close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Kampung  Bekelir adalah spot menarik untuk berbuka puasa.Alinea.id/Kudus.
icon caption
Kampung Bekelir adalah spot menarik untuk berbuka puasa.Alinea.id/Kudus.
Sosial dan Gaya Hidup
Sabtu, 11 Mei 2019 17:12

Menunggu kumandang azan di tepi Sungai Cisadane

Tangerang punya spot menarik menunggu waktu berbuka datang yakni di tepi Sungai Cisadane, saat lapar bisa melipir ke Pasar Tangerang.
swipe

Apa yang biasa Anda lakukan saat menunggu waktu berbuka puasa atau ngabuburit?

Kegiatan seperti: menonton, baca buku, bersepeda atau berkumpul di ruang publik jamak dilakukan sambil menunggu kumandang azan. 

Nah, salah satu kegiatan yang dilakukan masyarakat Tangerang adalah melihat matahari terbenam di tepi Sungai Cisadane, tepatnya dekat dengan Kampung Bekelir, Babakan, Tangerang Banten.

Lokasi yang berada tidak jauh dari Pasar Lama Tangerang dan Jembatan Merah ini, banyak didatangi masyarakat dari Tangerang maupun Jakarta untuk melepas penat dan menunggu waktu berbuka puasa, sembari melihat matahari terbenam. 

Ya, di tempat ini terdapat spot yang bagus untuk melihat sang jingga ke peraduannya, lantaran terdapat aliran sungai yang searah lurus dengan matahari tenggelam. Sehingga terlihat memikat jika dipandang.  

Salah satu lokasi favorit menunggu buka puasa.Alinea.id/Kudus

Gian (24) warga Karawaci kepada Alinea.id mengaku sering menghabiskan waktu di tepi Sungai Cisadane dan dekat Jembatan Merah. Bagi Gian, suasananya nyaman dan jauh dari kebisingan. 

Selain itu, ia merasa mendapatkan kenikmatan paripurna dari ngabuburit saat matahari mulai terbenam. 

Gian mengaku bisa duduk berjam-jam di bangku taman tepi Sungai Cisadane hanya untuk melihat momen matahari terbenam.

”Saya suka kalau melihat matahari tenggelam dan disini tuh lumayan bagus matahari tenggelamnya. Nah saat menunggu itu kadang tidak terasa tiba-tiba sudah azan aja," tutur perempuan asal Karawaci tersebut. 

Sayang saat Gian datang, cuaca sedang mendung sehingga pemandangan matahari terbenam kurang cantik. 

Topan (20) warga Poris Tangerang juga mengaku sangat senang ngabuburit di sekitar tepi sungai Cisadane. Alasannya di tempat inilah ia dapat melihat lanskap yang berbeda dari Kota Tangerang.

”Tangerang apa sih identiknya? Pabrik kan. Tapi kalau disini tuh beda. Saya bisa lihat orang lagi melukis di sebelah sana, ada yang lagi mancing, ada perahu hilir mudik bawa pasir. Jadi senang aja kalau ngabuburit di sini. Suasananya juga tenang,” kata Topan.

Suasana di tepi Sungai Cisadane memang terbilang tenang meski berada di pusat kota Tangerang. Bangku taman yang berjejer rapi di pinggir sungai dengan sejumlah pohon pinang dan pohon palem semakin menambah kesan asri kala semilir angin tiba.

Santap serabi

Tidak jauh dari Sungai Cisadane, bila perut sudah keroncongan. Anda bisa melipir ke Pasar Lama Tangerang yang banyak menjual kudapan. 

Pasar Lama Tangerang menjual beragam makanan khas lokal, makanan asal China, sampai kudapan asal Timur Tengah.

Bagi anda penyuka makanan manis, tidak ada salahnya mampir ke Serabi Hijau 11 Bersaudara yang terletak persis di depan gapura Pasar Lama Tangerang. 

Anda akan mendapatkan rasa serabi yang berbeda pada umumnya, sebab terdapat rasa durian di setiap gigitan serabi yang satu ini. Rasa durian sangat dominan di dalam adonan Serabi Hijau 11 Bersaudara.

Serabi hijau rasa durian merupakan pilihan kudapan berbuka.Alinea.id/Kudus

”Apalagi kalau ditambah gula rasa durian yang kami racik,” kata Ani sang penjual.

Kepada Alinea.id, Ani mengungkapkan, ada dua rasa gula yang ia racik yakni rasa durian dan rasa pandan.

”Namun karena rasa durian kadung terkenal, orang tahunya ya serabi ini rasa durian,”katanya.

Ani menjelaskan, serabinya dibuat dari tepung beras dan kombinasi antara daun pandan dan daun suji. Aroma pandan dan warna hijau ala daun suji sangat kentara dalam tampilan serabi kami. 

Ia mengatakan, serabinya sangat cocok jika ditemani dengan es podeng sebagai menu berbuka puasa. Manisnya es podeng dan legitnya Serabi Hijau 11 Bersaudara itu bisa menambah manisnya berbuka puasa.

Ani menjual serabi hijaunya seharga Rp25.000 per bungkus yang berisi 10 serabi. 

Menjaga amanah

Nama Serabi 11 Bersaudara rupanya punya cerita menarik. Beberapa kali berganti nama,  Panji Fahrullah (40) sang pemilik usaha berbagi ceritanya kepada Alinea.id

Semua bermula serabi ini tercipta dari perkenalan dirinya dengan Hamdan warga Karawang Jawa Barat pada dekade 90-an. 

Panji menuturkan, ia sempat diberikan resep membuat serabi oleh Hamdan yang saat itu baru mulai berjualan serabi. 

Baru berjalan enam bulan memulai usaha, Hamdan mengalami kegagalan dan tidak ingin lagi meneruskan usahanya.

Setelah itu Panji pun memberanikan membuka usaha serabi pada tahun 2010, meski juga sempat merugi karena tidak laku. 

Panji langsung memutar otak hingga akhirnya mengumpulkan 10 saudara kandungnya untuk dimintai masukan terkait usaha serabi. Saat itu ide pun muncul dari para saudaranya untuk melakukan inovasi terhadap serabi buatannya.

”Akhirnya masing-masing anak dari bapak saya yaitu H. Nurdin itu sumbang pikiran untuk serabi ini. Semua memberi masukan dengan resep tambahan. Versi serabi yang sekarang ini adalah kesepakatan dari 11 orang saudara saya sembilan tahun yang lalu, termasuk saya,”katanya.

Panji memulai usahanya bersama sang adik dengan nama brand Serabi Hijau Bersudara. Awalnya usahanya tidak ada perubahan signifikan, dalam sehari hanya lima sampai enam orang yang beli. 

Kondisi itu pun menarik perhatian sang kakak Widya Astuti yang sedang sakit. 

”Kakak saya mikir ada apa sebenarnya kok belum laku juga ya,”katanya.

Widya menyarankan untuk mengganti nama Serabi Hijau Bersaudara menjadi Serabi Hijau 11 Bersaudara dengan alasan serabi itu bukan hanya miliknya. Melainkan milik 11 orang yang dulu ikut melakukan inovasi atas serabi tersebut. 

Panji pun langsung mengubah nama serabinya seperti yang disarankan sang kakak. Setelah diubah, perlahan serabinya mulai dilirik pembeli, hingga akhirnya mulai menujukan peningkatan signifikan pada tahun 2014.

Sayangnya, pada tahun itu pula menjadi tahun terakhir pemberi nama Serabi Hijau 11 Bersaudara. Sebab sang kakak meninggal saat Serabi 11 Bersaudara sedang laris. 

Kini, Panji bercita-cita ingin memperluas outletnya setelah Pilpres 2019.

”Biar kondusif dulu. Baru saya putuskan untuk buka outlet baru,” katanya. 

img
Kudus Purnomo Wahidin
Reporter
img
Mona Tobing
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan