close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi seorang pria berewok./Foto OrnaW/Pixabay.com
icon caption
Ilustrasi seorang pria berewok./Foto OrnaW/Pixabay.com
Sosial dan Gaya Hidup
Selasa, 23 Juli 2024 06:05

Mengenal prosedur transplantasi jenggot

Presenter dan komedian Deddy "Desta" Mahendra mengubah penampilan, dengan melakukan transplantasi rambut dan jenggot. Bagaimana prosedurnya?
swipe

Presenter dan komedian Deddy “Desta” Mahendra, muncul dengan penampilan baru dengan berewok. Beberapa waktu lalu, ia menjalankan prosedur transplantasi rambut serta janggut dan cambang, ditangani penyanyi sekaligus dokter bedah plastik, Tompi. Ia menambah rambut bagian depannya dan janggut, yang diambil dari rambut bagian belakang kepalanya.

Healthline menulis, transplantasi pertama dilakukan pada 1939 di Jepang, dengan rambut tunggal di kulit kepala. Pada dekade berikutnya, dikembangkan teknik cangkok, yang melibatkan transplantasi sebagian besar rambut.

Transplantasi rambut merupakan prosedur saat ahli bedah plastik atau dermatolog memindahkan rambut ke area kepala atau bagian yang mulai menipis. Dokter bedah, sebut Healthline, biasanya memindahkan rambut dari belakang atau samping kepala. Umumnya, transplantasi rambut dilakukan untuk mengatasi bagian kepala yang botak.

Sedangkan transplantasi jenggot, tulis Healthline, rambut diambil untuk dipindahkan ke garis rahang atau di mana pun ingin janggut tumbuh.

Pria yang tumbuh jenggot dan jambang, dianggap lebih menarik. Buktinya, baru-baru ini, survei yang dilakukan aplikasi perjodohan dating.com menemukan, pria berjanggut lebih menarik bagi para lajang, dengan 86% responden lebih menyukai tumbuhnya rambut di wajah. Survei itu, sebut Witness, mengungkapkan pria berjanggut menerima kecocokan tiga kali lebih banyak di profil kencan.

Sebesar 45% dari mereka yang disurvei melaporkan, meski menyukai rambut di wajah, mereka tidak suka jika pria hanya berkumis. Mereka lebih memilih kombinasi janggut dan kumis. Maka, tak heran transplantasi janggut sangat populer.

Dilansir dari CBC, International Society of Hair Restoration Surgery menemukan, jumlah transplantasi rambut wajah meningkat sebesar 9,5% secara global, dari tahun 2010 hingga 2012. CBC pun menyebut, transplantasi rambut wajah adalah transplantasi rambut terpopuler ketiga di dunia—sebesar 1,5%—setelah kulit kepala (92,9%) dan alis (4,5%).

Transplantasi jenggot terdengar sederhana. Namun, sesungguhnya memerlukan proses yang rumit. Sama seperti transplantasi rambut, ada dua metode yang dilakukan ahli bedah, yakni follicular unit extracton (FUE) atau ekstraksi unit folikel dan folicular unit transplantation (FUT) atau transplantasi unit folikular.

FUE adalah pendekatan yang dilakukan dengan mengambil unit folikel—kantong kelenjar yang kecil dan sempit pada rambut—lengkap satu per satu dari area donor. Sementara FUT dilakukan dengan memotong sebagian kecil jaringan dari bagian belakang kepala dan menghilangkan folikel rambut dari jaringan tersebut.

“Kedua prosedur tersebut memerlukan 2.000 hingga 5.000 cangkok folikel rambut atau lebih dari bagian belakang kepala, biasanya sejajar dengan telinga atau sedikit lebih rendah, dan menanamkannya di wajah,” tulis Healthline.

Langkah pertama yang dilakukan dokter bedah adalah mencukur rambut di area kepala yang akan diambil. Biasanya, rambut yang diambil dari bagian belakang kepala. Alasannya, lokasi ini cenderung menjadi area terakhir yang mengalami kebotakan.

Lalu, dilakukan anestesi lokal di area wajah yang akan dipasang folikel rambut. Lantas, dokter bedah menanamkan setiap folikel ke dalam kulit wajah, membentuk janggut baru.

“Dalam waktu tiga atau empat bulan, folikel rambut yang ditransplantasikan akan terpasang dan tumbuh,” tulis Healthline.

Disebut Healthline, janggut hasil metode FUT cenderung lebih lebat. Sebab, lebih banyak folikel yang diambil ketika sepotong kulit dihilangkan. FUE biasanya meninggalkan banyak bekas luka kecil yang sering kali tidak terlalu terlihat. Sedangkan FUT meninggalkan bekas luka panjang di bagian belakang kepala.

Namun, sayangnya biaya transplantasi janggut tidak murah. Menurut Healthline, biayanya bisa mencapai lebih dari 15.000 dollar AS atau lebih dari Rp200 juta. Selain itu, transplantasi janggut pun memiliki efek samping.

Ahli bedah plastik Anthony Bared dalam situs web Facial Plastic Surgery Miami menyebut, salah satu efek samping utama transplantasi jenggot adalah kerontokan. Lantas, pembengkakak dan kemerahan adalah efek samping yang paling umum. Selain itu, pasien juga merasa sedikit mati rasa di wajah.

Menurut ahli bedah plastik di Toronto, Amerika Serikat, Jamil Asaria, dikutip dari CBC, efek sampingnya, antara lain infeksi folikel sebesar 1%, pembengkakan yang dapat berlangsung hingga seminggu, penolakan folikel yang bisa mencapai 10%, dan rambut tumbuh ke dalam.

“Asaria mengatakan, sebagian besar pasien membaik dengan komplikasi minimal. Pasien biasanya dapat bercukur 10 hingga 14 hari setelah prosedur,” tulis CBC.

img
Fandy Hutari
Reporter
img
Fandy Hutari
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan