Southeast Asian Food and Agriculture Science and Technology (SEAFAST) Center Institut Pertanian Bogor (IPB) melansir data konsumsi sayuran dan buah-buahan masyarakat Indonesia, masih kurang. Di bawah standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
"Survei kami konsumsi buah dan sayuran baru mencapai 180 gram per kapita per hari, padahal standar WHO 400 gram per kapita per hari," kata Direktur SEAFAST Center, IPB, Nuri Andarwulan seperti dilansir Antara, Senin (23/4)
Data tersebut tidak jauh berbeda dengan survei sebelumnya di 2014, bahkan dalam standar WHO diperinci dari 400 gram per kapita per hari tersebut sebanyak 250 gram sayuran dan 150 gram buah-buahan.
Hal ini tentunya akan menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah untuk meningkatkan edukasi kepada masyarakat, mengenai pentingnya mengkonsumsi buah-buahan dan sayuran.
Sebenarnya pemerintah sudah memiliki banyak program edukasi mengenai pentingnya mengkonsumsi buah dan sayuran. Diantaranya melalui Kementerian Kesehatan melalui Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) dan Program Keluarga Sehat.
Hal itu karena pengetahuan masyarakat untuk mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan juga masih sangat terbatas. Seperti sayuran terbanyak masih didominasi bayam, kangkung, dan kol, sedangkan untuk buah-buahan paling banyak masih pisang.
"Padahal masih banyak jenis dan ragam sayuran dan buah-buahan agar menu yang disajikan di meja makan lebih beragam dan bervariasi. Tentunya ini akan mendorong dalam keluarga khususnya anak-anak mengkonsumsi lebih banyak sayuran dan buah-buahan," jelas
Ragam buah-buahan dan sayuran yang dipasok petani jauh lebih dari cukup. Sehingga menjamin ketersediaan dan keterjangkauan di pasar, seharusnya hal ini dapat direspon masyarakat untuk memulai gaya hidup.
Sayuran dan buah-buahan merupakan sumber vitamin dan mineral, vitamin merupakan zat pengatur yang sangat penting, sedangkan serat pangan untuk menjaga kesehatan saluran pencernaan.
"Kurangnya mengkonsumsi buah dan sayuran dalam jangka pendek akan membuat sembelit saat buang air besar, namun dalam jangka panjang akibat banyaknya senyawa racun (toksik) yang tidak terbuang dalam dinding usus besar akan mengakibatkan kanker usus," jelas Nuri
Edukasi ini sebenarnya bisa dilaksanakan sejak sekolah. Sayangnya dengan kurikulum saat ini, guru-guru terbebani dengan topik pelajaran di setiap semesternya. Sehingga tidak sempat mengeksplorasi mengenai gaya hidup sehat.
Namun untuk keluarga, dalam lima tahun terakhir ini penyampaian gaya hidup sehat mulai giat disampaikan baik melalui Posyandu maupun Puskesmas.
Lebih jauh Ketua Asosiasi Produsen Benih Hortikultura Indonesia (Hortindo), Afrizal Gindow mengatakan, sejak tiga sampai empat tahun lalu produsen benih sayuran telah mengembangkan teknologi untuk meningkatkan kandungan gizi dalam tanaman .
"Melalui teknologi DNA Marker dapat meningkatkan kandungan zat likopen yang memang terdapat di dalam tanaman tomat. Likopen ini penting sebagai zat untuk mencegah kanker," jelas Afrizal yang juga menjabat sebagai Marketing & Sales Director PT East West Seed Indonesia (Ewindo).