close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi untuk keterasingan./ Pixabay
icon caption
Ilustrasi untuk keterasingan./ Pixabay
Sosial dan Gaya Hidup
Minggu, 03 Juni 2018 16:49

Ode untuk depresi dan keterasingan

Bagi Murakami, selalu ada ruang untuk memperolok depresi dan keterasingan yang mengoyak Tsukuru Tazaki di dunia yang riuh ini.
swipe

Tsukuru Tazaki tanpa warna dan tahun ziarahnya adalah salah satu novel Murakami bergaya realis. Murakami rutin menulis dengan gaya realis dan realisme magis, walaupun ia sendiri mengakui lebih senang menulis dengan gaya seperti novelnya "Hard-Boiled Wonderland" and "The End of The World" yang bergaya realisme magis itu. Kerja fiksinya terbagi dalam dua gaya tersebut dan sebagian besar di antaranya, memiliki ending terbuka.

Tsukuru Tazaki punya empat sahabat karib di SMA. Kebetulan, nama mereka menyiratkan warna, hanya Tazaki saja yang tidak. Dua sahabat laki-lakinya dipanggil Akamatsu yang berarti ‘pinus merah’ dan Oumi yang berarti ‘laut biru’. Sementara sahabat perempuannya bernama Shirane, yang berarti ‘akar putih’, serta Kurono, ‘ladang hitam’.

Secara mendadak, keempat sahabat Tsukuru mengabarkan mereka tidak mau bertemu lagi dengannya ataupun berbicara dengannya, selama-lamanya. Ia diminta untuk memikirkan sendiri alasan di balik penolakan teman-temannya. Sejak saat itu ia merasa ingin mati saja, hidupnya tak berwarna lagi.

Tsukuru Tazaki Tanpa Warna dibuka dengan Tsukuru di usianya yang menginjak 20 tahun sedang berpikir tentang kematian. Kesedihan yang dirasakan Tsukuru tak jauh-jauh dari fakta jika ia diasingkan oleh teman-temannya. Ia sempat berpikir untuk mati, tetapi tak menemukan cara mati terbaik yang bisa ia hubungkan dengan perasaannya.

Narasi Tsukuru Tazaki lalu beranjak ke Tsukuru di usia 36 tahun. Tsukuru yang berusia 36 tahun adalah seorang insinyur yang membangun dan memperbarui stasiun kereta api. Ia memiliki hobi untuk diam merenung berlama-lama di stasiun kereta api sambil mengamati arus orang-orang dan kereta api yang berlalu lalang.

Dengan alur yang maju mundur, pembaca akan mengetahui jika Tsukuru hanya berhasil memiliki satu orang teman di Tokyo setelah diasingkan oleh sahabat SMA-nya. Ia bertemu dengan Haida di kolam renang kampus dan kedua lelaki itu dengan cepat menjadi teman dekat.

Secara kebetulan, nama Haida pun memiliki warna yang berarti 'ladang abu-abu'. Mereka menghabiskan banyak waktu bersama mendengarkan musik klasik, makan malam bersama yang disiapkan oleh Haida, dan berbincang-bincang soal filsafat nan mendalam.

Buku "Tsukuru Tazaki Tanpa Warna", yang diterjemahkan oleh penerbit KPG./ Amazon

Suatu saat, Tsukuru bermimpi erotis dengan kedua sahabat perempuannya dan Haida. Setelah mimpi erotis tersebut, Haida menghilang selama beberapa hari dan ketika kembali, Haida hanya mengatakan ia memiliki masalah keluarga dan menghilang lagi tak kembali. Tsukuru akhirnya bertanya-tanya lagi, mengapa orang-orang selalu meninggalkannya.

Karakter Tsukuru yang dibangun Murakami dalam novelnya ini mirip dengan karakter lain di novel-novelnya yang lain. Seorang lelaki yang dicampakkan, ditinggalkan, atau kehilangan nafsunya, dan terlarut dalam dunia paralelnya. Kemudian seperti yang sudah-sudah, ia berusaha mengambil alih hidupnya dari pengasingan.

Tak sekali dua kali Murakami membuat karakter seperti Tsukuru Tazaki. Karakter seperti Tsukuru pernah muncul dalam diri protagonis tak bernama di "Dance, Dance, Dance", Toru Okada di "The Wind-up Bird Chronicle", sampai pada diri Toru Watanabe di novelnya yang paling kesohor, "Norwegian Wood".

Murakami pernah menulis adegan lesbian dalam "Norwegian Wood". Sementara dalam "Tsukuru Tazaki" ini, untuk pertama kalinya ia menulis adegan homoseksualitas di novelnya. Realisme dalam Tsukuru Tazaki bisa dikatakan mirip dengan "Norwegian Wood", tapi dengan karakter, konflik, dan resolusi yang lebih dewasa.

Seperti kebiasaannya, Murakami memberikan pembacanya sebuah musik untuk didengar. Ia menghadiahi pembaca musik klasik dari Fransz Liszt berjudul "Le mal du pays" yang digubah Lazar Berman.

Tsukuru di usia 36 bertemu dengan Sara. Tsukuru bercerita kepada Sara tentang pengasingan yang hingga 16 tahun kemudian, Tsukuru tidak memiliki petunjuk apapun mengapa ia diasingkan. Sara pada akhirnya menyarankan Tsukuru untuk menemui dan mengobrol dengan teman-temannya soal pengasingan dirinya.

Setelah bertemu kembali dengan sahabat-sahabatnya, ia menemukan fakta salah seorang sahabat perempuannya telah menuduhnya di hadapan tiga orang temannya jika Tsukuru memerkosanya. Tak lama, beberapa tahun kemudian teman perempuannya mati dicekik dalam suatu pembunuhan yang belum terpecahkan.

Murakami meninggalkan beberapa misteri tak terpecahkan dalam novel ini. Kita tak akan pernah tahu siapa yang membunuh teman perempuan Tsukuru atau mengapa Haida tiba-tiba pergi begitu saja. Keputusan Murakami untuk tak menjawab beberapa misteri tersebut seolah ia ingin mengingatkan kita jika kita tak mungkin mengetahui segalanya. Akan selalu ada pertanyaan-pertanyaan yang tak terjawab dan misteri yang tak terpecahkan.

Murakami pun akan selalu memiliki masalah dengan feminisme. Perempuan yang digambarkan Murakami dalam "Tsukuru Tazaki Tanpa Warna" dan novel-novelnya yang lain adalah perempuan yang sungguh sulit dimengerti, perempuan yang menghilang begitu saja, perempuan yang benar-benar cantik, atau gila.

Perempuan sangat jarang menjadi tokoh utama dalam novel-novel Murakami. Sampai sejauh ini, mungkin hanya Aomame, karakter dari novel "1Q84" yang menjadi tokoh utama dalam novelnya. Tubuh perempuan akan menghiasi narasi nir analisis. Sepanjang novel, Tsukuru mencari jawaban atas histeria teman perempuannya tanpa berusaha menggugatnya.

img
Annisa Saumi
Reporter
img
Purnama Ayu Rizky
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan