close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Perselingkuhan bisa mengancam hubungan cinta seseorang. Ada banyak alasan mengapa orang berselingkuh. /Pixabay.com
icon caption
Perselingkuhan bisa mengancam hubungan cinta seseorang. Ada banyak alasan mengapa orang berselingkuh. /Pixabay.com
Sosial dan Gaya Hidup
Kamis, 17 Januari 2019 14:54

Mengapa seseorang berselingkuh?

Hal-hal semisal gender, kepribadian, agama, dan alasan politik, ikut andil membuat seseorang memilih selingkuh.
swipe

Selingkuh, tentu bukan kata asing di telinga. Dalam dunia hiburan tanah air, informasi perselingkuhan artis seringkali menyesaki layar kaca.

Pada 2009 lalu, dunia hiburan pernah dihebohkan dengan berita perselingkuhan penyanyi Krisdayanti dengan pengusaha asal Timor Leste Raul Lemos. Padahal, Anang Hermansyah dan Krisdayanti sebelumnya disebut-sebut sebagai pasangan selebritas yang kerap tampil harmonis. Mereka akhirnya memutuskan bercerai.

Selain pasangan Anang dan Krisdayanti, sangat banyak contoh pasangan selebritas yang berselingkuh. Yang sempat menghebohkan juga, isu perselingkuhan yang menerpa pasangan komedian Sule dan Lina.

Awal 2018, keretakan rumah tangga Sule dan Lina sempat jadi sorotan. Belakangan terkuak, Lina memiliki pria idaman lain. Pada September 2018, akhirnya pasangan yang sudah merajut bidak rumah tangga selama 20 tahun berpisah.

Perselingkuhan tak hanya terjadi di jagat dunia selebritas. Orang-orang yang tak pernah ada hubungannya dengan gemerlap kehidupan artis pun berpotensi selingkuh.

Rani salah satunya. Dia mengaku pernah berselingkuh dengan laki-laki lain. Dia mengatakan, menjalin hubungan jarak jauh memicu dirinya berani selingkuh.

“Alasan lainnya, pacarku dulu kurang perhatian sama aku,” katanya saat berbincang dengan reporter Alinea.id, Selasa (15/1).

Tak selamanya selingkuh itu menyenangkan. Rani acapkali diserang rasa bersalah. Meski, dia tak menampik, selingkuh itu menimbulkan perasaan yang berbeda.

“Ada variasi gitu. Mulai dari variasi bahasan, perhatian, hingga cumbuan,” ujarnya.

Namun, akhirnya Rani memutuskan berhenti selingkuh dari kekasih gelapnya. Lalu, hubungan dengan pasangannya semakin membaik.

Surat gugatan cerai Lina kepada komedian Sule yang diunggah akun Instagram Lambe Turah pada 10 Mei 2018. (instagram.com/lambe_turah).

Alasan berselingkuh

Psikolog Liza Marielly Djaprie mengatakan, ada banyak faktor yang menyebabkan seseorang berselingkuh. Pertama, faktor individu yang tak bisa berkomitmen.

“Kedua, ada jarak yang menimbulkan ketidakpuasan,” kata Liza saat dihubungi, Rabu (16/1).

Semakin besar jarak antara pasangan, kata Liza, semakin besar risiko pasangan untuk berselingkuh. Menghadapi jarak itu, seseorang yang toleransi dengan pasangannya rendah, maka dalam hitungan bulan akan berselingkuh.

Selain itu, Liza menuturkan, trauma masa kecil juga bisa memengaruhi seseorang untuk selingkuh.

“Misalnya, waktu kecil dia lihat bapaknya selingkuh. Ketika dewasa, dia bisa takut berkomitmen atau bilang ‘ngapain sih setia, lha orang bapakku aja selingkuh,’” ujar Liza.

Menanggapi kecenderungan manusia untuk mencintai lebih dari satu orang, Liza sepakat dengan hal itu. Meski begitu, kata dia, tak semua cinta harus ditindaklanjuti.

