Mungkin tak ada yang menyangka jika di daerah Kuningan, Jakarta Selatan berdiri sebuah masjid yang sudah berumur tiga abad. Masjid yang berlokasi di Jalan Karet Depan, Setia Budi, Jakarta Selatan ini bernama Masjid Hidayatullah.
Masjid Hidayatullah dibangun pada 1743, di atas lahan seluas 3.000 meter persegi. Lahan yang dimanfaatkan untuk masjid merupakan wakaf dari seorang pengusaha batik bernama Muhammad Yusuf.
Masjid ini pun menyimpang kisah sejarah perjuangan bangsa. Menurut Ketua Pengurus Masjid Hidayatullah Ahmad Nawawi Hakam, saat revolusi fisik, masjid ini kerap digunakan untuk mengatur strategi para pejuang. Bahkan, pasokan senjata untuk Karawang dan Cikampek disalurkan dari sini.
"Menara tinggi di depan yang ada di samping pintu masuk itu, katanya dulu dipakai untuk mengintai para penjajah," kata Nawawi kepada reporter Alinea.id di Masjid Hidayatullah, Jakarta Selatan, Sabtu (1/6).
Gaya arsitektur Tionghoa kental dengan bangunannya. Selain itu, ada pula gaya budaya Jawa yang melekat.
Nawawi mengatakan, terdapat dua versi muasal gaya bangunan masjid. Pertama, corak bangunan yang melekat tak terlepas dari campur tangan Muhammad Yusuf, yang seorang Muslim Tionghoa.
"Sementara versi lain, ada yang bilang, waktu membangun masjid ini kan gotong royong oleh jemaah, termasuk jemaah Muslim Tionghoa yang tinggal di kawasan ini. Dulu lumayan banyak Muslim Tionghoa tinggal daerah sini," kata Nawawi.
Di dalam bagian masjid, terdapat pilar-pilar penyangga kayu jati yang diukir dengan huruf kaligrafi. Selain itu, di mimbar masjid terdapat ukiran bunga melati yang erat dengan budaya Tionghoa.