Pandemi Covid-19 telah mengakibatkan orang-orang tak bisa berkumpul atau berkerumun dalam suatu tempat. Banyak acara seni yang dibatalkan karena pandemi seperti konser musik, pementasan teater, pameran seni, dan sebagainya.
Pembatalan acara-acara tersebut membuat para pelaku seni terancam kehilangan pekerjaan atau kesulitan dalam berkarya. Para penata cahaya dan penata musik kehilangan pekerjaannya karena kini acara-acara seni dialihkan melalui daring.
Tak sampai situ, para pelatih sanggar juga terancam tak lagi bekerja karena sanggar-sanggar ditutup. Juga dengan toko karya-karya seni yang gulung tikar karena tak kesulitan bayar sewa.
Fenomena ini mendorong kegiatan filantropis dari pelaku seni dan masyarakat untuk bersolidaritas membantu para pelaku seni di tengah pandemi.
Koordinator Peneliti Kebijakan Seni dan Budaya Ratri Ninditya, mengatakan, membantu pekerja seni tidak harus dengan uang berjumlah besar. Kemunculan teknologi yang memungkinkan penggalangan dana secara digital menjadi peluang baru dalam orang membantu mereka.
Persoalannya, menurut Ratri, perbedaan antara berkesenian dan berfilantropi sangat tipis. Sebab, urgensi menghidupkan seni di kalangan seniman cukup tinggi dan terkadang hanya dianggap sebagai kegiatan filantropi.
“Saking kuatnya jiwa filantropi antarpegiat seni jadinya mereka lupa kalau seniman kadang butuh skema pendanaan yang lebih sistemik,” kata Ratri pada webinar bertajuk “Filantropi Seni Pascapandemi” pada Rabu (8/7).
Senada dengan Ratri, Anna Kusumo dari Yayasan Kelola juga berpendapat, kemajuan teknologi membuat penggalangan dana dapat bergerak menjadi lebih mudah melalui platform digital.
“Kalau dulu kita harus datangi orang buat menjual gagasan yang kita punya. Teknologi seperti inilah yang dapat menyelamatkan kita karena orang dapat menyumbang tanpa harus dalam jumlah yang besar,” katanya dalam sesi webinar yang sama.
Saat ini terdapat crowdfunding digital di bidang musik bernama Kolase.com. Co-Founder Kolase.com Raden Maulana, mengungkapkan, sebuah wadah untuk membantu para musisi di Indonesia cukup penting agar mereka dapat terus berkarya. Lantas, ia membesut Kolase.com pada 2018.
Wadah crowdfunding digital itu tak hanya memudahkan pengumpulan dana dari berbagai pihak, melainkan juga memudahkan promosi gagasan atau ide seni dari seorang musisi atau grup band.
Salah satu band yang pernah menggunakan wadah crowdfunding untuk menghasilkan karya yaitu, Homogenic (HMGNC).
Dina Dellyana dari HMGNC menceritakan bahwa bandnya pernah menggalang dana melalui platform digital. Setelah sekitar satu bulan, mereka berhasil memeroleh dana yang cukup untuk membiayai proses dari produksi sampai pascaproduksi.
Dina mengatakan bahwa seniman juga harus lebih kreatif untuk mencari peluang-peluang agar mendapat pemasukan lain di luar karyanya. Misalnya, dengan menjual ragam merchandise.