Memukul malah membuat anjing agresif
Beberapa waktu lalu, melalui akun Instagram-nya, presenter Robby Purba akhirnya meminta maaf terkait dirinya yang mengunggah ulang dan membuat viral potongan video sekuriti sebuah mal di Jakarta memukul anjing beberapa waktu lalu. Viralnya video itu mengakibatkan sekuriti dan vendor-nya diputus kontrak pihak mal tempatnya bekerja.
Setelah rekaman potongan video, sekuriti yang memukul anjing, yakni Nasarius, membuat klarifikasi. Ia terpaksa memukul anjing yang jadi pegangannya itu karena ada anak kucing yang digigit. Klarifikasi itu dikuatkan dengan rekaman CCTV dari arah mal, yang memperlihatkan anjing itu menggigit anak kucing—sisi belainan dari jalanan yang direkam seseorang.
Apakah memukul anjing membuatnya menjadi lebih menurut?
Menurut riset para peneliti dari Inggris yang dimuat jurnal Biology Letters (2020), anjing menjadi kurang patuh terhadap perintah pengasuhnya selama masa remaja atau pubertas. Anjing cenderung mengabaikan perintah yang diberikan pengasuhnya dan lebih sulit dilatih pada usia delapan bulan.
Dikutip dari Daily Mail, salah seorang penulis penelitian, Naomi Harvey mengatakan, perubahan perilaku yang terlihat pada anjing sangat mirip dengan hubungan orang tua dan anak. Para peneliti menulis, penting untuk tidak menghukum anjing puber karena ketidakpatuhannya.
Dalam riset lainnya, para peneliti dari University of Pennsylvania dalam jurnal Applied Animal Behaviour Science (2009) menemukan, metode pelatihan konfrontatif, dengan cara menatap, memukul, atau mengintimidasi anjing dengan manipulasi fisik, tak banyak memperbaiki perilaku yang tak patuh, bahkan dapat menimbulkan respons agresif.
Tim peneliti membuat survei berisi 30 item untuk pemilik anjing yan membuat janji layanan perilaku di University of Pennsylvania School of Veterinary Medicine. Pemilik anjing ditanyakan bagaimana mereka sebelumnya memperlakukan perilaku agresif, apakah ada dampak positif, negatif, atau netral. Dan apakah respons agresif dihasilkan dari metode yang mereka gunakan. Pemilik juga ditanya dari mana mereka mempelajari teknik pelatihan yang mereka terapkan.
Dari 140 survei yang diselesaikan, hasilnya sebesar 43% memukul atau menendang anjing karena perilaku yang tak diinginkan, marah pada anjing sebesar 41%, memaksa secara fisik mengeluarkan benda dari mulut anjing sebesar 39%, metode alpha roll secara fisik—menggulingkan anjing dalam posisi telentang dan memegangnya—sebesar 31%, menatap ke bawah sebesar 30%, memaksa anjing untuk berbaring miring sebesar 29%, dan memegang rahang anjing serta menggoyangnya sebesar 26% menimbulkan respons agresif dari setidaknya 25% anjing.
Selain itu, anjing yang dibawa ke rumah sakit karena perilaku agresif terhadap orang yang dikenalnya lebih cenderung merespons secara agresif pula beberapa teknik konfrontatif, dibandingkan anjing yang dibawa karena alasan perilaku lainnya. Teknik-teknik tadi menimbulkan rasa takut dan dapat menyebabkan agresi yang mengarah kepada pemiliknya.
Menurut Pet Helpful, beberapa orang berpendapat teknik dominasi efektif karena anjing adalah hewan kawanan. Dengan begitu, anjing memahami bahasa dominasi dan dominasi fisik. Namun, hal itu dianggap kurang tepat.
“Saat anjing dipukul, rasa sakit menjalar ke bagian sensitif tubuhnya, misalnya telinga atau moncong,” tulis Pet Helpful. “Rasa sakit digunakan sebagai stimulus yang tidak menyenangkan.”
Pelatihan anjing yang konfrontatif, tulis Pet Helpful, tak harus melibatkan rasa sakit. Beberapa metode, misalnya mengocok kaleng berisi uang receh—menggunakan suara yang tidak menyenangkan—untuk mencegah perilaku buruk dapat digunakan.
Memukul dianggap dapat mencegah perilaku buruk bila dilakukan dengan kekuatan, waktu, dan pengalihan yang tepat. Namun, teknik ini berbasis rasa sakit berisiko. Penelitian menunjukkan, hal ini secara signifikan meningkatkan stres, menurunkan kualitas hidup anjing, dan dapat meningkatkan agresi anjing.
Pet Helpful menyarankan untuk memimpin anjing dengan memberikan contoh. Kepemimpinan tak ditunjukkan dengan menggunakan rasa sakit, intimidasi, atau dominasi fisik, tetapi dengan konsistensi.
“Saat Anda bertindak sebagai pemimpin, anjing Anda akan tetap lebih tenang karena mereka dapat memandang Anda dalam situasi yang menantang atau membingungkan,” tulis Pet Helpful.
“Kembangkan sistem yang memberi penghargaan pada anjing ataus perilaku patuhnya.”
Cara terbaik membuat anjing patuh, menurut profesor psikologi dari University of British Columbia, Stanley Coren di Psychology Today adalah dengan menerapkan metode pengkondisian klasik, yang pertama kali dipelajari secara sistematis oleh ahli fisiologi Rusia, Ivan Petrovich Pavlov.
Menurut Coren, pentingnya pengkondisian klasik adalah cara kita belajar mengaitkan respons emosional terhadap berbagai hal. Yang kita perlukan hanyalah punya rangkaian di mana kita menghadapi stimulus, yang diikuti dengan peristiwa yang memicu emosi.
“Pengkondisian emosi secara klasik memberikan satu alasan mengapa prosedur pelatihan berbasis penghargaan harus bekerja lebih baik dan membangun ikatan yang lebih kuat antara anjing dan pelatihnya, dibandingkan sistem berbasis hukuman,” tulis Coren.
“Setiap pemberian ‘hadiah’ membuat anjing merasa lebih baik terhadap Anda karena Anda sebenarnya mengkondisikan respons emosional.”