close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi. Wajah sedih. Pixabay.com
icon caption
Ilustrasi. Wajah sedih. Pixabay.com
Sosial dan Gaya Hidup
Kamis, 23 Juli 2020 12:49

Mengenal perbedaan sedih dan depresi serta penanganannya

Kedua kondisi psikologis ini berbeda dan berpengaruh terhadap penanganannya.
swipe

Sebagian orang pasti pernah mengalami kesedihan bahkan depresi dalam hidup. Namun, depresi dan kesedihan masih kerap dianggap sama, padahal kedua kondisi psikologis umum ini berbeda.

Mengenali perbedaan antara diagnosis depresi dan kesedihan menjadi penting karena berpengaruh terhadap penanganannya. Kemampuan membedakan kesedihan dan depresi dapat membantu seseorang 'ke luar' dari apa yang mereka alami dengan cara yang tepat.

Untuk itu, berikut perbedaan kesedihan dan depresi dan cara menanganinya dikutip dari Psychology Today.

Apa itu kesedihan?

Kesedihan adalah emosi normal yang dipicu oleh peristiwa atau pengalaman buruk. Artinya, perasaan menjadi sedih tentang sesuatu yang spesifik. Kehilangan atau ketidakhadiran orang yang dicintai, perceraian, masalah keuangan, atau masalah di rumah, dapat memengaruhi suasana hati secara negatif. Namun, keadaan emosi ini dapat hilang dalam beberapa waktu atau setelah sesuatu membaik, menggantikan peristiwa menyakitkan yang memicu kesedihan di awal.

Kesedihan bersifat sementara—satu jam atau beberapa hari. Setiap individu akan mengalami kesedihan lebih dari sekali, dalam hidupnya. Perasaan dapat menjadi lebih lega dengan menangis, melampiaskan, atau membicarakan situasi kita kepada orang lain.

Kesedihan adalah emosi yang dialami semua orang, sering terjadi setelah mengalami peristiwa kehidupan yang mengecewakan.

Sementara depresi adalah gangguan kesehatan mental yang sangat kuat dan berkelanjutan dan secara drastis berdampak pada kehidupan sehari-hari.

Apa itu depresi?

Depresi adalah gangguan kesehatan mental dan emosional yang abnormal, yang memengaruhi cara berpikir dan merasakan segala sesuatu. Depresi merembes ke setiap aspek kehidupan, dan ketika mengalami depresi, merasa mati rasa atau sedih tentang segalanya.

Orang yang mengalami depresi tidak lagi merasa senang menghabiskan waktu bersama keluarga atau teman dan mungkin berhenti mengejar hobi mereka atau merasa tidak bisa bekerja atau sekolah. Dalam kasus yang parah, mereka berpotensi berpikir atau mencoba bunuh diri.

Jika gejalanya berlangsung lebih dari dua pekan, ahli kesehatan profesional biasanya akan mendiagnosis dengan gangguan depresi akut atau major depressive disorder (MDD). Gejalanya meliputi:

- Perubahan pola tidur: Entah insomnia atau jam tidur yang berlebihan

- Suasana hati yang tertekan setiap hari

- Hilang minat pada segala hal

- Penurunan atau kenaikan berat badan signifikan

- Kelelahan 

- Perasaan tidak berharga dan rasa bersalah setiap hari

- Sulit berkonsentrasi

- Pikiran bunuh diri atau memiliki usaha dan rencana bunuh diri

Penanganan keduanya

Kesedihan dapat diatasi dalam waktu yang cenderung singkat. Emosi dapat diekspresikan dengan menangis, pergi bersama teman-teman, atau menghabiskan waktu di luar rumah. Mengekspresikan kesedihan atas kehilangan orang yang dicintai mungkin membutuhkan waktu, tetapi masih bisa menemukan kebahagiaan dalam aspek lain di kehidupan. Libatkanlah lebih banyak pada aspek-aspek bahagia ini.

Sementara, depresi paling baik diobati dengan kombinasi obat-obatan dan psikoterapi. Obat yang paling umum digunakan untuk mengobati depresi adalah selective serotonin reuptake inhibitors (SSRI). Semua obat, termasuk SSRI, menimbulkan efek samping. Oleh karena itu, bantuan dari profesional penting dalam penanganan ini.

Sangat disarankan untuk berkonsultasi ke ahli kejiwaan seperti psikolog, terapis, atau psikiater terlebih jika memiliki pikiran bunuh diri. Ahli dapat membantu mengidentifikasi masalah dan mekanisme penanganannya.

img
Firda Cynthia
Reporter
img
Hermansah
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan