“Kalau dia (Kluivert) punya asisten yang secara pengalaman kepelatihan bagus, ini mungkin bisa membantu untuk bisa memberikan sentuhan kepada timnas Indonesia,” ujar Kesit kepada Alinea.id, Kamis (9/1).

“Karena memang dua asisten (Pastoor dan Landzaat) yang direkrut adalah mantan pemain timnas Belanda, yang juga punya pengalaman melatih.”

Sebagai informasi, sebelumnya Pastoor pernah melatih klub-klub Belanda, seperti Excelsior, NEC Nijmegen, AZ Alkmaar, Sparta Rotterdam, dan Almere City. Dia pun pernah menangani klub Ceko, Slavia Prague dan klub Austria, SCR Altach.

Sementara Landzaat berpengalaman menjadi asisten pelatih klub Belanda, antara lain Jong AZ, Feyenoord, dan Willem II. Dia juga pernah menjadi asisten pelatih klub Arab Saudi Al-Ittihad dan Al-Taawoun. Lalu, asisten pelatih klub Polandia Lech Poznan dan klub Hungaria Ferencvaros.

Kesit menilai, Kluivert akan menghadapi transisi visi permainan tim yang tidak mudah. Di sisi lain, perlu adaptasi yang cepat terhadap semua pemain. Apalagi pertandingan kualifikasi Piala Dunia 2026 melawan Australia dan Bahrain tinggal dua bulan lagi.

“Mudah-mudahan chemistry bisa cepat terbangun, sehingga yang diinginkan oleh Kluivert nanti akan bisa berjalan lebih cepat lagi,” kata Kesit.

“Untungnya mayoritas pemain (timnas) Indonesia adalah pemain keturunan dari Belanda, yang sudah tahu betul bagaimana karakter pesepakbola Belanda.”

Tak kalah penting, menurut Kesit, Kluivert mesti teliti melihat fondasi permainan yang telah dibentuk Shin Tae-yong. Tujuannya, supaya transisi permainan tidak berubah jauh dan justru membuat pola permainan berantakan.

“Tapi saya menduga, tidak berubah total. Paling hanya memberi sentuhan saja, apa kira-kira yang kurang,” ujar Kesit.

“Yang pasti setiap pelatih punya style sendiri, tidak serta-merta apa yang digunakan oleh Shin Tae-yong kemudian sepenuhnya akan diterapkan juga. Pasti akan ada warna yang berbeda.”

Sementara itu, pengamat sepak bola Gita Adhiprakoso Suwondo mengaku ragu Kluivert akan mampu membuat timnas Garuda meraih hasil positif di sisa pertandingan kualifikasi Piala Dunia 2026. Dia memprediksi, timnas Indonesia hanya akan menang dua pertandingan kandang, melawan Bahrain dan China. Sisanya, kalah dari Australia dan Jepang di laga tandang.

“Selain itu, saya juga khawatir terjadi perubahan strategi dengan lebih menyerang, takutnya jadi blunder. Karena rekor Kluivert ini enggak bagus,” ujar Gita, Kamis (9/1).

“Pada saat menjadi pelatih Curacao, dia empat kali menang, empat kali imbang, dan enam kali kalah. Bahkan, yang sesi kedua (menjadi pelatih Curacao tahun 2021), satu kali meanng, dua kali imbang, dan tiga kali kalah.”

Kendati demikian, dia masih berharap perubahan berarti bagi masa depan sepak bola Indonesia, jika melihat dua asisten pelatih yang mendampingi Kluivert, yakni Pastoor dan Landzaat. Sebab, Pastoor dan Landzaat punya pengalaman cukup baik membentuk pemain. Namun, hal itu berlaku dalam jangka panjang.

“Kalau Arya Sinulingga (anggota Komite Eksekutif PSSI) bilang target PSSI itu 2030, ya berarti memang belum bisa diharapkan di waktu tersisa ini,” ujar Gita.

Lebih lanjut, Gita menilai, penunjukan Kluivert sebagai pengganti Shin Tae-yong merupakan pertaruhan bagi timnas Indonesia di lanjutan kualifikasi Piala Dunia 2026. Perkaranya perlu waktu tidak sebentar untuk membentuk tim solid dan membangun keserasian visi pelatih dengan pemain.

“Shin Tae-yong saja butuh empat tahun untuk membentuk tim yang kuat dari segi pertahanan. Sementara Kluivert dua bulan lagi harus sudah melawan Australia,” tutur Gita.

“Tidak riskan membuang Shin Tae-yong? Ya sangat riskan karena seperti kembali dari awal.”

Tipikal permainan bertahan yang dominan ditunjukan tim Garuda saat dipegang Shin, menurut Gita, tidak harus diubah secara serampangan oleh Kluivert dengan dominan menyerang seperti permainan timnas Belanda. Karena sejauh ini pemain yang ada dalam timnas Indonesia bertipikal bertahan, termasuk pemain yang dinaturalisasi dari Belanda.

“Kalau mau dicoba pola menyerang, takutnya tidak cepat adaptasi,” kata Gita. 

img
Kudus Purnomo Wahidin
Reporter
img
Fandy Hutari
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan