close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Penyanyi dan aktivis Melanie Subono. /facebook.com/halamanmelaniesubono.
icon caption
Penyanyi dan aktivis Melanie Subono. /facebook.com/halamanmelaniesubono.
Sosial dan Gaya Hidup
Minggu, 29 September 2019 20:30

Melanie Subono: Saya terharu melihat aksi mahasiswa

“Akhirnya ada regenerasinya," kata Melanie Subono.
swipe

Penyanyi dan aktivis Melanie Subono terkejut dengan aksi mahasiswa di depan Gedung DPR, Jakarta pada 23-24 September 2019. Pada Selasa (24/9), Melanie pun ikut turun ke jalan. Ia tak menyangka, para mahasiswa sekarang punya sikap kritis dan peduli terhadap pemerintah, seperti halnya mahasiswa pada masa Orde Baru.

“Akhirnya ada regenerasinya. Saat 24 September itu saya kira tidak ada yang peduli politik. Ternyata datang lho, para mahasiswa angkatan 2019 ini,” katanya ketika dihubungi Alinea.id, Sabtu (28/9).

Rasa haru Melanie pecah melihat aksi mahasiswa menolak UU KPK dan RUU KUHP. Dia pun terdorong untuk merajah bagian tangannya dengan tulisan “Panjang Umur Perlawanan 1998 dan 2019”.

“Semasa 1998 itu lantas kami hampir putus harapan, lho. Siapa yang nerusin perlawanan? Lalu tiba-tiba muncul generasi segar, yang paham kita akan merugi kalau kita enggak ngebenerin. Gue nangis pada saat lihat mereka di aksi,” katanya.

Menurut Melanie, DPR gegabah dan sangat terburu-buru dalam membahas dan mengesahkan sejumlah RUU. Dia pun khawatir dengan pola pikir anggota DPR, yang sengaja mengebut sejumlah RUU, tanpa pertimbangan matang.

Seharusnya, kata dia, anggota DPR bisa memberikan warisan hasil kerja, termasuk undang-undang yang relevan bagi kebutuhan publik, bukan menjadi beban dan menyusahkan banyak orang.

“Mereka kayak dikejar target bangetlah, dua minggu lagi harus kelar. Konyol semua mereka, memang sudah benar mereka tidur aja, sih,” katanya.

Melanie mengungkapkan, sebagai salah seorang aktivis 1998, hingga kini dia kerap bergabung dalam aksi merespons isu-isu aktual.

Melanie juga masih kerap berdiskusi dengan anggota kelompok aktivis di beberapa lembaga sosial, seperti Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS), Lembaga Bantuan Hukum (LBH), Indonesia Corruption Watch (ICW), Amnesty International Indonesia, dan Yayasan Lokataru.

Sebagian dari mereka, kata Melanie, menempuh jalur advokasi untuk melanjutkan perjuangan Refrormasi 1998.

Selain itu, penangkapan musikus dan jurnalis Ananda Badudu pada Jumat (27/9) dini hari, membuat Melanie semakin kecewa. Selama ini, Melanie dan Ananda kerap bertemu untuk membahas persoalan politik. Selain mereka, ada Iksan Skuter yang turut berembuk.

“Saya menangis sewaktu dapat kabar Ananda ditangkap. Gila ya, pemerintah kita,” katanya.

img
Robertus Rony Setiawan
Reporter
img
Fandy Hutari
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan