Kementerian Komunikasi dan Informatika bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi, melihat pasar industri konten di media digital terus mengalami perkembangan. Sekarang ini, nilai pasar industri konten di Indonesia mencapai Rp7 triliun per tahun, dan diproyeksikan naik hingga lima kali lipat pada 2027.
Untuk itu, setiap warganet berpeluang untuk mengambil manfaat dari perkembangan industri konten, yakni dengan terus meningkatkan kemampuan digital, kreativitas dan inovasi, serta cerdas dalam memahami fenomena dan kebutuhan masyarakat.
Chief Marketing Officer PT Cipta Manusia Indonesia dan Content Creator Annisa Choiriya mengatakan, terdapat dua pilihan modal dasar untuk memulai kreativitas di dunia maya, yakni melakukan hal-hal yang disukai, atau dengan mengetahui hal apa yang sedang dibutuhkan masyarakat. Selain itu, ciri khas sebagai konten kreator serta konsistensi juga perlu menjadi perhatian agar bisa mendapatkan peluang tersebut.
“Banyak aplikasi yang tersedia untuk membuat konten secara mudah, ada Canva, VN, atau Capcut yang banyak menyediakan template untuk pembuatan video. Kalau mau edit foto juga ada di Photoshop, Lightroom, dan lainnya," katanya dalam keterangan, Rabu (31/8).
Apalagi, kata Annisa, sekarang ini terdapat jutaan konten yang diunggah di dunia maya, semisal di Instagram sekitar 65.000 konten yang dibagikan setiap menitnya. Tingginya nilai pasar sekaligus makin pesatnya perkembangan internet dan media sosial, semestinya dimanfaatkan warganet untuk meraih peluang baru dengan terus mengasah kemampuannya.
"Jadi, mungkin selama ini kita bukan tidak tahu, tetapi hanya belum tahu. Sehingga jangan menyerah untuk mencari tahu dan terus beradaptasi di dunia digital,” ujar dia.
Dosen Politeknik Negeri Samarinda sekaligus Relawan TIK Kalimantan Timur Mulyanto menyebut, belakangan ini banyak warganet yang membuat konten dengan tujuan untuk mencari sensasi atau perhatian publik. Misalnya, konten yang mengandung kontroversi, menampilkan hal yang sensitif, tayangan rekayasa, penyebaran aib, dan hal negatif lainnya.
Padahal, warganet dapat mengasah kreativitasnya sekaligus memperkenalkan budaya lokal di internet, antara lain dengan memproduksi video tradisi suatu daerah atau membagikan konten yang menampilkan kekayaan dan keberagaman bangsa Indonesia.
“Dunia digital adalah dunia kita sekarang ini. Mari kita mengisi dan menjadikannya sebagai ruang yang berbudaya, tempat kita belajar dan berinteraksi, tempat anak-anak kita bertumbuhkembang, sekaligus tempat di mana kita hadir sebagai bangsa, hadir dengan bermartabat,” katanya.
Relawan TIK Bali dan Jawara Internet Sehat 2022 Ni Kadek Dwi Febriani menyampaikan, warganet dapat memanfaatkan media sosial untuk mempublikasikan karya atau konten yang kreatif. Agar optimal, warganet harus menyesuaikan konten yang dibuat dengan karakteristik media sosial.
Sebab, platform yang tersedia baik itu Facebook, Instagram, Twitter, atau Youtube memiliki keunggulan dan kekurangan masing-masing. Selain itu, untuk meningkatkan kemampuan dalam membuat konten, beberapa hal yang perlu dipersiapkan warganet antara lain, konsisten akan tema utama, melakukan riset terhadap fenomena di masyarakat, meningkatkan kemampuan dalam merangkai kata, membuat foto atau video yang menarik, terus berinovasi, serta perluas jaringan dan kolaborasi.
“Berpikir kreatif adalah suatu pemikiran yang berusaha untuk menciptakan gagasan baru. Kemudian, gunakanlah waktu untuk mengakses internet untuk hal yang positif dan kreatif sehingga dapat bermanfaat bagi diri dan lingkungan sekitar. Selain itu, kecakapan digital yang dibarengi sikap kreatif akan membuahkan karya yang istimewa,” ujar dia.
Dengan hadirnya program Gerakan Nasional Literasi Digital oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika RI diharapkan dapat mendorong masyarakat menggunakan internet secara cerdas, positif, kreatif, dan produktif. Kegiatan ini khususnya ditujukan bagi para komunitas di wilayah Kalimantan dan sekitarnya yang tidak hanya bertujuan untuk menciptakan Komunitas Cerdas, tetapi juga membantu mempersiapkan sumber daya manusia yang lebih unggul dalam memanfaatkan internet secara positif, kritis, dan kreatif di era industri 4.0.