Memelihara kucing berisiko terkena skizofrenia
Kucing merupakan salah satu hewan yang paling banyak dipelihara manusia, selain anjing. Situs web Rakuten Insight mencatat, dari 12 negara Asia yang diteliti, kucing menjadi hewan peliharaan paling populer di Indonesia dengan tingkat kepemilikan sebesar 47%.
Namun, menurut riset tiga peneliti dari Queensland Centre for Mental Health Research yang terbit di Schizophrenia Bulletin (Desember, 2023), memelihara kucing berpotensi meningkatkan risiko seseorang terkena gangguan skizofrenia--gangguan mental berat yang memengaruhi tingkah laku, emosi, dan komunikasi.
Skizofrenia menimbulkan gejala yang mengganggu, seperti mendengar suara-suara, kesulitan berpikir jernih, dan berhubungan dengan orang lain. World Health Organization (WHO) mencatat, di seluruh dunia skizofrenia diperkirakan ditemukan pada satu dari setiap 300 orang atau sekitar 24 juta orang.
Para peneliti melakukan analisis terhadap 17 penelitian yang dipublikasikan selama 44 tahun terakhir, dari 11 negara, termasuk Amerika Serikat dan Inggris, dengan fokus pada hubungan antara memelihara kucing sebelum usia 25 tahun dan dampak terkait skizofrenia.
"Kami menemukan hubungan antara kepemilikan kucing secara luas dan peningkatan kemungkinan berkembangnya gangguan skizofrenia," ujar salah seorang peneliti, John J. McGrath dalam Science Alert.
Science Alert menulis, memelihara kucing dikaitkan dengan risiko skizofrenia pertama kali diangkat dalam sebuah penelitian pada 1995. Riset itu menemukan, paparan parasit Taksoplasma gondii kemungkinan menjadi penyebabnya. Parasit itu diyakini masuk ke dalam tubuh seseorang melalui gigitan kucing atau kontak dengan cairan tubuh atau kotorannya. Bisa pula tertelan melalui air yang terkontaminasi atau daging yang kurang matang.
"Diperkirakan sekitar 40 juta orang di Amerika Serikat mungkin terinfeksi Taksoplasma gondii, biasanya tanpa gejala apa pun," tulis New York Post.
Menurut psikiater dan peneliti Harvard, Christopher M. Palmer dalam Psychology Today, Taksoplasma gondii adalah parasit protozoa yang biasa ditemukan pada kucing rumahan. Infeksi Taksoplasma gondii, yang dikenal sebagai toksoplasmosis, dikaitkan dengan berbagai gangguan neurologis, termasuk skizofrenia.
"Kucing sebagai inang Taksoplasma gondii dapat mengeluarkan ookista melalui kotorannya, sehingga dapat mencemari tanah, air, dan sumber makanan. Manusia dapat terinfeksi jika menelan zat yang terkontaminasi, yang menyebabkan terbentuknya kista jaringan di otak dan organ lainnya," tulis Palmer.
Saat masuk ke dalam tubuh kita, Taksoplasma gondii dapat menyusup ke sistem saraf pusat dan memengaruhi neurotransmiter. Parasit ini dikaitkan dengan perubahan kepribadian, seperti munculnya gejala psikotik, termasuk skizofrenia.
Penelitian tersebut menemukan, berada di dekat kucing selama masa kanak-kanak dapat membuat seseorang lebih berisiko terkena skizofrenia. Namun, sebut Science Alert, tak semua penelitian yang dianalisis menemukan hubungan tersebut.
Science Alert menulis, ada beberapa hal penting yang perlu dicatat, seperti fakta 15 dari 17 penelitian merupakan studi kasus-kontrol. Riset semacam itu, tulis Science Alert, tidak dapat membuktikan sebab dan akibat, dan sering kali tak melihat hal-hal yang mungkin memengaruhi baik paparan maupun hasilnya.
"Sejumlah penelitian yang diteliti memiliki kualitas rendah, yang juga menjadi sorotan penulis," tulis Science Alert.
Di sisi lain, dikutip Science Alert, sebuah penelitian tak menemukan hubungan yang signifikan antara memelihara kucing sebelum usia 13 tahun dikaitkan dengan risiko skizofrenia. Namun, penelitian tersebut menemukan adanya hubungan yang erat ketika mempersempit memelihara kucing ke periode tertentu--usia 9 hingga 12 tahun.
"Ketidakkonsistenan ini menunjukkan bahwa kerangka waktu penting untuk paparan terhadap kucing tidak ditentukan dengan jelas," tulis Science Alert.
Para peneliti pun mengakui, diperlukan lebih banyak penelitian lagi sebelum ada yang dapat membuat interpretasi akhir.
Meski demikian, dilansir New York Post, parasit itu telah terbukti memiliki dampak serius terhadap kesehatan manusia, terutama bagi perempuan hamil, yang bisa menularkan parasit lewat plasenta ke janin. Taksoplasma gondii meningkatkan risiko keguguran, lahir mati, atau masalah kesehatan serius pada anak, terutama masalah penglihatan, kebutaan, keterlambatan perkembangan, dan keterbelakangan pembelajaran.
Akan tetapi, Palmer mengungkapkan, penelitian ini menggarisbawahi pentingnya kesadaran masyarakat mengenai toksoplasmosis, terutama bagi pemilik kucing. Tindakan sederhana, seperti kebersihan tangan yang benar setelah memegang kucing atau membersihkan kotak kotoran dan memastikan kucing dipelihara di dalam rumah untuk mencegah potensi infeksi, bisa mengurangi risiko penularan Taksoplasma gondii secara signifikan.
"Penelitian ini membuka jalan baru untuk memahami faktor lingkungan yang berkontribusi terhadap skizofrenia dan gangguan terkait," tulis Palmer.
"Meskipun memelihara kucing telah diidentifikasi sebagai faktor risiko potensial, hal ini penting untuk dilihat dalam konteks yang lebih luas mengenai sifat multifaktorial gangguan kesehatan mental."