“Cinta itu memang bukan barang ekslusif. Kita punya pilihan untuk setia dengan pasangan kita,” kata psikolog yang berpraktik di Sanatorium Dharmawangsa, Jakarta Selatan itu.

Sementara itu, psikolog Kelly Campbell dalam artikelnya “Why people cheat?” di Psychology Today, 26 Maret 2014 menyebut, ada beberapa alasan yang membuat seseorang berselingkuh, seperti alasan personal, hubungan, dan situasi.

Campbell mengatakan, alasan personal terkait dengan kualitas seseorang yang membuatnya rentan selingkuh. Hal-hal semisal gender, kepribadian, agama, dan alasan politik, ikut andil membuat seseorang memilih selingkuh.

Di dalam artikel tersebut, Campbell menulis, kemungkinan laki-laki berselingkuh lebih besar ketimbang perempuan.

“Sebab, laki-laki memiliki lebih banyak hormon testosteron yang bertanggung jawab atas keinginan kuat untuk melakukan seks,” tulis Campbell.

Orang yang sangat religius dan memiliki orientasi politik konservatif, menurut Campbell, lebih setia kepada pasangannya, karena mereka memegang nilai yang lebih saklek.

Alasan hubungan, kata Campbell, diartikan bila hubungan seseorang dengan pasangannya tak memuaskan. Hal ini terjadi dalam kasus Rani dan pasangannya.

Untuk orang-orang yang masuk dalam kategori tersebut, menurut Campbell, terlibat dalam hubungan yang memiliki banyak kesamaan akan menghilangkan keinginan mereka untuk berselingkuh.

Campbell menulis, hubungan yang dicirikan dengan ketidakpuasan, gairah seks yang tak terpenuhi, dan konflik yang memanas, sangat berisiko terjadi perselingkuhan.

“Ketika pasangan tidak memiliki banyak kesamaan dalam hal kepribadian, level pendidikan, dan faktor lainnya, perselingkuhan bisa terjadi dalam hubungan itu,” tulis Campbell.

Selingkuh, tentu bukan kata asing di telinga. Dalam dunia hiburan tanah air, informasi perselingkuhan artis seringkali menyesaki layar kaca.

Pada 2009 lalu, dunia hiburan pernah dihebohkan dengan berita perselingkuhan penyanyi Krisdayanti dengan pengusaha asal Timor Leste Raul Lemos. Padahal, Anang Hermansyah dan Krisdayanti sebelumnya disebut-sebut sebagai pasangan selebritas yang kerap tampil harmonis. Mereka akhirnya memutuskan bercerai.

Selain pasangan Anang dan Krisdayanti, sangat banyak contoh pasangan selebritas yang berselingkuh. Yang sempat menghebohkan juga, isu perselingkuhan yang menerpa pasangan komedian Sule dan Lina.

Awal 2018, keretakan rumah tangga Sule dan Lina sempat jadi sorotan. Belakangan terkuak, Lina memiliki pria idaman lain. Pada September 2018, akhirnya pasangan yang sudah merajut bidak rumah tangga selama 20 tahun berpisah.

Perselingkuhan tak hanya terjadi di jagat dunia selebritas. Orang-orang yang tak pernah ada hubungannya dengan gemerlap kehidupan artis pun berpotensi selingkuh.

Rani salah satunya. Dia mengaku pernah berselingkuh dengan laki-laki lain. Dia mengatakan, menjalin hubungan jarak jauh memicu dirinya berani selingkuh.

“Alasan lainnya, pacarku dulu kurang perhatian sama aku,” katanya saat berbincang dengan reporter Alinea.id, Selasa (15/1).

Tak selamanya selingkuh itu menyenangkan. Rani acapkali diserang rasa bersalah. Meski, dia tak menampik, selingkuh itu menimbulkan perasaan yang berbeda.

“Ada variasi gitu. Mulai dari variasi bahasan, perhatian, hingga cumbuan,” ujarnya.

Namun, akhirnya Rani memutuskan berhenti selingkuh dari kekasih gelapnya. Lalu, hubungan dengan pasangannya semakin membaik.

Surat gugatan cerai Lina kepada komedian Sule yang diunggah akun Instagram Lambe Turah pada 10 Mei 2018. (instagram.com/lambe_turah).

Alasan berselingkuh

Psikolog Liza Marielly Djaprie mengatakan, ada banyak faktor yang menyebabkan seseorang berselingkuh. Pertama, faktor individu yang tak bisa berkomitmen.

“Kedua, ada jarak yang menimbulkan ketidakpuasan,” kata Liza saat dihubungi, Rabu (16/1).

Semakin besar jarak antara pasangan, kata Liza, semakin besar risiko pasangan untuk berselingkuh. Menghadapi jarak itu, seseorang yang toleransi dengan pasangannya rendah, maka dalam hitungan bulan akan berselingkuh.

Selain itu, Liza menuturkan, trauma masa kecil juga bisa memengaruhi seseorang untuk selingkuh.

“Misalnya, waktu kecil dia lihat bapaknya selingkuh. Ketika dewasa, dia bisa takut berkomitmen atau bilang ‘ngapain sih setia, lha orang bapakku aja selingkuh,’” ujar Liza.

Menanggapi kecenderungan manusia untuk mencintai lebih dari satu orang, Liza sepakat dengan hal itu. Meski begitu, kata dia, tak semua cinta harus ditindaklanjuti.

“Cinta itu memang bukan barang ekslusif. Kita punya pilihan untuk setia dengan pasangan kita,” kata psikolog yang berpraktik di Sanatorium Dharmawangsa, Jakarta Selatan itu.

Sementara itu, psikolog Kelly Campbell dalam artikelnya “Why people cheat?” di Psychology Today, 26 Maret 2014 menyebut, ada beberapa alasan yang membuat seseorang berselingkuh, seperti alasan personal, hubungan, dan situasi.

Campbell mengatakan, alasan personal terkait dengan kualitas seseorang yang membuatnya rentan selingkuh. Hal-hal semisal gender, kepribadian, agama, dan alasan politik, ikut andil membuat seseorang memilih selingkuh.

Di dalam artikel tersebut, Campbell menulis, kemungkinan laki-laki berselingkuh lebih besar ketimbang perempuan.

“Sebab, laki-laki memiliki lebih banyak hormon testosteron yang bertanggung jawab atas keinginan kuat untuk melakukan seks,” tulis Campbell.

Orang yang sangat religius dan memiliki orientasi politik konservatif, menurut Campbell, lebih setia kepada pasangannya, karena mereka memegang nilai yang lebih saklek.

Alasan hubungan, kata Campbell, diartikan bila hubungan seseorang dengan pasangannya tak memuaskan. Hal ini terjadi dalam kasus Rani dan pasangannya.

Untuk orang-orang yang masuk dalam kategori tersebut, menurut Campbell, terlibat dalam hubungan yang memiliki banyak kesamaan akan menghilangkan keinginan mereka untuk berselingkuh.

Campbell menulis, hubungan yang dicirikan dengan ketidakpuasan, gairah seks yang tak terpenuhi, dan konflik yang memanas, sangat berisiko terjadi perselingkuhan.

“Ketika pasangan tidak memiliki banyak kesamaan dalam hal kepribadian, level pendidikan, dan faktor lainnya, perselingkuhan bisa terjadi dalam hubungan itu,” tulis Campbell.

Tanda-tanda selingkuh

Liza mengatakan, tanda-tanda perselingkuhan hampir mustahil terdeteksi. “Namun, jika sejak awal dia playboy, matanya jelalatan, itu sudah tanda-tanda dia bisa selingkuh,” ujar Liza.

