close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi seseorang tengah mengerjakan tugas kuliah./Foto Engin_Akyurt/Pixabay.com
icon caption
Ilustrasi seseorang tengah mengerjakan tugas kuliah./Foto Engin_Akyurt/Pixabay.com
Sosial dan Gaya Hidup - Pendidikan
Selasa, 30 Juli 2024 06:13

Memberantas joki tugas kuliah

Joki tugas ramai diperbincangkan di media sosial. Lalu, apa dampaknya bagi mahasiswa yang bergantung dengan jasa ini?
swipe

Beberapa hari lalu, di media sosial X ramai perbincangan tentang joki tugas usai diangkat seorang influencer sosial-edukasi Abigail Muria. Warganet lantas membagikan pendapat dan pengalamannya. Sebagian dari mereka menyudutkan para pengguna jasa atau mahasiswa yang tidak jujur dalam mengerjakan tugas. Tak sedikit pula yang menyalahkan penyedia jasa.

Di media sosial, jasa joki tugas bertebaran. Bahkan, ada yang berbentuk perusahaan, misalnya Kerjainplis. Perusahaan rintisan yang berdiri sejak 2018 itu bergerak di bidang layanan jasa pengerjaan tugas dan tes masuk BUMN. Namun, sejak viral media sosial dan situs web Kerjainplis mendadak hilang dari jagat maya.

Salah seorang warga, Yedi, 33 tahun, mengaku pernah menyewa jasa joki tugas, yang kebetulan ditawarkan salah seorang rekan kantornya. Ketika itu, ia tengah kerepotan antara mengerjakan tugas kuliah dan pekerjaan kantor. Teman kantornya itu menawarkan jasa joki tugas sekitar Rp15 juta hingga Rp20 juta, dengan paket jasa menuliskan tesis dan tugas kuliah.

“Itu juga saya masih ngecek lagi, takutnya salah-salah kan,” kata Yedi kepada Alinea.id, Sabtu (27/7).

Sementara itu, Okta, 24 tahun, yang masih berstatus mahasiswa berpengalaman menawarkan jasa joki tugas kepada teman-temannya di kampus. Namun, ia hanya menawarkan jasa untuk salah satu mata kuliah saja. Biaya yang dipatok kisaran Rp250.00 untuk satu orang.

“Rata-rata sih yang mau ada tiga orang. Umumnya buat tugas UAS (ujian akhir semester),” ujar Okta, Sabtu (27/7).

Menurut Okta, hal itu menjadi momen yang tepat untuk mencari uang saku lebih dengan kemampuan akademik yang dimilikinya.

Pengamat kebijakan pendidikan sekaligus Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Cecep Darmawan menerangkan, fenomena joki tugas bukan kasus baru. Ia mengingatkan, bukan berarti hal itu dinormalisasi dan tidak diberantas.

Salah satu cara untuk mengatasi masalah joki tugas adalah dengan mengedukasi mahasiswa. Bisa dimulai dari menghilangkan kebiasaan copy paste. Langkah lainnya, dosen harus jeli dalam memeriksa tugas yang dikumpulkan mahasiswa. Mahasiswa juga harus bisa menjelaskan tugas yang dikumpulkan.

“Jika tidak, maka bisa terindikasi tidak mengerjakannya secara bertanggung jawab,” ujar Cecep, Sabtu (27/7).

Cecep menyebut, fenomena joki tugas kerap terjadi karena mahasiswa tersebut punya rasa malas yang tinggi. Akhirnya, muncul sikap tidak mau repot. Kemudian memanfaatkan penawar jasa joki tugas. Maka kondisi supply and demand dalam ekonomi tidak dapat terelakan.

Faktor lainnya, para mahasiswa bukan mengejar prestasi, sekadar berkuliah. Apalagi dengan pandangan, jurusan saat berkuliah nantinya bisa tidak sesuai dengan pekerjaan yang dilakoni.

Menurut Cecep, dampaknya mahasiswa tidak memiliki hard skill dan soft skill yang mempuni. Imbasnya, bakal tersingkir dari “seleksi alam” lapangan kerja.

“Kerugian bagi kampus bila (joki tugas) tidak dibersihkan dengan cepat ya soal rekomendasi, seperti di-user (perusahaan) di lapangan kerja,” ujar Cecep.

“Biasanya (perusahaan akan menilai), alumni kampus ini bagus, tapi kok sekarang enggak. Akhirnya hilang kepercayaan.”

img
Immanuel Christian
Reporter
img
Fandy Hutari
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan