close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi seorang perempuan minum minuman berpemanis buatan./Foto Bethany Ferr/Pixabay.com
icon caption
Ilustrasi seorang perempuan minum minuman berpemanis buatan./Foto Bethany Ferr/Pixabay.com
Sosial dan Gaya Hidup - Kesehatan
Rabu, 02 April 2025 06:25

Minuman manis berisiko besar terhadap kanker mulut

Para peneliti menemukan faktor risiko lain kanker mulut di luar merokok, minum minuman beralkohol, dan infeksi HPV.
swipe

Bukan hanya kerusakan gigi yang perlu kita khawatirkan soal minuman manis. Penelitian terbaru berjudul “High sugar-sweetened beverage intake andoral cavity cancer in smoking and nonsmoking women” di jurnal JAMA Otolaryngology Head & Neck Surgery menemukan, minuman manis pun berkorelasi dengan meningkatnya risiko kanker mulut.

Dikutip dari Cleveland Clinic, kanker mulut dapat terlihat seperti masalah umum pada bibir atau mulut, semisal bercak putih atau luka yang berdarah. Perbedaan antara masalah umum dan potensi kanker adalah perubahan ini tak hilang begitu saja.

Jika tidak diobati, kanker mulut dapat menyebar ke seluruh mulut dan tenggorokan lalu ke arah lain di kepala dan leher. Sekitar 63% orang dengan kanker mulut masih hidup lima tahun setelah didiagnosis. Secara keseluruhan, sekitar 11 dari 100.000 orang akan mengalami kanker mulut selama hidup mereka. Pria lebih mungkin mengalaminya.

Situs World Cancer Research Fund (WCRF) mencatat, pada 2022 terdapat 389.846 kasus baru kanker mulut dan rongga mulut di dunia. Pada 2022, India, China, dan Amerika Serikat memiliki jumlah kasus kanker mulut tertinggi. Indonesia sendiri ada di urutan ke-10 dunia, dengan jumlah 6.515 kasus.

India, China, dan Pakistan punya jumlah kematian akibat kanker mulut tertinggi pada 2022. Sedangkan Indonesia, masuk urutan ke-9 kematian akibat kanker mulut tertinggi di dunia, dengan jumlah 3.546 kematian.

Dalam studi yang diterbitkan jurnal JAMA Otolaryngology Head & Neck Surgery, para peneliti dari Universitas Washington menganalisis angka-angka dari basis data kesehatan masyarakat dengan mengamati catatan yang mencakup kebiasaan diet 162.602 perempuan.

Menurut Daily Mail, merek minuman bersoda, limun, dan es teh yang diminum perempuan selama penelitian tidak disebutkan secara pasti dalam analisis. Para peneliti juga tidak dapat mengukur kadar gula dalam minuman yang dikonsumsi perempuan secara langsung, hanya mengandalkan laporan dari para peserta mengenai berapa banyak minuman yang mereka konsumsi setiap bulan dalam survei yang diadakan setiap empat tahun.

Mereka kemudian membandingkan asupan ini dengan diagnosis kanker mulut, mencatat 124 kasus selama periode studi 30 tahun.

Hasilnya, dibandingkan dengan perempuan yang minum kurang dari satu minuman manis per bulan, mereka yang mengonsumsi satu atau lebih minuman manis setiap hari punya kemungkinan 4,87 kali lebih besar terkena kanker mulut.

Mereka yang tidak minum alkohol atau merokok, tetapi mengonsumsi satu atau lebih minuman manis setiap hari, memiliki risiko kanker mulut 5,46 kali lebih tinggi dibandingkan perempuan yang minum kurang dari satu minuman manis setiap bulan.

Secara total, sekitar 20.000 perempuan dalam penelitian ini melaporkan minum lebih dari satu minuman manis per hari. Asupan minuman diet, yang mengandung alternatif gula seperti pemanis buatan, tidak dipertimbangkan dalam analisis. Berdasarkan temuan ini, para peneliti memperkirakan meningkatnya risiko kanker mulut akibat minuman manis akan menyebabkan tiga kasus penyakit lebih banyak per 100.000 orang. 

“Kasus kanker rongga mulut meningkat di kalangan bukan perokok dan individu muda tanpa faktor risiko tradisional di seluruh dunia,” tulis para peneliti, dikutip dari Science Alert.

Secara tradisional, kanker mulut dikaitkan dengan faktor risiko, seperti merokok atau minum alkohol berlebihan, serta infeksi human papillomavirus (HPV). Temuan penelitian ini menjadi kekhawatiran karena kasus kanker mulut meningkat dengan cepat disebabkan di luar faktor risiko tadi.

Salah satu alasan yang dikemukakan dalam penelitian itu adalah perubahan kebiasaan makan kita. Makanan tidak sehat, yang kini banyak dikonsumsi secara rutin, bisa memicu respons peradangan jangka panjang dari sistem kekebalan tubuh.

“Pola makan Barat semakin diakui sebagai faktor risiko kanker saluran pencernaan, yang ditandai dengan tingginya konsumsi lemak jenuh, makanan olahan, dan gula tambahan,” tulis para peneliti.

“Hipotesis kami adalah pola makan dengan tambahan gula yang lebih tinggi dapat menyebabkan peradangan kronis, yang pada gilirannya dapat menyebabkan risiko kanker mulut.”

Meski begitu, penelitian ini punya keterbatasan karena hanya melihat data untuk perempuan, yang mencakup jumlah kasus kanker yang relatif rendah.

“Diperlukan lebih banyak penelitian untuk mengonfirmasi hubunan ini dan juga untuk menilai apakah minuman ringan dengan pemanis buatan sama berbahayanya,” kata ahli epidemiologi dari Institut Onkologi Catalan di Spanyol, Raul Zamora Ros, dilansir dari Science Alert.

img
Fandy Hutari
Reporter
img
Fandy Hutari
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan