Mesianistik Shin Tae-yong
Kertas dengan sketsa hitam-putih wajah Shin Tae-yong pernah menghiasi tiang-tiang listrik, tembok di pinggir jalan, halte bus, sampai kaca warteg. Setidaknya pemandangan itu bisa dijumpai di Jabodetabek pada akhir 2021.
Pesannya jelas '#STYSTAY'. Namun, satu nama lain, juga dengan format yang sama, beredar di fasilitas-fasilitas publik. Pesannya saja yang berbeda, '#Harunaout'.
Kelompok suporter La Grande Indonesia yang menyebar poster-poster hitam-putih ala kertas foto kopian itu, sedang menjadikan STY sebagai simbol perlawanan terhadap kelompok yang menurut mereka adalah bagian dari kekuatan jahat di sepak bola Indonesia atau lebih tepatnya di PSSI.
Mereka marah kepada Haruna Soemitro yang memberi kritik tajam terhadap STY setelah kegagalan Indonesia di Piala AFF 2020. Haruna adalah exco PSSI era Mochamad Iriawan atau Iwan bule.
Polemik suporter dan Haruna ini sepertinya menjadi momen penting yang menancapkan imej STY sebagai ikon kebangkitan sepakbola Indonesia. Suara suporter yang bersuara lantang membela STY sejak saat itu terus menggema hingga sekarang. Pembelaan yang mewabah itu mengangkat derajat STY ke tingkat 'messiah sepak bola', sehingga pengidolaan dan fanatisme terhadap STY tak terbendung.
Tidak heran fenomena mesianisme yang menempatkan STY sebagai 'penyelamat' semakin merebak. STY datang di saat publik sepakbola terpuruk dalam rasa frustrasi melihat orang-orang yang justru dianggap bagian dari gerombolan mafia sepakbola berkuasa di PSSI, sehingga sepak bola Indonesia tak berprestasi dan liganya carut-marut.
Kebijakan STY memainkan banyak pemain muda di Piala AFF 2020 dianggap sebagai langkah revolusioner. Langkah STY ini seperti membawa sensasi bagi suporter yang menginginkan harapan baru. Fans Garuda trauma melihat pemain dengan caps senior sejak munculnya isu bahwa para pemain timnas menerima suap 'Alphard' yang berujung pada kekalahan menyakitkan di final Piala AFF 2010. Desas-desus di media sosial juga banyak mengupas soal gaya hidup buruk para pemain-pemain senior.
Melihat timnas di Piala AFF 2020 dengan mayoritas pemain muda menumbangkan Malaysia 4-1 sampai melaju ke final meski akhirnya gagal juara, meneguhkan posisi STY sebagai pelatih yang sangat menjanjikan bisa melejitkan prestasi timnas. Apalagi Setelah itu, rentetan rekor timnas di bawah STY tercipta; di antaranya lolos ke Piala Asia dan tembus 16 besar, nyaris membawa timnas U-23 ke Olimpiade Paris, dan menembus putaran tiga kualifikasi Piala Dunia, kemudian yang terakhir menumbangkan Arab Saudi 2-0. Sejumlah pencapaian itu membuat STY semakin diidolakan penggemar.
Namun, 6 Januari 2025 PSSI resmi merilis keputusan bahwa tugas pelatih Korea Selatan itu di timnas Indonesia diakhiri. Banyak yang meratapinya. Sumpah serapah terhadap PSSI pun bertebaran di media sosial, meski tidak sedikit juga yang mendukung langkah federasi.
Yang kecewa dengan keputusan ini menganggap PSSI melakukan keputusan aneh karena STY adalah sosok yang berhasil memimpin timnas. Kekecewaan itu sampai pada tahap meyakini bahwa timnas Indonesia akan kembali terpuruk seperti 'zaman kegelapan', era sebelum STY datang, dan mafia sepak bola akan kembali merajalela.
Intinya banyak reaksi emosional yang muncul. Bahkan selebriti Teuku Wisnu mengaku sedih mendengar STY dipecat. Ibnu Jamil berkomentar. Katanya,"Sepak bola kita sedang tidak baik-baik saja".
Sebaliknya, para komentator sepak bola yang wara-wiri di televisi umumnya melihat pemecatan STY sebagai hal yang biasa saja. Umum terjadi di sepak bola.
Federasi dinilai pasti telah melakukan banyak pertimbangan sebelum memutuskan menghentikan kerja sama dengan STY. Erick Thohir sebagai ketua umum PSSI lebih mengetahui persoalan di timnas sehingga memilih keputusan yang tidak populis dan membuat sebagian penggemar syok.
Erick Thohir jelas berambisi untuk membawa Indonesia lolos ke Piala Dunia 2026. Dari segi apa pun, sulit membayangkan menteri BUMN itu punya intensi menghancurkan timnas dalam pemecatan STY, di tengah posisi Garuda yang punya peluang besar terbang ke Piala Dunia yang akan digelar di AS, Kanada dan Meksiko itu.
Meski tak ada intensi, tetapi ET bisa saja menghancurkan ambisinya sendiri jika salah menangkalkulasi potensi pelatih baru, baik dari sisi kekurangan maupun kelebihannya.
Jika STY memiliki kendala karakter dan budaya sehingga para pemain yang umumnya diaspora kesulitan untuk beradaptasi, pelatih baru yang akan datang dari Belanda juga perlu dicermati kelemahannya.
Sekarang sosok pengganti itu mengerucut pada dua nama, yakni Luis van Gaal dan Patrick Kluivert. Nama terakhir yang paling kuat disebut karena sudah dibocorkan jurnalis Italia spesialis bursa transfer, Pabrizio Romano.
Influencer sepakbola Pangeran Siahaan mewanti-wanti PSSI tentang van Gaal yang memiliki karakter keras dan blak-blakan. Apakah bisa PSSI harmonis dengan ex pelatih timnas Belanda itu?
Sedangkan Kluivert, diragukan netizen karena minimnya prestasi sebagai pelatih dan rekam jejaknya di luar lapangan. Ia pernah terbelit masalah judi dan kasus kejahatan seksual. Publik Indonesia sulit simpatik dengan figur dengan latar belakang seperti itu.
Tetapi, sedahsyat apa pun sentimen negatif terhadap pelatih baru - misal Kluivert sekali pun yang dianggap bukan sosok ideal untuk timnas - tugasnya hanya memenangkan tiga pertandingan kualifikasi yang ada di depan mata, melawan Australia, Bahrain dan China. Lebih hebat lagi jika mendapatkan poin di kandang Jepang.
Jika misi itu sukses, semua kritik terhadap PSSI yang memecat STY dan ketidakpercayaan terhadap pelatih baru otomatis akan segera hilang ditelan bumi. Ratapan akan kepergian STY tidak akan lagi terdengar. Sebaliknya, pelatih baru akan menikmati dukungan masif dari suporter sepak bola Indonesia.
Pemujaan itu bisa jadi bahkan lebih emosional dari sebelumnya, karena momentum Indonesia lolos ke Piala Dunia akan meledakkan euforia suporter Merah-Putih ke tingkat paling gila.
Kalau itu terjadi, pelatih baru timnas akan menikmati status mesianistik di mata para suporter sepak bola Indonesia. Kluivert, andai benar dia orangnya, mungkin kini datang diiringi caci, tetapi nanti ketika pergi, seperti juga STY, ia akan ditangisi.