close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka mengunjungi SMAN 11 Jakarta, Pulo Gebang, Cakung, Jakarta Timur, dalam pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis (MBG), Selasa (21/1/2025)./Foto BPMI Setwapres/setneg.go.id
icon caption
Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka mengunjungi SMAN 11 Jakarta, Pulo Gebang, Cakung, Jakarta Timur, dalam pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis (MBG), Selasa (21/1/2025)./Foto BPMI Setwapres/setneg.go.id
Sosial dan Gaya Hidup
Rabu, 22 Januari 2025 16:00

Menjamin mutu MBG agar tak terkontaminasi

Apa saja yang harus diawasi dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG) agar siswa tak keracunan?
swipe

Puluhan siswa di SDN Dukuh 03 Sukoharjo, Jawa Tengah, mengalami keracunan usia menyantap menu program makan bergizi gratis (MBG) pada Kamis (16/1). Menurut Kepala SDN Dukuh 03, Lilik Kurniasih, seperti dikutip dari Antara, beberapa siswa merasa mual dan pusing.

Lilik mengatakan, para siswa yang merasakan gejala tersebut mengaku mencium bau basi dari ayam tepung. Selain ayam tepung, menu lainnya nasi putih, sayur cah wortel tahu, buah naga, dan susu.

Puluhan siswa di SDN 03 Nunukan Selatan, Kalimantan Utara, juga mengalami diare diduga keracunan usai menyantap makanan dari program MBG pada Senin (13/1). Dikutip dari Kompas.com, Kepala SDN 03 Nunukan Selatan, Hairuddin menduga, ada lauk yang basi dalam hidangan ayam kecap. Beberapa siswa SMAN 2 Nunukan Selatan pun mengalami hal serupa.

Menanggapi masalah itu, anggota Komisi IX DPR dari fraksi Partai NasDem, Irma Suryani Chaniago tak sepakat para siswa keracunan. Alasannya, di dalam makanan yang mereka santap tidak ditemukan residu racun.

“Yang ditemukan adalah makanan yang tidak diolah dengan baik, sehingga membuat yang mengonsumsinya mual dan muntah,” kata Irma kepada Alinea.id, Selasa (21/1).

“Dan dalam penanganannya pun tidak sampai harus dibawa ke rumah sakit.”

Sebelumnya, Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana, dilaporkan Antara, juga mengakui keracunan itu akibat kesalahan teknis pengolahan ayam.

Terkait pengawasan, Irma berpendapat, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) harus menjalankan fungsinya sebagi pemantau obat dan makanan untuk dikonsumsi. Bahkan, harus berpartisipasi turun langsung mengawasi semua tahapan pelaksanaan program MBG.

“Karena itu sudah fungsi dan tugas mereka (BPOM), ya seharusnya mereka tidak perlu diminta lagi untuk ikut berpartisipasi dalam mengawasi bahan-bahan makanan yang dipergunakan oleh BGN (Badan Gizi Nasional),” tutur Irma.

Sementara itu, Guru Besar Ilmu Gizi Institut Pertanian Bogor (IPB) Hardiansyah menilai, jaminan mutu MBG agar tidak memunculkan makanan terkontaminasi zat berbahaya dan mungkin basi, harus dilakukan pengawasan titik kritis pada tahap membeli bahan, mengolah, memasak, mengemas, dan membawa sampai tiba di sekolah.

“Semua tahap itu harus diawasi karena di situ titik kritisnya,” kata Hardiansyah, Selasa (21/1).

Menurut Herdiansyah, semua tahapan harus dipantau dan seluruh bahan harus diatur jelas dalam panduan umum dan teknis. Sebab, Herdiansyah melihat, ada olahan daging ayam berupa nuget. Bukan ayam potong. Dengan begitu, kata dia, bila dijadikan menu MBG, bakal sulit dijamin bagaimana pengolahannya.

“Apakah ini sudah dibuat oleh pihak lain, beli dan tinggal digoreng? Atau sudah disuplai orang lain? Bagaimana di dalam panduannya? Boleh enggak seperti itu?” ujar Herdiansyah.

Herdiansyah mengatakan, bahan makanan perlu dicek oleh pengawas, saat dibeli, diolah, dan dimasak sesuai standar. Lalu, dikirim ke sekolah tidak terlampau lama. Dengan demikian, tidak akan menimbulkan keracunan.

“Saya yakin semua sudah dilatih. Tapi kan ketika panduan sudah disosialisasikan, tetap butuh pengawasan agar tetap dipatuhi. Bisa jadi di atas kertas bagus, tapi tidak jalan,” kata Herdiansyah.

Kendati BGN sebagai pelaksana telah berkoordinasi dengan BPOM soal pengawasan mutu dan keamanan pangan, Herdiansyah mewanti-wanti agar pelaksana tidak menjadi pengawas, begitu pula sebaliknya.

“Justru pengawas ini mengawasi yang melaksanakan. Jangan sampai jeruk makan jeruk. Tahap-tahap kritis harus diawasi betul,” ucap Herdiansyah.
 

img
Kudus Purnomo Wahidin
Reporter
img
Fandy Hutari
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan