close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi dinosaurus./Foto Gerd Altmann/Pixabay.com
icon caption
Ilustrasi dinosaurus./Foto Gerd Altmann/Pixabay.com
Sosial dan Gaya Hidup - Riset
Senin, 19 Agustus 2024 16:08

Muasal asteroid yang membuat punah dinosaurus

Riset para ilmuwan Jerman dalam jurnal Science (Agustus, 2024) menyebut, yang menabrak bumi dan membuat dinosaurus punah adalah asteroid.
swipe

Sebuah batu angkasa menghantam bumi 66 juta tahun silam, dan menghancurkan kehidupan purba yang dihuni dinosaurus. Apa yang disebut kepunahan Cretaceous-Paleogen atau Cretaceous-Tertiary, menyebabkan punahnya sekitar 76% semua spesies hewan di bumi, termasuk dinosaurus non-unggas.

Saat itu, tumbukan benda langit itu menciptakan kawah Chicxulub selebar 90 mil atau 145 kilometer di Semenanjung Yucatan, Meksiko. Sebuah riset yang diterbitkan jurnal Science (Agustus, 2024) oleh para peneliti asal Jerman memastikan, yang menabrak bumi dan membuat kehidupan berubah itu asteroid berukuran sekitar 10 kilometer atau 6 mil, bukan komet.

Dikutip dari Science Alert, penelitian yang dipimpin ahli geokimia dari University of Cologne, Jerman, Mario Fischer-Godde difokuskan pada mineral yang disebut rutenium. Mereka menganalisis rutenium dari lima lokasi berbeda, satu di Spanyol, satu di Italia, dan tiga dari tebing kapur Stevns di Denmark, yang mengandung pecahan asteroid besar yang menghantam Chicxulub, Meksiko.

Mereka juga menganalisis rutenium dari lima dampak asteroid lain yang berasal dari 541 juta tahun terakhir, serta lapisan spherule—gumpalan kecil meteor yang disemprotkan saat batuan mencair karena panas akibat atmosfer—yang berasal dari 3,5 hingga 3,2 miliar tahun lalu.

Para peneliti pun menganalisis rutenium dari meteorit dan membandingkan hasilnya dengan sampel referensi rutenium terestrial yang terbentuk di bumi. “Perbandingan ini mengungkapkan, rutenium di lapisan batas Cretaceous-Paleogene berasal dari luar angkasa,” tulis Science Alert.

Rutenium melimpah di asteroid, tetapi sangat langka di kerak bumi. Tim peneliti mencari isotop rutenium di sisa-sisa geologi dampak Chicxulub. Temuan tersebut, tulis New York Times, sangat cocok dengan susunan sekelompok batuan luar angkasa yang dikenal sebagai asteroid berkarbon, yang kandungan karbonnya sangat tinggi.

Asteroid tipe C itu berasal dari batuan luar angkasa yang terbentuk pada awal tata surya. Fischer-Godde, dikutip dari the Guardian, menyebut asteroid tipe C saat ini dapat ditemukan di sabuk asteroid yang berada di antara Mars dan Jupiter. Tidak lama setelah terbentuknya tata surya, Jupiter bermigrasi sehingga menyebarkan asteroid dalam prosesnya.

“Mungkin ada tabrakan dua benda asteroid di sabuk, lalu bongkahan ini masuk ke orbit yang melintasi Bumi. Itu bisa jadi salah satu skenario,” kata Fischer-Godde, dikutip dari the Guardian.

Meski begitu, dia mencatat, ada kemungkinan lain. Termasuk benda itu berasal dari awan Oort—awan komet berbentuk bulat yang sangat besar dan berada di area paling luar di tata surya—yang diperkirakan mengelilingi tata surya.

Dalam penelitian sebelumnya, yang diterbitkan di jurnal Scientific Reports (2021) peneliti dari Harvard University, Amir Siraj dan Abraham Loeb menyebut, dinosaurus kemungkinan punah karena komet, bukan asteroid.

Komet selebar 4 mil tersebut berasal dari awan Oort yang diperkirakan mengelilingi tata surya. Para peneliti menulis, peluang asteroid dengan diameter sedikitnya 6,2 mil menyebabkan peristiwa tumbukan Chicxulub adalah satu dalam setiap 350 juta tahun. Sedangkan komet dengan orbit lebih dari 200 tahun, yang mampu menyebabkan peristiwa Chicxulub jauh lebih jarang, dengan satu kali terjadi setiap 3,8 hingga 11 miliar tahun.

Skenarionya, saat komet tersebut bergerak menuju pusat tata surya dari awan Oort, gaya gravitasi Jupiter mungkin telah memberinya dorongan, sehingga punya kecepatan ayng cukup untuk mencapai matahari.

Ketika mencapai matahari, gaya gravitasi matahari dapat memecah komet menjadi beberapa bagian. Dengan lebih banyak bagian komet, ujar salah seorang peneliti Abraham Loeb dalam CNN, kemungkinan komet akan menabrak bumi 10 kali lebih besar karena bagian-bagian tersebut menjauh dari matahari.

Namun, masih dalam CNN, ilmuwan dari Lunar and Planetary Institute, David Kring membantah teori itu. Menurutnya, benda angkasa yang menyebabkan kepunahan dinosaurus adalah asteroid. Sebab, iridium bersama segelintir unsur kimia lainnya ditemukan tersebar di seluruh dunia, usai tumbukan besar.

Kring mengatakan, proporsi unsur-unsur itu sama dengan yang terlihat dalam sampel asteroid. Potongan komet pun, disebut ilmuwan lain di Planetary Science Institute Natalia Artemieva, terlalu kecil untuk mengakibatkan kawah sebesar itu.

Lalu, dalam penelitian yang diterbitkan jurnal Icarus (November, 2021), tiga orang ilmuwan asal Southwest Research Institute menyebut, objek angkasa mematikan itu kemungkinan adalah salah satu jenis asteroid berkarbon dari sabuk asteroid.

Terlepas dari itu, dikutip dari the Guardian, peneliti dari Cambridge University, Craig Walton menyatakan, penelitian para ilmuwan asal Jerman dalam jurnal Science menarik, meski masih belum jelas apakah penumbuk itu asteroid atau komet.

“Penelitian semacam ini memberi kita wawasan yang lebih rinci tentang sifat objek yang telah secara dramatis membentuk sejarah bumi,” kata Walton dalam the Guardian.

img
Fandy Hutari
Reporter
img
Fandy Hutari
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan