close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi seorang karyawan tengah mendengar musik./Foto Andrea Piacquadio/Pexels.com
icon caption
Ilustrasi seorang karyawan tengah mendengar musik./Foto Andrea Piacquadio/Pexels.com
Sosial dan Gaya Hidup
Rabu, 09 April 2025 06:13

Musik latar memengaruhi kinerja karyawan

Ketika musik latar di tempat kerja tak sesuai dengan selera karyawan saat melakukan pekerjaan mereka, maka bisa memengaruhi suasana hati.
swipe

Pernahkah kita berkunjung ke toko, kedai kopi, atau restoran, yang musiknya sangat mengganggu, sehingga langsung memilih keluar? Bayangkan bagaimana perasaan para karyawannya.

Para peneliti dari Universitas Negeri Ohio, dalam penelitiannya yang terbit di Journal of Applied Psychology (2025) menemukan, ketika musik latar di tempat kerja tak sesuai dengan selera karyawan saat melakukan pekerjaan mereka, maka bisa memengaruhi energi, suasana hati, dan kinerja.

“Ketidakcocokan pada musik dapat menyebabkan karyawan merasa lebih lelah, kesulitan berkonsentrasi, dan tidak menikmati pekerjaan,” kata salah seorang peneliti dan asisten profesor manajemen dan sumber daya manusia di Sekolah Tinggi Bisnis Fisher, Universitas Negeri Ohio, Kathleen Keeler, dikutip dari situs Ohio State News.

Para peneliti melakukan dua studi. Satu studi melibatkan 166 karyawan penuh waktu yang berpartisipasi secara daring. Sebelum memulai, para peserta menilai seberapa besar mereka membutuhkan empat fitur musik: volume, kecepatan, kompleksitas, dan intensitas emosional.

Para peserta kemudian mendengarkan salah satu dari dua daftar putar saat mereka melakukan tugas kreativitas. Satu daftar putar berisi musik pop cerita dan bersemangat dengan kompleksitas sedang. Daftar putar lainnya berisi musik yang lebih lambat dan melankolis, dimainkan dengan volume lebih rendah.

Setelah menyelesaikan tugas, para partisipan memberikan penilaian tentang seberapa cocok musik yang mereka dengarkan dengan kebutuhan dalam masalah volume, kecepatan, kompleksitas, dan intensitas emosional.

Hasil penelitian menunjukkan, partisipan mengalami dampak negatif jika karakteristik daftar putar yang mereka dengarkan tidak sesuai dengan selera. Mereka mengalami penurunan perasaan dan emosi yang menyenangkan serta mengalami lebih banyak kelelahan kognitif dan mental.

“Dampak buruk dari ketidakcocokan musik lebih parah bagi mereka yang termasuk non-screener,” kata Keeler.

“Mereka sulit mengabaikan musik, sehinga merasa kurang emosi positif dan lebih lelah setelah mendengarkan musik yang tidak sesuai dengan selera mereka.”

Non-screener mengalami kesulitan menyaring kebisingan latar belakang dari lingkungan mereka, kesulitan melakukan fokus pada satu input sensorik pada satu waktu. Tidak dapat mengabaikan musik latar saat mereka berkonsentrasi pada tugas.

Studi kedua melibatkan sampel dari 68 pekerja di kantor pelayanan kesehatan, toko ritel, dan ruang makan tempat musik latar merupakan bagian dari kehidupan kerja sehari-hari mereka. Partisipan mengisi survei melalui surat elektronik tiga kali sehari selama tiga minggu mengenai selera musik mereka, musik yang mereka dengar, suasana hati mereka, kelelahan kognitif, dan berabgai tindakan di tempat kerja.

Hasilnya, ketidakcocokan musik berdampak pada kinerja. Partisipan cenderung lebih sering melakukan tindakan yang merugikan perusahaan, dan lebih jarang melakukan hal-hal positif, pada hari-hari ketika mereka merasa tak sinkron dengan musik yang mereka dengarkan.

Tindakan negatif dapat mencakup bekerja lebih lambat, berbicara negatif tentang tempat kerja dengan rekan kerja, dan mengambil perlengkapan kantor tanpa izin.

Keeler menyebut, sekitar 13,5 juta orang bekerja di bidang pekerjaan yang musik latarnya umum. Namun, musik latar kerap dipilih hanya dengan mempertimbangkan selera pelanggan.

“Merupakam suatu kesalahan bagi para manajer yang berasumsi musik tidak memengaruhi karyawan,” kata Keeler.

Para peneliti mengemukakan, pengusaha perlu mempertimbangkan keinginan dan kebutuhan musik karyawannya. Keeler mengatakan, pengusaha harus berusaha menyeimbangkan antara memastikan musik mereka menarik bagi pelanggan dan karyawan karena hal ini bukan masalah sepele.

“Jika karyawannya tidak senang, itu tidak akan baik bagi bisnis,” ujar Keeler.

Pengusaha juga harus memastikan ada lokasi di tempat kerja di mana karyawan dapat menjauh dari musik selama waktu istirahat. Meski bukan fokus penelitian, penelitian pun menunjukkan, pekerja mungkin lebih bahagia dan lebih produktif jika diizinkan mendengarkan musik mereka sendiri pada saat yang tepat.

“Penelitian kami menunjukkan, ada banyak manfaat, termasuk produktivita, keterlibatan, dan kesejahteraan (bila karyawan mendengarkan musik selera mereka),” kata Keeler.

img
Fandy Hutari
Reporter
img
Fandy Hutari
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan