Covid-19 merupakan suatu virus yang memiliki banyak gen. Gen tersebut terbagi menjadi dua, yaitu protein struktural dan protein nonstruktural/accessory.
Ahli Virologi Universitas Udayana I Gusti Ngurah Kade Mahardika, menjelaskan jika belajar dari MERS dan SARS pada 2003, dapat diketahui kalau ganasnya sebuah virus ditentukan oleh protein tersebut.
Pada perkembangannya virus Covid-19 di seluruh dunia termasuk di Indonesia, ada yang persis dengan di Wuhan dan walaupun tidak banyak, ada juga yang berbeda.
"Di Indonesia tidak mengalami subsitusi receptor binding site. Kalau berubah pada receptor binding site, bisa jadi virus itu lebih ganas. Antibodi tidak berperan. Vaksin mungkin kehilangan khasiatnya," katanya dalam konferensi pers Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) di kantor Graha BNPB pada Kamis (18/6).
Maksudnya, coronavirus di Indonesia mengalami perubahan reseptor tetapi tidak pada binding sitenya. Selain itu, berdasarkan data yang dimiliki peneliti, coronavirus di Indonesia tidak unik karena belum bermutasi. Jadi kandidat vaksin dari negara manapun diperkirakan mampu menangkal virus ini
Agar tak bermutasi, maka diperlukan kerja samanya agar virus tersebut tidak sampai masuk ke tubuh manusia. Salah satunya dengan menerapkan protokol aman Covid-19.
Orang yang sudah terpapar Covid-19 harus berusaha untuk tidak menulari orang lain, sementara yang belum tertular jangan sampai tertular oleh orang lain.
“Virus baru bisa bermutasi setelah masuk ke tubuh manusia,” katanya.