Kini, orang-orang tak bisa lepas dari media sosial. Namun, menghabiskan waktu menggunakan media sosial, baik sekadar menggulir unggahan atau terlibat aktif berkomunikasi dengan orang lain, bisa menyebabkan meningkatnya rasa kesepian seiring berjalannya waktu.
Hal ini merupakan simpulan dari penelitian yang diterbitkan di jurnal Personality and Social Psychology Bulletin (Desember, 2024) bertajuk “The Epidemic of Loneliness: A 9-Year Longitudinal Study of the Impact of Passive and Active Social Media Use on Loneliness”.
Para peneliti dari Universitas Baylor memanfaatkan data dari studi jangka panjang dan berskala besar di Belanda yang disebut panel Studi Internet Longitudinal untuk Ilmu Sosial. Studi panel tersebut telah mengumpulkan data tahunan dari sampel representatif rumah tangga Belanda sejak 2008.
Para peneliti menganalisis data selama sembilan tahun, dari 2014 hingga 2022. Sampel itu mencakup 6.965 peserta dewasa, dengan lebih dari separuhnya adalah perempuan. Usia rata-rata peserta sekitar 50 tahun. Peserta menyelesaikan survei setiap tahun, menjawab pertanyaan tentang penggunaan media sosial dan perasaan kesepian mereka.
Para peserta terbagi dalam dua jenis utama penggunaan media sosial, yakni pasif dan aktif. Penggunaan media sosial pasif berarti waktu dihabiskan hanya membaca dan melihat konten tanpa berinteraksi. Penggunaan media sosial aktif berarti waktu dihabiskan untuk mengunggah pesan, foto, video, dan berinteraksi dengan orang lain dengan menyukai atau mengomentasi unggahan. Masing-masing peserta lalu melaporkan berapa jam per minggu yang mereka habiskan.
Untuk mengukur kesepian, penelitian ini menggunakan kuesioner yang menanyakan kepada peserta tentang berbagai aspek kesepian, seperti perasaan hampa, apakah mereka memiliki orang yang dapat diandalkan, dan seberapa dekat mereka dengan orang lain.
Para peneliti lalu menggunakan model statistik yang dirancang untuk melacak perubahan dari waktu ke waktu untuk memeriksa bagaimana berbagai jenis penggunaan media sosial terkait dengan kesepian. Model-model ini memungkinkan mereka untuk menilai bagaimana penggunaan media sosial pada satu titik waktu memprediksi kesepian di tahun-tahun berikutnya, selama periode sembilan tahun.
Hasilnya, ada hubungan yang signifikan antara penggunaan media sosial secara pasif dan aktif dengan menigkatnya rasa kesepian seiring berjalannya waktu. Individu yang melaporkan lebih banyak penjelajahan pasif di awal penelitian cenderung mengalami pengingkatan rasa kesepian yang leih besar di tahun-tahun berikutnya. Hal ini menunjukkan, menghabiskan lebih banyak waktu untuk menelusuri konten tanpa terlibat, dapat berkontribusi pada meningkatnya perasaan terisolasi.
Yang mengeujutkan, penggunaan media sosial secara aktif—yang biasanya dianggap lebih bermanfaat secara sosial—juga dikaitkan dengan meningkatnya rasa kesepian seiring berjalannya waktu. Peserta yang menghabiskan lebih banyak waktu untuk mengunggah dan berinteraksi dengan orang lain melaporkan peningkatan rasa kesepian yang lebih tajam seiring berjalannya waktu.
“Hasil penelitian kami mengonfirmasi kecurigaan saya bahwa tidak peduli bagaimana digunakan, media sosial adalah pengganti yang buruk untuk interaksi tatap muka,” ujar profesor pemasaran di Sekolah Bisnis Hankamer Universitas Baylor sekaligus peneliti studi itu, James A. Roberts kepada PsyPost.
“Hal ini menunjukkan adanya krisis publik yang akan datang karena generasi muda menghabiskan lebih banyak waktu dan sangat terikat dengan media sosial.”
Studi ini juga mengungkap adanya lingkaran umpan balik antara penggunaan media sosial dan rasa kesepian. Penggunaan media sosial yang lebih besar tidak hanya memprediksi peningkatan rasa kesepian, tetapi perasaan kesepian juga memprediksi peningkatan penggunaan media sosial dari waktu ke waktu. Pola ini menyiratkan, orang mungkin beralih ke media sosial untuk meredakan rasa kesepian, tetapi peningkatan pengunaannya mungkin banyak memperburuk perasaan tersebut.
“Menurut saya, kesimpulan utama dari penelitian kami adalah penggunaan media sosial bukanlah pengganti yang baik untuk interaksi antarpribadi,” ucap Roberts.
“Hasil penelitian kami menunjukkan, tidak peduli bagaimana seseorang menggunakan meida sosial, secara aktif atau pasir, penggunaan tersebut akan menyebabkan tingkat kesepian yang lebih tinggi.”