Disinggung mengenai hormon yang berpotensi membuat seseorang berselingkuh, Liza menerangkan, ada kalanya hormor laki-laki ataupun perempuan tidak stabil. Ketika hormon tidak stabil, emosi menjadi labil.

Nah, kalau pada laki-laki ini ada istilahnya puber kedua. Di masa-masa seperti itu bisa jadi dia selingkuh,” katanya.

Di dalam artikel “Your cheatin’ voice will tell on you: Detection of past infidelity from voice,” yang terbit di jurnal Evolutionary Psychology (2017), Susan Hughes dan Marissa Harrion menulis, suara dapat digunakan sebagai isyarat untuk mendeteksi perselingkuhan.

“Dalam penelitian sebelumnya yang dilakukan O’Connor, Re, dan Feinberg (2011), mereka menemukan jika perempuan akan menilai pria dengan nada suara rendah, memiliki kecenderungan untuk berselingkuh. Sebaliknya, pria menilai perempuan dengan suara bernada tinggi cenderung berselingkuh,” tulis Hughes dan Harrison.

Lebih lanjut, Hughes dan Harrison menulis, hal-hal tadi bukan tanpa alasan. Hormon testosteron pada laki-laki dan estrogen pada perempuan memainkan peranan yang penting.

“Testosteron berkaitan dengan nada suara yang lebih rendah untuk laki-laki. Sementara untuk perempuan, estrogen berkaitan dengan nada suara yang lebih tinggi, dan dikaitkan degan kemungkinan yang lebih besar terlibat dalam menggoda, mencium, atau memiliki hubungan dengan seorang pria selain pasangan mereka,” tulis Hughes dan Harrison.

Faktor individu yang tak bisa berkomitmen merupakan salah satu faktor penyebab selingkuh. (Pixabay.com).

Melindungi hubungan

Guna menjaga hubungan dari perselingkuhan, Liza mengatakan, pasangan bisa melakukan banyak hal secara bersama-sama. Sebab, menurutnya, cinta merupakan kata kerja dan hubungan antarmanusia yang selalu berevolusi.

Menurut Liza, perselingkuhan melibatkan tiga pihak, yakni pelaku, selingkuhan, dan pasangan pelaku. Ketika menangani kasus perselingkuhan, Liza biasanya bertanya ke pasangan pelaku, apa yang membuat pasangannya selingkuh.

Liza memberikan saran agar pasangan pelaku mengenali dunia pelaku. Paling tidak, kata dia, pelaku selingkuh akan menghargai usaha pasangannya.

Saat perselingkuhan terjadi, lanjut Liza, lebih baik pasangan pelaku menata dirinya terlebih dahulu. Kemudian, evaluasi apakah hubungan tersebut masih bisa berlanjut atau diakhiri.

Sedangkan Campbell menjelaskan, ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menghindari perselingkuhan. Pertama, bicara kepada pasangan tentang definisi mereka mengenai perselingkuhan.

“Orang-orang memiliki definisi yang berbeda dengan apa yang dikatakan perselingkuhan, dan pasangan perlu membuat kesepakatan tentang hal ini,” tulis Campbell dalam artikelnya “Why people cheat?” di Psychology Today, 26 Maret 2014.

Dengan cara itu, tulis Campbell, akan lebih mudah bagi pasangan untuk menentukan batasan. Sebagian besar orang sepakat bila melakukan hubungan seksual dengan orang lain adalah bentuk perselingkuhan.

“Namun, bagaimana dengan pergi makan siang bersama rekan kerja yang atraktif? Atau, bagaimana dengan chat mesra di internet dengan orang asing? Diskusi terbuka tentang pertanyaan-pertanyaan tersebut akan membantu pasangan untuk menentukan batasan-batasan dan menghindari perasaan terluka,” tulis Campbell.

img
Annisa Saumi
Reporter
img
Fandy Hutari
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan